31.5 C
Jakarta

Ancaman Terorisme di Laut Perbatasan

Artikel Trending

KhazanahTelaahAncaman Terorisme di Laut Perbatasan
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com-Perbatasan Indonesia-Filipina, harus menjadi fokus pemerintah mengingat peristiwa yang terjadi beberapa waktu silam. Bom meledak di sebuah gym kampus di Filipina Selatan, Universitas Negeri Mindanao, saat misa Katolik. Akibat dari kejadian tersebut, tiga orang dilaporkan tewas.
Dilansir detikNews dari Reuters, Minggu (3/12/2023), ledakan tersebut terjadi di Marawi. Direktur Kepolisian Daerah, Brigadir Jenderal Allan Nobleza, mengatakan pihaknya sedang menyelidiki terkait ledakan tersebut. Dia menyebut serangan ini diduga balas dendam oleh kelompok militan pro-ISIS.

Kota Marawi merupakan salah satu basis ISIS di Filipina. Sejak dikuasai oleh kelompok Maute, yang dikenal sebagai Negara Islam Lanao, kelompok Islam radikal yang terdiri dari para mantan gerilyawan Fron Pembebasan Islam Moro dan beberapa pejuang pada tahun 2017, tempat ini dikenal sebagai titik balik dari menguatnya ISIS di Asia Tenggara. Dengan kondisi terdesaknya ISIS di wilayah Timur Tengah, mengharuskan ISIS untuk mengubah strategi dengan menciptakan kantong-kantong baru di Asia Tenggara, tepatnya di Marawi, yang berbatasan langsung dengan wilayah provinsi Sulawesi Utara (Indonesia).

Alasan ini harus menjadi landasan bagi pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kekuatan militer di daerah laut perbatasan dalam rangka mencegah sendi-sendi ISIS masuk ke Indonesia lebih besar. Di samping itu, kita tentu masih ingat peristiwa tahun 2017 hilangnya TNI AL di perairan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), yang berbatasan dengan Filipina. Ada 4 TNI yang hilang tanpa jejak sampai hari ini masih menjadi misteri entah kemana. Mereka juga tidak meninggalkan jejak apapun dalam peristiwa tersebut. Misteri hilangnya para TNI, menjadi kebimbangan tersendiri mengingat kelompok ekstremis yang tinggal di Kota Marawi, menguasai daerah tersebut. Apalagi, saat itu terdeteksi melalui radar ada kapal asing. Setelah digeledah ternyata kapal FN Nurhana yang berbendera Filipina dengan 24 ABK.

Kodam XIII Merdeka juga menemukan jalur peredaran senjata api ilegal di wilayah Sulawesi Utara dan juga permasalahan kelompok masyarakat Sapi-Pisang (Sangir-Philippines dan Philippines-Sangir) atau mereka yang bukan penduduk Indonesia maupun Filipina tapi sering melewati jalur Indonesia-Filipina, sebagian karena nelayan dan berdagang tradisional yang sudah dijalani turun temurun. Keberhasilan penemuan tersebut mengingatkan pemerintah Indonesia bahwa, jalur tersebut menjadi saksi bisu pergerakan kelompok esktremis di Indonesia.

BACA JUGA  Fenomena Domestifikasi Perempuan oleh Aktivis Khilafah

Apa yang Perlu Dilakukan oleh Pemerintah?

Upaya pencegahan terorisme di Indonesia sudah dilakukan secara maksimal dengan berbagai Lembaga/badan yang dibentuk. Tantangan kita dalam persoalan terorisme sangat banyak. Mulai dari kehadiran media sosial yang menjadi ladang baru penyebaran terorisme, hingga peningkatan Lapas sebagai wadah pembinaan bagi para Napiter. Tentu, ini butuh kerja sama semua pihak untuk meminimalisir bahkan memberantas terorisme.

Di wilayah perbatasan, harus menjadi perhatian khusus karena dengan berbagai keterbatasan seperti akses internet, fasilitas, serta tidak terlalu menguasai daerah tersebut, pastinya menjadi kendala besar untuk melakukan upaya pencegahan. Meski demikian, optimalisasi sinergi harus dilakukan oleh Kementerian Pertahanan dengan instansi/lembaga terkait. Penting juga untuk memberikan pendidikan dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat perbatasan untuk tidak terpengaruh pada radikalisme. Komunikasi yang baik antara pemerintah dengan masyarakat, sangat perlu dijalin karena informasi terkait kondisi yang terjadi di daerah tersebut, bisa diberikan secara utuh oleh masyarakat sekitar.

Upaya lain yang harus dilakukan adalah membuat skala prioritas patroli/pengawasan dengan melakukan analisis perkembangan lingkngan strategis dan potensi ancaman yang akan muncul. Kemudian memperhitungkan kondisi alam seperti kondisi cuaca, kondisi angin, kondisi pasang surut, gelombang besar dan tinggi, angin kencang. Penggunaan teknologi satelit juga diperlukan untuk maksimalisasi patroli dan pengawasan wilayah perbatasan dan kontrol cuaca. Penguatan dan kesejahteraan anggota TNI yang bertugas di wilayah perbatasan juga perlu ditinjau secara berkelanjutan.

Kejadian tahun 2017 silam yang pernah terjadi pada TNI, perlu dilakukan analisis segala kemungkinan penyebab yang terjadi, agar tidak kejadian serupa. Satu nyawa sangat berharga. Para TNI adalah kelompok yang berada di garis terdepan untuk memastikan keamanan di Indonesia. Upaya untuk meningkatkan keamanan di laut perbatasan untuk mencegah kelompok ekstremis atau gerakan para teroris, perlu terus disuarakan.

Narasi semacam ini juga harus diperbanyak agar masyarakat mengetahui bahwa, kondisi Indonesia dalam konteks terorisme, tidak baik-baik saja. Serangan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok ekstremis masih terus berlangsung sampai hari ini dengan seni yang berbeda-beda. Wallahu A’lam.

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru