29.2 C
Jakarta

Guyub Politik: Manifesting Nasionalisme yang Harus Diteladani

Artikel Trending

Milenial IslamGuyub Politik: Manifesting Nasionalisme yang Harus Diteladani
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Pemilu 2024 dan sengketanya sudah selesai. Mahkamah Konstitusi menolak seluruh gugatan sengketa Pilpres. Prabowo-Gibran juga sudah sah menjadi Presiden RI 2024-2029, setelah ditetapkan oleh KPU pada Rabu (24/4) kemarin. Anies-Muhaimin juga dengan spirit kenegarawanan hadir menyaksikan penetapan tersebut. Prabowo, dalam pidatonya, juga mengatakan bahwa hari ini saatnya bersatu untuk Indonesia.

Sementara itu, Ganjar-Mahfud absen dengan alasan tidak mendapat undangan. Di kalangan netizen, banyak spekulasi yang tampak “naif”. Mereka menganggap Anies hadir karena ingin dapat kursi menteri, sementara Ganjar tidak hadir karena belum legowo. Tentu saja yang netizen ributkan adalah sesuatu yang remeh-temeh, bukti SDM rendah, dan ketidakdewasaan melihat politik. Netizen masih lebih suka berseteru.

Mengapa layak disebut bukti SDM rendah? Ada dua alasan. Pertama, mereka melihat permusuhan politik sebagai sesuatu yang paten melampaui kepentingan nasional. Kedua, mereka masih rusuh dengan membawa-bawa ras, seperti menganggap Anies sebagai Yaman, imigran, dan lainnya. Bagi yang pro-Anies, mereka masih terjebak rasisme dengan menuduh Prabowo antek Cina, serta berbagai cemoohan yang tak bermutu.

Apa yang para netizen tampilkan di media sosial, terutama TikTok, jelas kontras dengan apa yang berusaha Anies dan Prabowo tampilkan. Anies tampak patriotik ketika hadir menyaksikan Prabowo, dan Prabowo tampak nasionalis ketika mengajak Anies dan rival politik lainnya bersatu. Artinya, keduanya menampilkan wajah politik yang “guyub”, dengan semangat anti-perpecahan dan pengejawantahan nasionalisme.

Jangan Terpecah oleh Politik

Pemilu adalah ujung tombak dalam kehidupan berdemokrasi dalam sebuah negara. Tetapi, setelah perhelatan politik berakhir, semua wajib bersatu kembali sebagai satu bangsa, meninggalkan friksi politik, dan fokus pada pembangunan Indonesia yang lebih baik ke depan. Ada hal-hal yang jauh lebih urgen untuk diperbaiki dalam hal ekonomi dan kebangsaan daripada terjerembab perseteruan politik.

Mengapa persatuan begitu penting? Ini karena Indonesia merupakan rumah bersama. Persatuan adalah fondasi kekuatan sebagai bangsa yang besar—yang bercita menjadi “Indonesia Emas”. Tanpa persatuan, konflik internal yang menghambat kemajuan dan pertumbuhan menjadi rentan. Karena itu, tidak peduli apa pilihan politik saat Pemilu kemarin, sekarang saatnya untuk bersikap patriotik dan nasionalis.

Seluruh elemen bangsa punya tanggung jawab bekerja sama membangun masa depan yang lebih baik untuk generasi mendatang. Apa pun preferensi politiknya, semua mesti menyatukan visi dan energinya untuk mengatasi tantangan yang dihadapi Indonesia, mulai dari pembangunan ekonomi yang inklusif hingga peningkatan kualitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan lainnya. Polarisasi tidak boleh diberikan tempat.

BACA JUGA  Meningkatkan Suluh Puasa dengan Menutup Pintu Radikalisme

Saatnya mengabaikan perbedaan politik demi kepentingan nasional. Politik tidak boleh memecah-belah identitas sebagai “bangsa”. Di balik perbedaan politik, rakyat adalah saudara sesama warga negara Indonesia. Namun perlu juga digarisbawahi, persatuan tidak tentang menyamarkan perbedaan atau membungkam kritik. Justru, ia menghargai keberagaman dengan mengedepankan kemaslahatan bersama.

Karena itu, “guyub politik” adalah cara satu-satunya masyarakat Indonesia tidak terpecah oleh politik. Tujuannya, bersama-sama meraih impian besar: mewujudkan Indonesia yang lebih maju, adil, dan sejahtera untuk lima tahun ke depan. Perseteruan antarnetizen mesti segera disudahi, dan patriotisme-nasionalisme seperti yang Anies dan Prabowo contohkan mesti diteladani bersama. Itulah hakikat merealisasikan nasionalisme.

Manifesting Nasionalisme

Nasionalisme bukanlah sekadar semangat atau slogan belaka, melainkan komitmen yang dinyatakan melalui tindakan nyata untuk membangun bangsa. Mewujudkan nasionalisme, atau yang dapat disebut sebagai manifesting nasionalisme, adalah tentang meneguhkan identitas seluruh masyarakat sebagai warga negara Indonesia, serta bertindak sesuai dengan nilai-nilai dan kepentingan nasional—bukan ambisi individual.

Idealnya, manifesting nasionalisme tampak dalam cinta dan kepedulian terhadap tanah air. Menghargai keberagaman budaya, agama, dan etnis Indonesia, serta menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam keragaman tersebut adalah beberapa contoh. Nasionalisme dimaknai sebagai pengakuan akan kekayaan local wisdom dan alam Indonesia, serta tanggung jawab untuk melestarikannya bagi generasi mendatang.

Dalam konteks Anies-Prabowo, nasionalisme tercermin dalam partisipasi aktif membangun negara bersama-sama. Ini meliputi keterlibatan dalam pembangunan ekonomi, sosial, dan politik, serta kontribusi nyata untuk kemajuan dan kesejahteraan bangsa. Keduanya sudah bertarung dan sama-sama berusaha memberikan yang terbaik bagi negara. Maka ketika kontestasi selesai, bersatu adalah niscaya.

Manifesting nasionalisme terwujud dalam kesadaran akan hak-kewajiban sebagai warga negara. Sebab, nasionalisme adalah kesediaan untuk berkorban dan berjuang untuk kepentingan nasional, bahkan jika itu berarti mengorbankan kepentingan pribadi atau kelompok. Tidak ada istilah kalah-menang dalam pesta demokrasi, sebab muaranya sama yaitu membangun Indonesia ke arah yang lebih baik dengan visi-misi masing-masing.

Manifesting nasionalisme juga bisa ditampakkan melalui optimisme dan kepercayaan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi negara yang besar dan maju. Dengan demikian, melalui manifesting nasionalisme, masyarakat dapat mengukuhkan fondasi bangsa yang kuat menuju Indonesia yang maju negaranya dan sejahtera bangsanya. Intinya, manifesting nasionalisme adalah upaya menuju “Indonesia Emas” di masa depan.

Wallahu A’lam bi ash-Shawab…

Ahmad Khoiri
Ahmad Khoiri
Analis, Penulis

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru