28.2 C
Jakarta

Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XLII): Eks Napiter Rifat Terjebak ISIS Sebab Persahabatan

Artikel Trending

KhazanahInspiratifSerial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XLII): Eks Napiter Rifat Terjebak ISIS Sebab Persahabatan
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Kronologis keterlibatan pelaku terorisme memang bermacam-macam. Ada yang terpengaruh oleh gurunya sendiri. Ada yang karena desakan ekonomi. Pada tulisan ini akan diuraikan eks napiter yang terjebak radikalisme karena pertemanan.

Eks napiter yang dimaksud adalah Rifat (52 tahun), bukan nama sebenarnya. Rifat adalah seorang pria yang memiliki hobi merestorasi motor-motor tua untuk kemudian dijual kepada kolektor. Ia juga seorang perajin batu akik yang cukup berpengalaman.

Sedari remaja sampai tahun 2000 Rifat seperti orang awam kebanyakan, tidak pernah ikut kelompok pengajian atau kelompok pergerakan Islam. Bahkan menurutnya ia termasuk orang yang tidak punya prinsip atau idealisme dalam hidupnya. Baru pada tahun 2001 ia diajak ikut mengaji oleh sahabatnya sejak kecil yang bernama Ziyad, bukan nama sebenarnya.

Ziyad adalah teman sepermainan Rifat sejak kecil di kampungnya. Meskipun di usia remaja Ziyad pindah ke daerah lain (tapi masih satu kabupaten) mereka tetap bersahabat dan masih sering saling silaturahmi. Pada saat itu barulah ia tahu jika Ziyad selama ini telah mengikuti sebuah kelompok pergerakan (Jama’ah Islamiyah) dan bahkan sempat ikut berjihad di Ambon.

Rifat jadi semakin respek kepada sahabatnya itu dan membuatnya jadi mengikuti semua ajakan Ziyad dalam urusan belajar ilmu agama dan membantu perjuangan Islam. Ke mana pun organisasi tempat Ziyad berlabuh dalam urusan perjuangan Islam, Rifat akan mengikutinya. Ziyad di Jamaah Islamiyah (JI) ia juga ikut JI, Ziyad ke Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) ia ikut ke JAT. Dan terakhir Ziyad mengajaknya ke Suriah ia pun berangkat ke sana.

BACA JUGA  Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XXXII): Dodi Suridi Eks Napiter Pernah Rakit Bom untuk Diledakkan di Thamrin

Tetapi Rifat sama sekali tidak pernah dibaiat oleh semua organisasi yang ia ikuti itu. Ia hanya mengikuti apa arahan dari Ziyad. Ketika Rifat diminta oleh Ziyad untuk berangkat ke Suriah untuk membantu Muslim Sunni yang sedang berperang melawan rezim Syiah Bashar Assad, ia menyanggupinya hanya akan ikut selama 6 bulan saja.

Rifat berpendapat bahwa membantu saudara muslim di luar negeri sementara di dalam negeri ada kewajiban lain yang tak boleh diabaikan seperti berbakti kepada orang tua, menjadi kepala keluarga yang baik, dan lain-lain, adalah fardu kifayah. Yaitu jika sudah ada sebagian Muslim yang melaksanakannya maka sudah gugurlah kewajiban itu. Dan itulah motivasinya mau berangkat ke sana. Ditambah lagi biaya semuanya ditanggung oleh Ziyad yang membuatnya sulit menolak ajakan sahabatnya itu.

Sebagai penutup, perjalanan hidup Rifat terjebak dalam radikalisme merupakan sesuatu yang harus kita ambil hikmahnya. Bahwa kita harus lebih berhati-hati dalam memilih teman atau sahabat. Teman atau sahabat yang baik akan membawa kita pada kebaikan. Sebaliknya, mereka yang jahat akan membawa pada kejahatan.[] Shallallahu ala Muhammad.

*Tulisan ini disadur dari cerita eks napiter Rifat yang dimuat di media online ruangobrol.id

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru