34.7 C
Jakarta

Melihat Lebaran dengan Spirit Memerangi Intoleransi dan Radikalisme

Artikel Trending

KhazanahPerspektifMelihat Lebaran dengan Spirit Memerangi Intoleransi dan Radikalisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Lebaran, sebuah momen penting bagi umat Muslim di seluruh dunia, menandai akhir dari bulan suci Ramadan dan merupakan waktu untuk merayakan kemenangan spiritual, persaudaraan, dan keberkahan. Lebaran juga tidak hanya sebuah perayaan agama tetapi juga sebuah fenomena budaya yang mampu menyatukan beragam etnis, budaya, dan latar belakang sosial menjadi satu dalam semangat kebersamaan dan toleransi.

Momentum ini, dengan kekayaan tradisi dan kearifan lokalnya, menjadi sebuah penghalang kuat terhadap radikalisme yang mencoba memecah-belah dan merusak keberagaman masyarakat.

Lebaran mengajarkan nilai-nilai universal tentang persaudaraan, kedermawanan, dan keadilan yang menjadi fondasi kuat dalam melawan pemikiran sempit dan ekstremisme yang mengancam keamanan dan stabilitas sosial. Selama Lebaran, orang-orang dari berbagai latar belakang saling bermaaf-maafan, berbagi kebahagiaan, dan menunjukkan solidaritas kepada sesama.

Spirit Kontra-Radikalisme

Lebaran menciptakan atmosfer yang tidak cocok bagi ideologi radikal yang cenderung memanfaatkan ketegangan dan perpecahan. Ia adalah momen di mana perbedaan budaya dan agama menjadi sumber kekuatan, bukan perpecahan, karena bersama-sama mereka merayakan nilai-nilai kemanusiaan yang mendasar.

Namun perayaan ini tidak hanya mengajarkan tentang pentingnya berbagi kegembiraan, tetapi juga mengukuhkan nilai-nilai saling penghormatan dan kerja sama, yang secara langsung bertentangan dengan ajaran radikalisme yang memanfaatkan ketegangan dan perpecahan untuk menanamkan pengaruhnya.

Dalam konteks radikalisme, Lebaran menjadi kontra-narasi yang kuat. Atmosfer kebersamaan dan toleransi yang dihasilkan oleh perayaan ini membentuk pagar pertahanan efektif terhadap penyebaran ideologi radikal. Saat seseorang dari berbagai latar belakang bergandengan tangan dalam perayaan yang penuh kasih, pesan perdamaian dan inklusivitas menjadi lebih kuat dari pada pemikiran radikal yang mencoba memecah-belah masyarakat.

Dalam momen yang penuh dengan kebahagiaan dan persatuan, kerentanan masyarakat terhadap ajakan radikalisme merosot, karena orang-orang merasa lebih terikat oleh nilai-nilai kemanusiaan yang mendasar.

Lebaran menciptakan ruang bagi perbedaan budaya dan agama untuk berkembang sebagai kekuatan dan bukan ancaman, karena bersama-sama merayakan esensi kemanusiaan yang melampaui batas-batas perbedaan tersebut.

Dengan demikian, Lebaran tidak hanya menjadi momen perayaan, tetapi juga menjadi perisai yang kuat dalam melawan radikalisme, menggalang solidaritas dan persatuan yang mampu menghambat pengaruh negatif paham ekstremisme dalam masyarakat.

Dalam suasana yang dipenuhi dengan semangat perayaan dan kebersamaan, seseorang lebih terbuka terhadap orang lain tanpa sekat. Ini menciptakan peluang untuk membangun pemahaman yang lebih baik tentang kehidupan dan pengalaman orang lain, yang membantu mengurangi ketakutan dan ketidakpahaman yang sering dimanfaatkan oleh gerakan radikal untuk merekrut teroris baru.

BACA JUGA  Menjadikan Ruang Maya sebagai Ajang Politik Damai

Lebaran juga mengajarkan pentingnya berbagi kebahagiaan dan bantuan kepada sesama, nilai-nilai yang bertentangan dengan ajaran radikal yang menumbuhkan sentimen individualisme dan eksklusivisme. Tindakan kedermawanan ini tidak hanya memperkuat solidaritas antarindividu dalam masyarakat, tetapi juga memberikan kesempatan untuk menunjukkan bahwa kekuatan dan keberhasilan sejati terletak dalam kepedulian terhadap sesama.

Lebaran tidak hanya menjadi momen refleksi spiritual dan kebersamaan keluarga, tetapi juga menjadi alat efektif dalam melawan radikalisme dengan memperkuat fondasi keberagaman, persaudaraan, dan kedermawanan dalam masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk memahami dan merayakan perayaan ini tidak hanya sebagai sebuah tradisi budaya, tetapi juga sebagai sumber kekuatan moral dan sosial yang mampu menghalangi penyebaran ideologi radikalisme yang merusak.

Konter Intoleransi

Dalam konteks ini, pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai yang dianut dalam perayaan Lebaran menjadi penting. Kedermawanan, misalnya, bukan hanya tentang memberikan sumbangan secara materi, tetapi juga tentang memberikan waktu, perhatian, dan empati kepada sesama. Ini adalah pesan yang kontras dengan egoisme dan kebencian yang sering digaungkan oleh kelompok-kelompok radikal.

Persaudaraan yang diperkuat selama Lebaran juga memiliki sisi bagus dalam melawan radikalisme. Ketika seseorang merasa terhubung satu sama lain, mereka lebih cenderung untuk memahami dan menghormati perbedaan. Solidaritas ini menjadi rintangan bagi upaya radikal untuk menciptakan perpecahan dan kebencian di antara masyarakat.

Lebaran juga memperkuat nilai keberagaman. Saat orang-orang dari berbagai latar belakang berkumpul untuk merayakan, mereka memperingatkan bahwa keberagaman bukanlah ancaman, tetapi justru merupakan kekuatan. Ini bertentangan dengan narasi sempit yang digaungkan oleh kelompok-kelompok radikal yang mengecam dan menentang keberagaman.

Sepatutnya masyarakat atau umat Islam paham bahwa momentum Lebaran bukan hanya sebagai sebuah tradisi budaya, tetapi juga sebagai sumber kekuatan moral dan sosial yang mampu menghalangi penyebaran ideologi radikalisme yang merusak.

Dengan memperkuat nilai-nilai kebersamaan, kedermawanan, dan keberagaman yang dijunjung tinggi dalam perayaan ini, masyarakat dapat membangun pertahanan yang tangguh terhadap ancaman radikalisme, menjaga kedamaian, harmoni, dan keadilan dalam masyarakat Indonesia yang majemuk. Selamat Lebaran Ketupat!

Ibnu Nurrochim
Ibnu Nurrochim
Peminat kajian filsafat, dianoia, dan peminat kajian buku

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru