27.3 C
Jakarta

Berjihad di Palestina Itu Wajib! Tapi Hati-hati Tipu Daya Pengasong Khilafah

Artikel Trending

Milenial IslamBerjihad di Palestina Itu Wajib! Tapi Hati-hati Tipu Daya Pengasong Khilafah
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Setelah tulisan saya sebelumnya yang mengatakan bahwa Hamas bukan teroris melainkan jihadis, ada seorang teman yang bertanya, “apakah kamu mendukung teroris?”. Jelas, saya kaget dengan pertanyaan tersebut. Bagi saya, orang tersebut berada di antara dua kemungkinan. Pertama, dia tidak paham track saya yang concern melakukan kontra-terorisme. Kedua, dia tidak paham konteks perang Palestina-Israel. Mengapa demikian?

Pada tulisan sebelumnya, saya menegaskan bahwa saya, sama sekali, menentang terorisme. Namun, dalam hal Palestina, ada konteks kunci yang perlu dipahami. Kesatu, bahwa umat Islam jangan sampai anti-jihad. Kedua, bahwa Palestina—selama beberapa dekade—adalah sebagai korban pendudukan Israel. Ihwal cap terorisme, bukankah pejuang Indonesia di zaman kolonial juga dicap teroris karena melawan penguasa Hindia Belanda?

Seorang teman yang lain menimpali saya, untuk tidak membawa kasus Palestina ke dalam ranah agama. Saya jawab, memangnya kenapa? Saya benar-benar melihat bahwa tanggapan beragam masyarakat Muslim terhadap konflik Palestina telah memperunyam perang itu sendiri. Ini soal hegemoni Barat. Amerika dan Eropa bersekongkol dengan zionisme. Katakanlah itu bukan masalah agama, tapi apa tujuan zionis itu sendiri?

Pangkalnya ternyata agama juga, terkait keyakinan eskatologis mereka: mendirikan kuil Sulaiman dan mengembalikan kejayaan masa lalu. Maka, jika okupasi Palestina oleh Israel,  yang telah jadi sumber penderitaan karena perang tak berkesudahan, dilatari keyakinan zionisme, apakah masyarakat Palestina harus dibungkam demi kemaslahatan? Ini sungguh naif. Islam tidak mengajarkan demikian.

Dalam konteks mempertahankan diri dari musuh (daf’ al-shā’il), jihad perang itu fardu. Maka saya berpendirian, jihad di Palestina itu wajib. Namun kewajibannya untuk masyarakat Palestina itu sendiri. Hamas, misalnya. Bagaimana dengan umat Islam di Indonesia? Di negara ini, perang Palestina agak dipelintir untuk keyakinan eskatologi seperti para zionis, yaitu mendirikan khilafah. Nah, kalau ini, saya tidak setuju. Ini yang harus diwaspadai.

Zionisme Harus Dilawan

Jihad, dalam Islam, bukan hanya mengacu pada perang fisik, tetapi juga perjuangan menegakkan keadilan dan menghapus penindasan—okupasi. Dalam konteks Palestina, umat Islam wajib melawan ketidakadilan dan penindasan zionis Yahudi. PBB sendiri telah mengutuk Israel karena pelanggaran HAM dan hukum internasional. Artinya, jihad menjadi tanggung jawab moral bagi umat Islam, untuk melawan zionisme.

Kuncinya adalah: di Palestina melawan zionis. Tidaklah benar jika konteksnya dibawa ke Indonesia, seperti yang dilakukan para pengasong khilafah. HTI, umpamanya, hari ini sedang sibuk sebarin poster bela Palestina sambil disertai embel-embel pentingnya menegakkan khilafah. Mereka menumpangi konflik Palestina untuk kepentingan ideologisnya sendiri. Jika demikian, maka konteksnya sudah berbeda sama sekali. Itu tidak dapat dibenarkan.

BACA JUGA  Rajab, Bulan Penuh Pahala untuk Memerangi Khilafahisme

Beda halnya dengan melawan zionisme. Jihad melawan zionis adalah memperjuangkan hak rakyat Palestina dan menolak agresi yang merongrong kedaulatan negara. Dengan menyuarakan hak-hak Palestina, umat Muslim berarti mendukung perdamaian dan keadilan di wilayah tersebut. Islam tidak anti-jihad, jika konteksnya benar. Jihad menjadi sesuatu yang harus ditentang jika konteksnya keliru, seperti yang dilakukan pengasong khilafah.

Dalam melihat perang Palestina melawan Israel, umat Islam mesti bersatu, mendukung rakyat Palestina dan melawan penjajahan para zionis. Dengan bersatu, umat Muslim telah menjalankan peran penting untuk perdamaian dan keadilan di Timur Tengah. Saya setuju bahwa umat Islam harus punya empati: Islam mengajarkan demikian. Analogi sederhananya, jika sebagian kaum Yahudi saja membela Palestina, mengapa umat Islam justru sebaliknya?

Membela Palestina tidak berarti mendukung terorisme, melainkan memperjuangkan keadilan dan menjunjung kedaulatan negara. Selain itu, zionisme tidak mewakili keseluruhan Yahudi. Yang harus dijihadi, diperangi, itu zionis yang mengokupasi Palestina. Dalam konteks tersebut, umat Islam punya tanggung jawab moral dan politik. Namun, sekaligus harus waspada, karena sebagian pengasong khilafah coba menumpangi masalah ini.

Waspadai Pengasong Khilafah!

Di Indonesia, Palestina itu bisa jadi “ladang basah”. Ini intinya. Solidaritas umat Muslim di Indonesia kerap kali palsu dan pragmatis, untuk tidak mengatakan money-oriented. Mereka, yang teriak-teriak di jalan, tidak pernah benar-benar memperjuangkan kemerdekaan Palestina, melainkan buka donasi yang keuntungannya justru kembali pada diri mereka sendiri. Mereka bawa spanduk yang, ternyata, bendera HTI. Sungguh ironi.

Antara kewajiban membela Palestina dan kewajiban untuk mewaspadai pengasong khilafah itulah kerap kali terjadi kesalahkaprahan. Gara-gara HTI menumpangi, banyak masyarakat yang justru antipasti dengan substansi konflik Palestina. Ini bukan saja disayangkan, tapi memalukan. Bagaimana tidak, alih-alih membela Palestina untuk perdamaian internasional, pengasong khilafah justru melakukannya karena ‘nyari duit’.

Duitnya dipakai apa? Jelas, kepentingan organisasi. Organisasi yang terlarang itu kini bergerak di bawah tanah, meracuni umat dengan doktrin-doktrin khilafahisme. Alasan mengapa pengasong khilafah mesti diwaspadai, dalam konteks mereka menumpangi konflik Palestina, adalah karena merugikan umat Islam. Pada saat yang sama, ia tidak menguntungkan Palestina sama sekali.

Di situlah kepekaan umat Muslim sangat diperlukan. Berjihad, di Palestina, itu wajib. Umat Islam di Indonesia dapat menyuarakan dan menuntut perdamaian sebagai tanggung jawab moral, namun sekaligus mesti berhati-hati dengan tipu daya para pengasong khilafah yang menumpangi konflik tersebut. Jangan sampai niatnya membela Palestina ternyata menjerumuskannya jadi ikut gerombolan pengasong khilafah HTI. Hati-hati!

Wallahu A’lam bi ash-Shawab…

Ahmad Khoiri
Ahmad Khoiri
Analis, Penulis

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru