32.5 C
Jakarta

Berpuasalah, Agar Kamu Selamat dari Kejahatan Radikalisme

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanBerpuasalah, Agar Kamu Selamat dari Kejahatan Radikalisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Mungkin Anda bertanya, kenapa umat Islam diwajibkan untuk berpuasa sebulan pada bulan Ramadhan? Jelas jika dijawab dari sudut pandang ilmu fikih, bahwa puasa merupakan perintah langsung dari Tuhan kepada hamba-Nya yang beriman (Baca QS. al-Baqarah: 183). Orang yang beriman ini adalah mereka yang memeluk agama Islam. Artinya, perintah wajib puasa ditujukan kepada umat Islam.

Puasa itu disebutkan dalam sebuah hadis sebagai tameng: “Barangsiapa yang belum mampu menikah, maka berpuasalah karena puasa itu bagai obat pengekang baginya” (HR. Bukhari dan Muslim). Sebab, puasa ini dapat mengekang hawa nafsu yang dapat membinasakan manusia. Bukankah banyak orang yang tidak kunjung nikah, tapi tidak mampu mengendalikan hawa nafsunya, tergelincir ke dalam perzinahan?

Mengendalikan hawa nafsu adalah suatu keharusan sehingga ia menjadi dasar yang mendorong wajibnya berpuasa agar selamat dari buaian hawa nafsu. Dengan berpuasa, seseorang telah berusaha mendekat kepada Tuhan, sehingga Dia menjaganya dan melindunginya dari hal-hal yang dilarang oleh agama, termasuk perzinahan itu. Lebih dari itu, berpuasa menjadi latihan untuk menahan lapar dan haus, sehingga dengannya seseorang terlatih untuk menahan hawa nafsu pula.

Pentingnya mengendalikan hawa nafsu beriringan dengan keberhasilan seseorang. Siapa saja yang menang melawan hawa nafsunya, maka ia menjadi orang yang beruntung dan bahagia. Sebaliknya, siapa saja yang kalah melawan hawa nafsunya, maka ia menjadi orang yang hina dan sengsara. Ingatlah melawan hawa nafsu adalah jihad yang paling besar dibandingkan dengan perang melawan orang-orang yang zalim.

Lihat saja kenapa beberapa orang terjebak dalam radikalisme. Mereka sebenarnya tidak mampu melawan hawa nafsunya. Sehingga, mereka dikendalikan oleh hawa nafsunya sendiri. Mereka secara tidak langsung sedang diperbudak. Mereka tidak sadar mencaci dan menghina saudaranya sendiri, bahkan yang sesama muslim dengan kata-kata kafir, sesat, dan murtad.

BACA JUGA  Lebaran Ketupat dan Makna Filosofis yang Dapat Kita Petik

Lebih tragis lagi, beberapa orang yang kalah melawan hawa nafsunya rela melakukan aksi-aksi terorisme. Mereka melakukan pembunuhan. Bahkan, saking bodohnya mereka melakukan bom bunuh diri sehingga yang menjadi korban adalah diri mereka sendiri dan bisa juga orang lain. Intinya, aksi-aksi terorisme adalah kriminal yang dikecam oleh semua agama termasuk Islam. Karena, apa pun alasannya, terorisme adalah usaha yang membahayakan terhadap jiwa.

Perhatikan saja bagaimana Allah melarang pembunuhan: “Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, bertabayunlah (carilah kejelasan) dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan salam kepadamu, “Kamu bukan seorang mukmin,” (lalu kamu membunuhnya) dengan maksud mencari harta benda kehidupan dunia karena di sisi Allah ada harta yang banyak” (QS. an-Nisa’: 94).

Saking dilarangnya membunuh, Allah mengecam pembunuh dengan hukuman neraka jahanam: “Siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, balasannya adalah (neraka) jahanam. Dia kekal di dalamnya. Allah murka kepadanya, melaknatnya, dan menyediakan baginya azab yang sangat besar” (QS. an-Nisa’: 93). Kecaman Tuhan di sini jelas bahwa pembunuhan bukanlah sesuatu yang dibenarkan, apa pun alasannya.

Sebagai penutup, berpuasa adalah usaha untuk menunaikan perintah Tuhan yang ditujukan kepada hamba-Nya yang beriman (muslim). Jika sudah mampu melaksanakan perintah ini, tingkatkan lagi puasa dengan dijadikan tameng untuk mengendalikan hawa nafsu yang mengajak kepada keburukan. Semisal, mengkafirkan dan menyesatkan orang lain yang berbeda pemikiran, bahkan melakukan aksi-aksi kejahatan terorisme. Dengan pertolongan Allah, puasa akan membimbing seseorang menjadi pribadi yang lebih baik.[] Shallallahu ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru