29 C
Jakarta

Serial Pengakuan Mantan Teroris (LII-II): Lima Mantan Teroris yang Kini Bertobat dan Perangi Terorisme

Artikel Trending

KhazanahInspiratifSerial Pengakuan Mantan Teroris (LII-II): Lima Mantan Teroris yang Kini Bertobat dan...
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Tidak sedikit warga negara Indonesia yang terpapar terorisme. Dan, tidak sedikit pula yang sudah betobat dari paham membahayakan ini.

Di antara mantan teroris yang bertobat adalah Abdurahman Ayub, Sofyan Tsauri, Nasir Abbas, Ali Fauzi Manzi, dan Ali Imron. Bagaimana rekam jejak mereka semasa jadi teroris? Bahkan, bagaimana perjuangan mereka setelah bertobat?

Pertama, Abdurahman Ayub. Semasa menjadi teroris, Ayub pernah menjadi alumni Majelis Terorisme Afganistan. Bahkan, ia pernah menjabat sebagai Penasihat Gubernur IV Jemaah Islamiyah (JI) dari Australia.

Setelah bertobat dari terorisme, Ayub memutuskan diri keluar dari organisasi teroris Jamaah Islamiyah (JI), kemudian Ayub bergabung dengan Lembaga Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Ia dipercaya sebagai pakar. Ia tidak peduli keputusan yang diambilnya mendapat banyak teror dari rekan-rekannya.

Kedua, Sofyan Tsauri. Sofyan termasuk pemasok senjata ke kelompok teroris Dulmatin. Dulmatin sendiri menjadi buronan internasional sebelum tewas dalam penggebrekan di Pamulang, Tangerang Selatan, pada 9 Maret 2010.

Akibat dari perbuatannya, Sofyan dijatuhi hukuman penjara 10 tahun pada awal tahun 2011. Dia hanya menjalani setengah dari vonis dan dibebaskan awal 2016. Setelah bertobat, Sofyan memutuskan keluar dari kejahatan terorisme. Kini ia aktif dalam program pemerintah deradikalisasi.

Ketiga, Nasir Abbas. Semenjak bergabung dengan kelompok teroris, Nasir pernah menjadi guru dari Imam Samudra serta guru dari para teroris lainnya di Asia. Ia banyak menciptakan camp latihan bagi para pemuda.

BACA JUGA  Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XXX): Eks Napiter Khoirul Ihwan Ternyata Pernah Gabung dengan HTI

Begitu bertobat, Nasir meninggalkan segala perbuatan terorisme yang bertentangan dengan agama yang dipeluknya, Islam. Ia memilih membantu BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme). Pilihan ini dinilai jauh lebih bermanfaat dibanding berdakwah atas nama terorisme.

Keempat, Ali Fauzi Manzi. Ali adalah adik kandung terpidana mati Bom Bali, Amrozi, dan terpidana seumur hidup Ali Imron. Pada 1998, Ali ditunjuk sebagai kepala instruktur perakitan bom Jamaah Islamiyah (JI) Wakalah (wilayah) Jawa Timur.

Selepas bertobat, Ali mendirikan sebuah yayasan Lingkar Perdamaian di Desa Tenggulun, Kecamatan Solokuro, Lamongan. Yayasan ini bermaksud mendidik anak-anak, janda, serta para istri yang suaminya masih dipenjara karena kasus terorisme.

Kelima, Ali Imron. Ali Imron adalah bomber bom Bali. Ia dipidana seumur hidup oleh pengadilan karena dianggap ikut merencanakan dan meledakkan bom di Legian, Kuta, Bali. Setelah bertobat, ia membantu kepolisian untuk membongkar kasus-kasus terorisme di Indonesia.

Beberapa perjalanan ideologis mantan teroris tersebut dapat dijadikan pelajaran buat kita semua. Kita sadar, bahwa terorisme adalah paham yang keliru dan jelas bertentangan dengan semua agama, termasuk agama Islam. Jika ingin berdakwah, berdakwahlah seperti Nabi yang ramah dan santun.[] Shallallah ala Muhammad.

*Tulisan ini disadur dari cerita lima mantan teroris yang dimuat di media online M.brilio.net

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru