29.5 C
Jakarta

Meluruskan Islah Bahrawi: Pembunuh Utsman bin Affan adalah Putra Abu Bakar? (1/3)

Artikel Trending

KhazanahPerspektifMeluruskan Islah Bahrawi: Pembunuh Utsman bin Affan adalah Putra Abu Bakar? (1/3)
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Dalam isu-isu krusial seputar radikalisme, saya kira sosok Islah Bahrawi merupakan salah satu orang yang selalu tampil terdepan dalam melakukan kontra narasi terhadap gerakan-gerakan muslim garis keras di tanah air. Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia kelahiran Madura itu memang dikenal banyak terlibat aktif bersama Densus 88 dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam melakukan pencegahan terorisme di Indonesia.

Saya beberapa kali mengikuti kajian atau diskusi yang melibatkan Islah Bahrawi via Youtube. Islah memang punya wawasan historis yang cukup kuat, terutama sejarah Islam klasik hingga abad pertengahan dan juga isu-isu terorisme di abad modern. Dalam banyak kajiannya, Islah juga kerap kali mengutip Ibnu Katsir, Ibnu Khaldun, al-Suyuthi, al-Thabari dan para sejarawan muslim lainnya. Tentu penguasaan terhadap bacaan-bacaan klasik tersebut tak lepas dari latar belakang pendidikan Islah yang pernah nyantri di Madura.

Namun ketika membahas al-fitnah al-kubra (fitnah besar dalam Islam) dalam kasus pembunuhan khalifah Utsman bin Affan, Islah membuat saya terhentak karena menyebut pembunuh khalifah ketiga itu adalah putra Abu Bakar yang bernama Muhammad. Pernyataan tersebut saya temukan dalam salah satu potongan video (video versi lengkapnya bisa ditonton di kanal YouTube KAKI GUBES) yang saya transkipkan sebagai berikut:

“…Jadi kalau ketika kita berbicara tentang politisasi agama, jangankan yang berbeda agama, Pak, yang seagama juga bisa berperang dan saling bunuh. Yang membunuh Sayyidina Utsman itu apa orang Kristen atau orang Yahudi? Bukan. Yang membunuh itu Muhammad bin Abu Bakar, anaknya Sayyidina Abu Bakar yang membunuh Sayyidina Utsman, anaknya teman akrabnya sendiri…”

Benarkah pembunuh khalifah Utsman bin Affan adalah Muhammad bin Abu Bakar? Mari kita bahas secara kronologis bagaimana riwayat-rawayat klasik membeberkan fakta-fakta sejarah perihal terbunuhnya khalifah Utsman.

Peristiwa pembunuhan Utsman bin Affan sudah banyak diceritakan dalam berbagai versi. Dalam sejarah Islam, terbunuhnya Utsman dikenal dengan al-fitnah al-ula (fitnah pertama) atau disebut juga dengan al-fitnah al-kubra (fitnah besar). Fitnah inilah yang membuat tatanan politik kenegaraan umat Islam pada masa setelahnya tak pernah benar-benar stabil. Berbagai ketegangan dan perpecahan tak terhindarkan, politisasi agama untuk saling serang satu sama lain kian marak, dan munculnya kelompok Khawarij yang terus memperkuat barisan untuk mendelegitimasi otoritas kekuasaan yang sah.

Provokasi Seorang Yahudi

Sebagaimana diceritakan oleh al-Thabari dalam kitabnya, Tarikh al-Umam wa al-Muluk bahwa pada tahun 35 H., pemerintahan khalifah Utsman mulai mengalami instabilitas politik yang terjadi akibat bisikan-bisikan provokatif di tengah-tengah masyarakat, khususnya di sejumlah kawasan yang jauh dari pusat pemerintahan, yaitu kota Madinah. Aktor utama yang melakukan provokasi tersebut adalah seorang Yahudi dari Sanaa, Yaman, bernama Abdullah bin Saba’. Lahir dari ibu yang bernama Sauda’ dan masuk Islam pada masa pemerintahan khalifah Utsman.

BACA JUGA  Menjadikan Ruang Maya sebagai Ajang Politik Damai

Bak kutu loncat, Abdullah bin Saba’ bergerilya dari satu kota ke kota yang lain untuk menghembuskan narasi kebencian dan fitnah di masyarakar akar rumput. Misi besarnya adalah untuk membuat masyarakat terpecah-belah dengan melakukan makar terhadap penguasa yang sah.

Awalnya ia mencoba menyebarkan jualan narasi kebenciannya di Hijaz, kawasan di area pusat kekuasaan, lalu pindah ke Basrah dengan melakukan hal yang sama, kemudian berlanjut ke wilayah Syam, namun hasilnya nihil. Penduduk Syam malah mengusirnya dan tak ada yang tertarik pada bualannya. Tak patah arang, ia berangkat ke Mesir dan di sanalah narasi kebenciannya mendapat sambutan dari masyarakat Mesir. Kepada masyarakat Mesir, Abdullah bin Saba’ berkata:

لعجب ممن يزعم أن عيسى يرجع، ويكذب بأن محمدا يرجع، وقد قال الله عز وجل: )إن الذي فرض عليك القرآن لرادك إلى معاد). فمحمد أحق بالرجوع من عيسى. قال: فقبل ذلك عنه، ووضع لهم الرجعة، فتكلموا فيها ثم قال لهم بعد ذلك: إنه كان ألف نبي، ولكل نبي وصي، وكان علي وصي محمد، ثم قال: محمد خاتم الأنبياء، وعلي خاتم الأوصياء، ثم قال بعد ذلك: من أظلم ممن لم يجز وصية رسول الله ص، ووثب على وصى رسول الله ص، وتناول أمر الأمة؟ ثم قال لهم بعد ذلك: إن عثمان أخذها بغير حق، وهذا وصى رسول الله ص، فانهضوا في هذا الأمر فحركوه، وابدءوا بالطعن على أمرائكم، وأظهروا الأمر بالمعروف، والنهي عن المنكر، تستميلوا الناس، وادعوهم إلى هذا الأمر.

Aku sungguh heran pada orang yang mengira Nabi Isa akan bangkit kembali namun tak percaya Nabi Muhammad akan bangkit kembali. Allah berfirman, “Sesungguhnya (Allah) yang mewajibkan engkau (Muhammad) untuk (melaksanakan hukum-hukum) al-Qur’an, pasti akan mengembalikanmu ke tempat kembali.” Oleh karena itu, Muhammad lebih berhak untuk dibangkitkan kembali dari pada Isa. Periwayat berkata: Penduduk Mesir pun menerima begitu saja apa yang dikatakan Abdullah bin Saba’. Ia mencekoki penduduk Mesir dengan isu kebangkitan (Nabi Muhammad) dan hal ini lalu menjadi topik perbincangan mereka. Setelah itu, Abdullah bin Saba’ kembali berkata: Ada seribu nabi, setiap nabi punya suksesi dan suksesi Nabi Muhammad adalah Ali. Nabi Muhammad adalah penutup para nabi dan Ali adalah pamungkas para suksesi. Adakah orang yang lebih zalim dari pada orang yang menghalang-halangi suksesi Rasulullah, merampas haknya dan mengambil alih urusan umat? Sesungguhnya Utsman telah merampas hak Ali secara tidak sah sedangkan Ali adalah suksesi Rasulullah. Maka bangkitlah kalian semua dan lakukan gerakan mobilisasi untuk persoalan ini, mulailah dengan menghujat para panguasa kalian, tampakkan amar makruf dan nahi mungkar, maka orang-orang akan bersimpati pada kalian lalu ajaklah mereka untuk ikut terlibat dalam persoalan ini.

Lanjut ke Bagian II

Musyfiqur Rahman
Musyfiqur Rahman
Mahasiswa Pascasarjana Kosentrasi Kajian Timur Tengah, UIN Sunan Kalijaga. Redaktur sastraarab.com

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru