32.1 C
Jakarta

Mengulik Model Lebaran Ketupat di Madura

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanMengulik Model Lebaran Ketupat di Madura
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Lebaran ketupat menjadi tren menarik di Madura. Saya tahu ini karena saya orang Madura dan mencoba mengamati lebaran ketupat yang mentradisi. Menariknya lebaran ketupat dirayakan dengan model perayaan. Pertama, dirayakan dengan beribadah. Kedua, dirayakan dengan hiburan.

Lebaran ketupat dengan model ibadah biasanya dilakukan di masjid. Masyarakat setempat datang berbondong-bondong bawa ketupat dan diantarkan ke rumah tokoh masyarakat atau yang disebut dengan “kyai”. Lalu, ketupat yang dibawa dihidangkan ke jamaah yang berkumpul di masjid. Mereka makan bersama.

Namun, makan bersama dilakukan setelah ibadah di masjid selesai. Biasanya ibadah yang dilakukan berupa shalat sunnah (semisal shalat sunnah tasbih) dan zikir. Ibadah seperti ini dapat ditemukan di beberapa masjid di Madura. Segala aktivitas, seperti bertani, dan melaut dihentikan sejenak, terkhusus di pagi hari.

Sedangkan, perayaan dengan model hiburan dilakukan mulai siang sampai sore. Biasanya hiburan ini ditemukan di beberapa tempat hiburan, seperti pantai, dan tempat wisata yang lain. Masyarakat cukup akrab dengan hiburan saat lebaran ketupat. Mereka dapat menyaksikan konser musik dangdut, kuliner, dll.

Tapi, yang penting digarisbawahi adalah bahwa pengunjung hiburan di lebaran ketupat hanya dilakukan oleh kalangan abangan. Sementara, kalangan kyai atau tokoh masyarakat membatasi menikmati berkumpul di tengah hiburan lebaran ketupat. Alasan sederhana, kalangan kyai berkumpul di sana akan mengurangi kharismatik. Sehingga, kalangan kyai benar-benar membatasi.

BACA JUGA  Sudahkah Kelompok Radikal Memerangi Hawa Nafsunya sebelum Memerangi Sesamanya?

Sebenarnya, kalangan kyai tidak mengharamkan hiburan dilakukan. Pembatasan yang dia pilih adalah langkah pembeda mana kalangan kyai yang terlihat agamis dan mana kalangan abangan yang terkesan cair. Pujian terhadap kalangan kyai yang agamis akan hilang jika kyai dan lora (anak kyai) berbaur di tengah hiburan.

Statement ini sejujurnya tidak diajarkan di ranah akademik. Ini adalah keputusan yang dilekatkan oleh masyarakat Madura untuk membedakan mana kyai dan mana kaum abangan. Rumus semacam ini sebenarnya dibuat oleh masyarakat setempat. Karena, masyarakat cukup melihat kyai sebagai orang yang dikuduskan atau memiliki simbol keagamaan yang melangit.

Sebagai penutup, lebaran ketupat menjadi momen yang menarik di Madura. Karena, model perayaannya diwarnai dengan dua model: ibadah dan hiburan. Ibadah sebagai bentuk pendekatan diri kepada Tuhan. Hiburan sebagai langkah mempererat silaturahmi antar sesama.[] Shallallahu ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru