29.5 C
Jakarta

Metamorfoshow: Titik Tolak Kontra-Propaganda Khilafah

Artikel Trending

KhazanahPerspektifMetamorfoshow: Titik Tolak Kontra-Propaganda Khilafah
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Dalam sejarah umat Islam, khilafah adalah perwujudan kepemimpinan pengganti pasca Nabi Muhammad Saw. Perannya sebagai pemelihara urusan umat dan pengayom bagi umat Islam pasca Nabi Muhammad Saw. begitu penting.

Demikian pula perwujudan eksistensi khilafah yang tercatat dalam beragam literatur sejarah. Mulai dari kemajuan sains di Abad Pertengahan, perkembangan berbagai ilmu agama, serta ekspansi kekuasaan politik yang dikaitkan dengan masa keemasan peradaban Islam, sejak era Dinasti Umayyah, Abbasiyyah, hingga Utsmani.

Kendati begitu, khilafah adalah bagian khazanah dalam pemikiran politik Islam. Di Indonesia sendiri narasi khilafah mulai berkembang sejak era Reformasi. Beragam kelompok Islam di Indonesia memiliki ekspresi keagamaan terhadap kebangkitan kembali khilafah—bahkan terus digaungkan hingga saat ini. Salah satunya oleh gerakan transnasionalisme yang bernama Hizbut Tahrir, dan di Indonesia disebut Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

Organisasi politik ini dibentuk dengan tujuan mempropagandakan kebangkitan kembali umat Islam dari kemerosotan yang sangat parah, membebaskan umat Islam dari ide-ide, sistem perundang-undangan, dan hukum-hukum kufur, serta membebaskan mereka dari dominasi Barat.

Dan yang paling utama dari adanya organisasi politik HTI adalah sebagai bentuk upaya untuk membangun kembali negara Islam. Tujuannya, agar urusan pemerintah dapat dijalankan sesuai dengan apa yang Allah Swt. perintahkan.

Propaganda Khilafah di Internet

Meski HTI sudah resmi dibubarkan pada saat pemerintahan Jokowi, yaitu melalui Perppu Ormas pada 2017 silam, pemerintah tidak dapat menghapus ideologi HTI dalam diri para mantan anggotanya. Berdasarkan kebebasan menjalankan ajaran agama yang dijamin konstitusi, mereka dipastikan dapat membentuk organisasi/lembaga baru untuk melakukan dakwah di masyarakat, dan itu banyak dilakukan melalui media internet.

Perkembangan teknologi disinyalir menjadi momentum untuk terus menjalankan propaganda wacana dan gerakan keagamaan, termasuk wacana negara khilafah. Keberadaan media internet memainkan peran dan posisi yang strategis untuk membranding wacana apa pun di ruang publik. Bahkan disposisi membuat “tagline” untuk mengkritik rezim pemerintah. Penentangan utamanya yaitu pemerintahan yang dicap sekularisme, kapitalisme dan liberalisme.

Seperti halnya agenda yang baru saja terjadi pada Februari lalu, yaitu sebuah acara yang dibungkus rapi bernama Metamorfoshow dengan tajuk “It’s Time to be One Ummah”. Untuk mengumpulkan sebanyak 1.200 orang agar hadir ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII), tentu membutuhkan koordinasi yang teratur, efektif, dan masif.

BACA JUGA  Melawan Narasi Ekstremisme Melalui Media Islam Moderat

Semua itu dilakukan dengan bantuan media internet, terutama media sosial. Melalui media sosial, para influencer ternama dengan ratusan ribu pengikut terus aktif menyebarkan paham khilafah. Dari acara tersebut, tak tanggung-tanggung kelompok mereka membuat akun media sosial Instagram @itistimeid yang per 19 Maret 2024 sudah memiliki jumlah postingan 26 dan diikuti ribuan followers.

Pengaruh Propaganda Khilafah

Target utama dalam propaganda wacana negara khilafah adalah anak muda. Anak muda menjadi sasaran empuk agar masuk dalam pusaran ideologi mereka. Selain dipandang sebagai masa depan bangsa, anak muda juga dipandang sebagai pihak yang rentan terhadap pengaruh propaganda khilafah. Hal itu karena anak muda belum kuat dalam pendirian, masih mencari jati diri, dan belum memiliki pola pikir kritis.

Di samping itu, kelompok mereka sering menggunakan narasi-narasi propaganda di media internet. Seperti narasi politis, yang menyatakan segala permasalahan negara yang ada adalah sebab dari bobroknya sistem pemerintahan yang sekarang.

Narasi politis juga menyebutkan bahwa umat Islam sedang dalam penindasan seperti yang terjadi di Gaza, Palestina. Anak muda yang setiap hari dapat dipastikan berselancar di media sosial, akan mendapati narasi-narasi propaganda seperti ini.

Lebih berbahaya lagi ketika anak-anak muda membenarkan bahkan ikut serta dan dengan suka rela mendukung adanya wacana negara khilafah. Sebanyak 1.200 orang ramai-ramai mendatangi TMII untuk mengikuti acara Metamorfoshow adalah bukti bahwa apa yang setiap hari diindoktrinasi kelompok mereka, yakni propaganda khilafah, sukses.

Untuk itu, sudah seharusnya, anak muda mengambil peran untuk lebih banyak menyebarkan kedamaian, mengasah pola berpikir kritis, dan menjunjung tinggi nasionalisme.

Dengan media internet, anak muda yang menjadi target propaganda khilafah juga punya potensi untuk melawan mereka. Artinya, anak muda mesti terlibat aktif dalam kontra-narasi yang berkelanjutan.

Fatmi Isrotun Nafisah
Fatmi Isrotun Nafisah
Anggota Puan Menulis

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru