28.2 C
Jakarta

Kontra-Ekstremisme Berbasis Kecerdasan Buatan, Mungkinkah?

Artikel Trending

KhazanahPerspektifKontra-Ekstremisme Berbasis Kecerdasan Buatan, Mungkinkah?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Kemajuan teknologi dan informasi memang memberikan banyak sekali kemanfaatan bagi manusia untuk menyelesaikan permasalahan hidupnya. Akan tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa kemajuan teknologi juga bisa dimanfaatkan oleh oknum tidak bertanggung jawab dalam melakukan tindak kejahatan.

Hal tersebut yang sedang diterapkan oleh kelompok-kelompok teroris dan radikalis. Walaupun dari luar mereka terlihat selalu menghancurkan peradaban di mana saja tempatnya, kelompok teroris justru sangat lihai memanfaatkan perkembangan teknologi khususnya jaringan internet untuk menyebarkan propaganda-propaganda mereka secara online. 

Ketika kelompok ekstremis memutuskan untuk menggunakan kekuatan teknologi maka ancamannya tidak hanya sebatas wilayah saja namun sudah mencangkup ancaman dengan skala global.

Propaganda kelompok teroris dengan kekuatan teknologi secara telah memunculkan kekhawatiran serta permasalahan baru di berbagai negara.

Pemanfaatan teknologi seperti internet serta media sosial oleh kelompok radikal menyebabkan berbagai tantangan baru yang sangat kompleks seperti polarisasi masyarakat, munculnya kelompok simpatisan radikal, menyebarnya isu menakutkan serta masih banyak lagi dampak buruk yang muncul di masyarakat.

Walaupun berbagai upaya telah dilakukan untuk membuat pertahanan siber sebaik mungkin akan tetapi karena kecerdikan kelompok teroris dengan memanfaatkan jaringan internet yang rumit mampu membuat celah baru untuk menerobos pertahanan tersebut. Faktor itulah yang menjadikan propaganda ekstremisme secara online selalu sulit dilawan sampai saat ini.

Kompleksitas Propaganda Online

Sampai saat ini penanganan propaganda kelompok ekstremis yang dilakukan secara online masih terus dilakukan pengkajian dan pendalaman secara penuh oleh para ahli. Faktor penyebabnya karena teknologi terus mengalami dinamika dari ke waktu. Ditambah dengan munculnya berbagai jenis fitur internet membuat propaganda ekstremis online terlihat kompleks dan sulit sekali dideteksi. 

Kemudahan akses informasi yang diciptakan oleh internet justru dapat dimanfaatkan dengan baik oleh kelompok ekstremis. Kelompok radikal ini lebih memilih menggunakan kemudahan teknologi di dunia maya karena dapat memberikan dampak yang lebih besar untuk menggugah emosi dan mempengaruhi audiens mereka.

Pemanfaatan algoritma media sosial yang disesuaikan dengan preferensi pengguna membuat penonton hanya mendapatkan konten dari sudut pandang yang sama. Sehingga dampak yang ditimbulkan adalah semakin menguatnya keyakinan mereka terhadap doktrin-doktrin ekstrem.

Untuk menyukseskan propaganda ekstrem ini serta demi menghindari pelacakan pihak berwajib mereka maka berbagai pola diterapkan sedemikian rupa sehingga terlihat sangat rumit untuk dideteksi. 

Internet telah menawarkan berbagai fitur berguna yang bisa di akses oleh seluruh lapisan masyarakat dalam lingkup global, dengan memanfaatkan berbagai platform seperti situs web, media sosial, forum, dan aplikasi pesan.

Kelompok teroris sering menciptakan konten-konten dengan kualitas tinggi, grafik yang menarik, dan audio memukau untuk menarik dan memengaruhi pola pikir audiensnya.

Selanjutnya untuk merekrut audiens yang telah terdoktrin kelompok teroris menggunakan pola anomimitas tinggi di jaringan internet. Anonimitas merupakan kemampuan internet yang dapat dimanfaatkan oleh kelompok teroris supaya mereka tidak di kenal atau teridentifikasi ketika melakukan interaksi dengan audiens secara online.

Mereka menghindari pendektesian oleh pihak berwenang dengan memanfaatkan platform pesan terenkripsi atau saluran pribadi end-to-end. Sehingga pesan-pesan mereka sulit diakses atau dibaca oleh pihak ketiga, termasuk otoritas penegak hukum.

Memang kecerdikan kelompok ekstremis dalam mengelola fitur-fitur internet telah menjelma menjadi permasalahan yang sukar teratasi. Akan tetapi tidak serta merta kemajuan teknologi hanya bisa dimanfaatkan oleh kelompok radikal ini saja. Propaganda ekstremisme online justru bisa diatasi dengan pemanfaat teknologi juga.

BACA JUGA  Kontra-Radikalisme dan Disinformasi di Tengah Hiruk Pikuk Pemilu 2024

Salah satunya adalah lewat fitur artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Dengan penggunaan yang tepat artificial intelligence dapat menjadi senjata terbesar untuk melawan propaganda ekstremisme online kelompok teroris.

Efektivitas Penggunaan Kecerdasan Buatan

Artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan merupakan pengembangan sistem komputer dengan mencontoh konsep kecerdasan manusia. Jadi, artificial intelligence adalah mesin komputer yang mampu belajar, berpikir, dan mengambil keputusan layaknya seorang manusia ketika bekerja.

Dengan kemampuan untuk berpikir dan menganalisa layaknya manusia kemampuan artificial intelligence berpotensi besar menyelesaikan permasalahan propaganda ekstremisme online yang selama ini menjadi perhatian serius. Pola-pola rumit dan kompleks yang dimainkan kelompok teroris tersebut dapat dideteksi dengan pola yang sama sehingga pergerakan mereka dapat dilacak dengan mudah.

Penggunaan artificial intelligence untuk melawan propaganda ekstremisme online memiliki banyak sekali keunggulan di antaranya adalah:

Pertama, artificial intelligence memiliki kemampuan menganalisis yang sangat tinggi sehingga konten-konten radikal yang tersembunyi sekalipun dapat dilacak dan diidentifikasi dengan sangat cepat.

Cara kerjanya yaitu dengan mendeteksi kata kunci, pola visual, dan pesan-pesan terselubung yang tersebar di platform online seperti situs web, media sosial dan forum online.

Kedua, teknologi mampu bekerja tanpa batasan waktu. Tidak seperti manusia yang memiliki rasa lelah saat melakukan pekerjaan berlebihan, artificial intelligence yang merupakan mesin mampu bekerja selama 24 jam penuh tanpa henti.

Seringkali kelompok teroris sering memanfaatkan celah waktu-waktu kosong, dengan mesin artificial intelligence celah waktu kosong tersebut dapat ditutupi dan akan terus melakukan pelacakan 24 jam penuh. 

Dengan waktu kerja tanpa henti tersebut, artificial intelligence dapat merespons dengan cepat dan otomotasi terhadap konten-konten yang mencurigakan. Mesin ini secara otomatis akan memicu peringatan kepada pihak berwenang atau platform yang relevan untuk segera mengatasi permasalahan tersebut.

Ketiga, mesin komputer dengan artificial intelligence dapat menilai dan mendeteksi konten propaganda radikal secara objektif tanpa terpengaruh oleh oleh bias pribadi atau politik.

Berbeda dengan manusia yang mudah dipengaruhi oleh faktor-faktor emosional atau subjektif, artificial intelligence merupakan mesin yang bekerja berdasarkan algoritma dan aturan yang objektif sehingga dapat menemukan semua konten-konten radikal tanpa terkecuali.

Keunggulan keempat dan yang paling penting adalah artificial intelligence merupakan mesin yang dapat belajar serta cepat beradaptasi dengan perubahan karena memiliki teknik pembelajaran mesin.

Kemampuan ini menjadi sangat penting karena kelompok teroris sering merubah pola-pola propaganda mereka agar tidak mudah dilacak. Dengan kemampuan beradaptasi dengan data yang dianalisisnya maka konten ekstremis dengan pola yang rumit dapat dipecah dan dilacak secara efektif.

Untuk melawan kecerdikan kelompok teroris saat memainkan teknologi untuk menyebarkan propaganda mereka. Maka kita juga harus lebih cerdik dari mereka dengan memanfaatkan sumber daya teknologi untuk melawannya. 

Tidak harus pemerintah atau penegak hukum saja yang mempunyai kewajiban melawan propaganda online ini. Kita sebagai masyarakat dengan kesempatan pengelolaan teknologi yang besar harus ikut terjun untuk menyelamatkan banyak orang dari indoktrinisasi radikal ini.

Ada banyak fitur artificial intelligence yang bisa digunakan masyarakat umum untuk mendeteksi konten-konten radikal seperti filter pesan dan komentar, ekstensi browser, aplikasi pendeteksi hoaks, serta masih banyak fitur-fitur bermanfaat lainnya.

Muhamad Andi Setiawan
Muhamad Andi Setiawan
Sarjana Sejarah Islam UIN Salatiga. Saat ini aktif dalam mengembangkan media dan jurnalistik di Pesantren PPTI Al-Falah Salatiga.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru