31.1 C
Jakarta

Membebaskan Buruh dari Ancaman Radikalisme

Artikel Trending

EditorialMembebaskan Buruh dari Ancaman Radikalisme
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Direktur Eksekutif Migrant Care Anis Hidayah menegaskan bahwa buruh migran menjadi kelompok yang rentan untuk dijadikan korban jaringan radikal. Tanggapan itu disampaikan Anis menyusul pemberitaan dua TKI yang dipulangkan dari Singapura lantaran diduga menjadi radikal karena kelompok yang menyebut diri Negara Islam atau ISIS, melalui media sosial.

Anis menyebut, sasaran kelompok radikal adalah kalangan rentan dan buruh migran. Sebab, buruh migran berpotensi dijadikan bagian dari mereka. Ini terjadi karena buruh migran sangat jauh dari paham-paham moderat dan pengetahuan terkait paham radikal.

Sudah banyak contoh buruh migran yang menjadi korban kelompok radikal dan hingga kini masih menjadi radikal. Seperti buruh di Hongkong, Taiwan, Korea dan yang terjadi di Singapura kemarin itu.

Buruh migran belajar agama dan mengikuti segala perkembangan keagamaan hanya dari media. Mungkin karena selain sibuk dalam tugas sehari-hari, mereka jauh dari ustaz, mejelis, dan lainnya. Karena hanya konsennya di media, maka kelompok radikal memanfaatkan peluang tersebut. Maka terjadilah buruh migran jatuh ke pelukan kelompok teroris.

Sejak pemberitaan buruh migran masuk ke lubang jaringan terorisme, hingga kini operasi mereka jelas masih berjalan. Bisa saja proses ideologi mereka melalui sosial media terus berjalan mudah dijangkau.

Berdasar data yang dihimpun Migrant Care, sejak 2015 sudah ada sembilan buruh migran yang menjadi korban radikalisasi ISIS. Kebanyakan dari mereka dideportasi dari Hongkong, Taiwan, Korea Selatan, dan Singapura. Hampir semuanya adalah pembantu rumah tangga.

Dilansir dari kantor berita Reuters, buruh migran Singapura ini adalah pendukung ISIS, teradikalisasi melalui media sosial. Mereka rentan terhadap ancaman radikalisasi dan terlibat lebih aktif dalam aksi terorisme. Bahkan jumlah perempuan yang dipulangkan lantaran diduga terlibat radikalisme lebih banyak ketimbang jumlah pria yang dideportasi.

BACA JUGA  Mawas Diri dari Propaganda Khilafah di Bulan Ramadan

Paling mutakhir, kasus Dian Yulia Novi, pembantu rumah tangga di Singapura dan Taiwan, ditangkap oleh skuad antiteror Detasemen Khusus (Densus) 88 atas keterlibatannya dalam plot bom bunuh diri di Istana Presiden di Jakarta. Dan Ika Puspita Sari, buruh di Malaysia, juga ditangkap lantaran keterlibatannya dalam bom bunuh diri di Bali.

Mengapa banyak buruh migran yang masuk dalam jebakan kelompok teroris, karena mereka mudah dipengaruhi secara psikologis. Selain itu, perempuan ini cenderung rajin membaca dan hidup di medsos. Sejarahnya, mereka sering membaca dan melihat konten radikal di media sosial. Dan benar saja, ISIS memang jago dan mengubah taktik dan strategi bagaimana buruh migran didekati.

Perempuan selalu memiliki keinginan menjadi manusia kuat. Karena itu mereka menyadari bahwa berguna untuk operasi jihad. Dan benar saja, dalam aktivitas terorisme di Timur Tengah, perempuan memiliki peran penting sebagai admin percakapan online, penggalang dana dan perekrut, dan berbagi informasi dengan pekerja migran di luar negeri tentang bagaimana cara bergabung dengan ISIS, membantu dengan dukungan logistik dan terkadang menikahi petempur ISIS secara online.

Karena itu buruh migran sebenarnya sangat sentral dan rentan direkrut oleh kelompok teroris. Maka itu, di hari buruh ini, sudah saatnya pemerintah memberikan secercah pengetahuan tentang bahaya paham radikal, jaringan kelompok radikal dan bagaimana memahami tentang kegiatan dakwah yang benar untuk mereka.

Pemerintah harus proaktif tidak hanya menjamin keselamatan dalam ekonomi dan kesehatan buruh ini. Tetapi pemerintah juga harus menjamin buruh migran terbebas dari bahaya radikalisme. Sudah saatnya pula program deradikalisasi masuk dan menjadi catatan tersendiri untuk buruh migran. Selamat Hari Buruh Sedunia.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru