29.1 C
Jakarta

Membaca Fenomena Hijrah yang Terkontaminasi oleh Gerakan Politik Islam

Artikel Trending

KhazanahTelaahMembaca Fenomena Hijrah yang Terkontaminasi oleh Gerakan Politik Islam
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com- Bulan Muharram adalah bulan yang ciamik, oleh para aktivis khilafah dijadikan ruang untuk melakukan dan mengajak semua orang hijrah. Tentu, hijrah yang dimaksud adalah suatu perubahan ke arah yang lebih baik, di mana merebut makna hijrah yang esensinya tidak hanya berdasar pada perubahan yang kasat mata. Hijrah yang dimaksud oleh mereka bukan sekadar perubahan personal, akan tetapi mengajak perubahan sosial yang justru, menjadi tantangan besar bagi bangsa Indonesia.

Term “hijrah” menjadi pembahasan yang cukup sering karena dihadapkan dengan berbagai fenomena sosial. Kemodernan yang kerapkali dianggap sangat jauh dengan ajaran Islam dan mengalienasi manusia, khususnya umat Islam. Atas dasar inilah, hijrah menjadi upaya besar yang wajib dilakukan oleh umat Muslim modern, sehingga bisa berdiri tegak dengan ajaran Islam, namun tetap mampu mengikuti ajaran Islam. Berdasarkan hal tersebut, kita cukup memiliki pertanyaan besar, mampukah Islam berdampingan dengan kemodernan?

Media sosial menjadi salah satu ruang untuk memperkuat makna hijrah, yang ditampilkan oleh kelompok-kelompok Islam sehingga semakin memberikan makna yang beragam terhadap hijrah itu sendiri. Artinya, makna hijrah tidak sekadar proses seseorang untuk melakukan berbagai upaya perubahan dalam diri untuk mencapai kebaikan itu sendiri. Lebih jauh, hijrah menjadi gerakan yang memobilisasi masa, dengan visi besar dalam mendukung keberislaman yang harus ditegakkan oleh semua tatanan masyarakat.

Hijrah: Islamisme Populer

Berapa banyak menyaksikan teman, yang barangkali pernah sangat dekat di masa silam, namun seiring berjalannya waktu kita melihat di media sosial, cukup terlihat bahwa menjauh untuk sekadar menanyakan kabar melalui WhatsApp dan ternyata ia sedang memposting perjalanan hijrahnya, di mana salah satunya adalah menjauhi teman/seseorang yang tidak mengajaknya ke surga?

Fenomena ini menjadi sesuatu yang marak belakangan ini, sehingga makna hijrah menjadi makna yang cukup eksklusif dan dilakukan dengan bergabung bersama kelompok hijrah yang lain. Makna sekufu, juga diterapkan dalam kehidupan para kelompok hijrah, sehingga mereka bergaul dan berteman dengan sesamanya.

Di Indonesia, gerakan hijrah di atas lebih banyak dilakukan oleh generasi muda. Ada banyak kelompok pemuda hijrah, yang memperkuat pemaknaan bahwa hijrah adalah gerakan islamisme populer. Kelompok pemuda hijrah Bandung, misalnya. Salah satu komunitas hijrah ini memiliki banyak pengikut yang notabenenya adalah anak muda. Mereka memobilisasi masa untuk melakukan aktivitas dakwah. Ada juga kelompok Indonesia Tanpa Pacaran yang memaknai hijrah sebagai perubahan yang perlu dilakukan oleh anak muda untuk menjauh hubungan asmara dengan lawan jenis sebelum nikah.

BACA JUGA  Melihat Gerakan Perempuan Akar Rumput dalam Upaya Pencegahan Radikalisme

Kelompok ini kerapkali mengajak untuk menikah muda. Alih-alih mengajak kebaikan, salah satu hal yang diusung adalah pernikahan dianggap sebuah kehidupan yang sangat bahagia, sehingga kerapkali menormalisir pernikahan dini karena narasi yang diusung trus mengkampanyekan untuk menikah sesegera mungkin agar menghindari zina.

Ada pula The Strangers AlGhuroba. Komunitas hijrah ini diinisasi oleh para mantan musisi. Mereka mengajak untuk meninggalkan musik karena dianggap sesuatu yang haram. Setelah berhijrah, secara otomatis mereka menganggap bahwa uang yang dihasilkan dari bermain musik adalah sesuatu yang haram karena, berasal dari perbuatan yang dilarang oleh agama.

Kelompok hijrah tersebut terlihat secara ketat dan kaku. Ada pula kelompok yang lebih cair yakni Hijab Squad yang menekankan makna hijrah untuk melakukan perubahan dari segi aspek busana dan menutup aurat sesuai dengan ajaran Islam. Tentunya, busana yang paling tampak adalah hijab dan busana Muslim yang besar. Makna lain yang di dekonstruksi adalah, semakin besar dan panjang busana seseorang, semakin saleh dia sebagai seorang manusia. Kegunaan dalam makna pakaian ini, juga sebagai penebusan dosa atas kenakalan yang dilakukan di masa lalu.

Beragam gerakan hijrah yang ada di Indonesia, merupakan sebuah fenomena bahwa hijrah tidak lagi dipahami secara personal, sehingga seorang Muslim melakukannya dengan sendiri, tanpa perlu menyebarluaskan bahwa dirinya hijrah. Upaya hijrah yang dilakukan oleh para kelompok hijrah di atas, merupakan fakta bahwa ini adalah gerakan islamisme populer. Di tengah kehidupan modern yang banyak memberikan kemudahan, akses kehidupan yang sangat layak, ada kerinduan yang sangat mendalam terhadap ajaran-ajaran tradisional yang itu berasal dari ajaran agama.

Adanya komunitas tersebut, juga diinisiasi atas dasar rasa alienasi yang besar dan merasa terpinggirkan dari banyak masalah sosial yang dialami, sehingga mereka perlu ruang aman dan damai untuk menjalani kehidupan. Atas dasar argumen yang sudah dijelaskan di atas, kita cukup mampu memahami bahwa, hijrah masa kini sudah terkontaminasi oleh gerakan politik Islam yang menjadi salah satu tantangan kebangsaan. Wallahu A’lam.

 

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru