27.1 C
Jakarta

Munarman dan Kepentingan Politik yang Dia Sembunyikan di Balik Narasi Agama

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanMunarman dan Kepentingan Politik yang Dia Sembunyikan di Balik Narasi Agama
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Kemarin saya bertemu dengan sahabat lama dan terbingkailah obrolan yang ngorangidul hingga saya teringat dengan kasus berlapis Munarman. Satu statemen yang mengingatkan pada juru bicara Front Pembela Islam (FPI) ini adalah bahwa perselisihan itu terjadi karena persoalan dunia, bukan persoalan agama. Agama itu pasti membawa pemeluknya kepada perdamaian.

Kalimat yang disampaikan sahabat saya tadi membuat saya melontarkan pertanyaan: Bukankah orang semacam Munarman membela agama? Mengapa dia hidupnya tiada henti terlilit perselisihan dengan pemerintah? Padahal, dia membela agama disertai dengan teriakan takbir? Beberapa pertanyaan ini kemudian dipatahkan dengan jawaban sahabat saya: Orang yang hidupnya tidak damai, sering berselisih, patut dicuringai. Bisa jadi, perbuatan dan hatinya tidak seirama. Lisannya lantang membela agama. Sayang, hatinya bermaksud dunia.

Benar pula jawaban yang disebutkan sahabat saya itu. Memang Munarman dan kawan-kawannya tidak murni membela agama Islam. Mereka meneriakkan takbir hanyalah sebagai pencitraan agar terlihat agamis di mata publik. Padahal, mereka melupakan egonya yang ambisius terhadap jabatan. Mereka lebih mengedapankan kepentingan politik dibanding dengan kepentingan kemanusiaan. Buktinya, pembelaan mati-matian yang mereka lakukan pada aksi 212 di Monas Jakarta.

Kelompok Munarman menuntut Ahok mundur dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta dan mereka mengajak massa untuk mendukung Anies-Sandi menang dalam laga perpolitikan itu. Kelompok Munarman membungkus kepentingan politiknya dengan narasi agama, sehingga orang awam percaya bahwa segala keputusannya baik. Orang awam sangat tidak rela agamanya dinomerduakan, sehingga yang dihubungkan dengan agama diyakini sebagai kebaikan. Padahal, yang benar tidak begitu. Franz Magnis Suseno menyebutkan, bahwa baik dan buruk perbuatan seseorang tidak cukup dilihat dari apa yang diucapkan, melainkan dari motivasi atau niat hatinya.

Nasehat Romo Magnis tersebut memiliki relevansi yang kuat untuk membaca kepentingan di balik perbuatan Munarman dan kawan-kawannya. Mereka menggunakan narasi agama untuk kepentingan politik yang tidak semua orang menyadari akan hal itu. Mereka telah berbuat licik dengan membohongi Tuhan dan manusia. Meski, Tuhan sendiri tidak dapat dibohongi. Hal ini, sebagaimana disebutkan dalam surah al-Baqarah ayat 9, persis seperti perbuatan kafir Quraisy yang mencoba membohongi Tuhan, ternyata yang dibohongi justru diri mereka sendiri, walaupun mereka tidak merasa.

Kebohongan yang ditutup rapat oleh Munarman dan kawan-kawan pada waktu demo 212 menguasai Monas Jakarta, akhirnya terbuka pula sekarang. Munarman yang telah mendekam di balik jeruji besi dikenakan kasus berlapis atas keterlibatannya dengan organisasi teroris tingkat internasional Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Munarman mencoba menggerakkan massa untuk menentang keputusan pemerintah di Indonesia yang jelas bertentangan dengan segala keputusan ISIS.

BACA JUGA  Berpuasalah, Agar Kamu Selamat dari Kejahatan Radikalisme

Langkah yang dilakukan Munarman ini jelas memiliki target yang matang untuk mengganti segala apapun yang berkaitan dengan Negara Indonesia. Dia melakukannya dengan bergabung dengan kelompok oposisi yang menentang keputusan pemerintah. Munarman sesungguhnya bersikeras mengganti sistem republik-demokratis yang telah berjalan di Indonesia. Munarman tidak peduli penggantian sistem republik dengan sistem Khilafah akan dapat mencederai banyak kalangan. Salah satunya, pemeluk agama di luar Islam.

Hubungan Munarman dengan jaringan teroris internasional memiliki misi yang besar untuk mengubah desain Indonesia dari negara bangsa (nation state) menjadi negara Islam (daulah Islamiyyah). Seperti yang telah kita tahu, kampanye pendirian negara Islam sebenarnya isu yang usang. Tapi, sampai detik ini isu ini masih terus dikampanyekan. Meski, kampanye itu tidak menuai hasil. Karena, rencana pendirian agama Islam itu adalah sesuatu yang sangat mustahil. Sebab, di Indonesia terdapat beragam macam agama, mulai agama Islam hingga agama Konghuchu. Terus, jika negara ini diubah dengan sistem Islam bagaimana masa depan pemeluk agama di luar Islam?

Munarman dan kawan-kawan sangat egois—bila enggan berkata jahat. Mereka hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri. Mereka tidak mempedulikan masa depan orang lain. Hal ini jelas bertentangan dengan nilai-nilai yang dibangun dalam agama Islam, yaitu menegakkan persatuan. Persatuan ini dibangun disebabkan semua manusia, muslim atau non-muslim, bersaudara. Persatuan antar sesama manusia, meski beda agama disebut dengan ukhwah basyariyyah. Munarman mungkin lupa dengan konsep persaudaraan ini. Dia hanya menganggap saudara itu hanya kelompoknya sendiri. Sementara, kelompok lain atau agama lain adalah musuh.

Thus, perbuatan Munarman yang dibangun di balik instrumen agama sesungguhnya tidak murni untuk membela agama. Pembelaan yang sesungguhnya hanya sebatas kepentingan politik yang bersifat sesaat. Hati-hati dengan orang semacam ini. Karena, dia pintar bersilat lidah untuk menyembunyikan kelicikannya. Ingatlah, bahwa agama itu tidak mengajak kepada perpecahan. Tetapi, mengajarkan tegaknya persatuan.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru