31.2 C
Jakarta

Serial Pengakuan Eks Napiter (C-XLII): Eks Teroris Agus Kirim Amunisi ke Aceh dan Kenal Dulmatin

Artikel Trending

KhazanahInspiratifSerial Pengakuan Eks Napiter (C-XLII): Eks Teroris Agus Kirim Amunisi ke Aceh...
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Terorisme menjadi problem yang cukup serius di negeri ini. Sadar atau tidak, kejahatan ini sangat berbahaya terhadap masa depan bangsa. Bangsa akan kehilangan kesempatan menjadi manusia terbaik (khaira ummah). Mereka akan menjadi korban dari kejahatan ini dan mereka tidak sadar bahwa kesempatan menjadi baik itu terhenti, karena mereka merasa paling benar dibanding yang lain.

Penyebaran terorisme tidak dapat dipandang sepele. Paham ini sudah banyak mempengaruhi bangsa ini. Tak sedikit di antara mereka yang melakukan tindakan kejahatan di negeri yang seharusnya dijaga, bukan dirusak, seperti pengeboman, bom bunuh diri, dll. Di antara bangsa ini yang pernah terpapar terorisme adalah Agus Marshal.

Agus adalah seorang pria asal Purwakarta, Jawa Barat yang bertugas menyuplai logistik dan merekrut orang untuk ikut latihan di Aceh. Ia ditangkap pada tahun 2010 itu kemudian bebas setelah menjalani hukuman penjara 4 tahun 8 bulan di Lapas Cibinong. Setelah lepas, ia pun menjalani program deradikalisasi yang dipantau langsung Dedi Mulyadi yang saat itu masih sebagai Bupati Purwakarta.

Sebagai mantan napi teroris tidak mudah bagi Agus dalam menata hidup. Tentu, butuh perjuangan, di samping butuh pengakuan masyarakat. Tapi, Agus tidak menyerah dan ia beriktikad untuk berjihad dalam menata ekonominya. Ia mendapat bantuan dari Dedi. Tak hanya itu, Agus juga sempat menjadi pembicara dalam sekolah ideologi yang digagas Dedi Mulyadi untuk berbagi kisah sekaligus mengingatkan generasi muda akan bahaya terorisme.

Awal mula keterlibatan Agus dalam aksi-aksi terorisme adalah keseringan mengikuti pengajian umum di Cikampek. Dalam pengajian itu, ia berinteraksi dengan sejumlah orang hingga akhirnya terjadi diskusi. Pun, perlahan Agus meninggalkan pengajian itu dan mulai rutin berdiskusi dengan sekitar 10 hingga 12 orang yang sepemahaman dengannya.

BACA JUGA  Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XXXIII): Badri Wijaya Terpapar Terorisme karena Ketidaktelitian Menerima Informasi

Hingga akhirnya Agus terlibat dalam proyek pelatihan militer teroris di Aceh. Agus mendapat tugas mengelola suplai senjata, amunisi hingga perekrutan calon yang akan ikut latihan militer di Aceh. Ketika itu, ia ditugaskan untuk mengambil 12 dus yang berisi sekitar 12 ribu peluru dari kelompok teroris lain. Ia mengambil dus tersebut di sekitar SPBU Cikopo.

Setelah mendapat barang tersebut Agus membawanya ke pos tempat biasa kelompoknya berkumpul. Pos tersebut sebelumnya adalah kandang kambing yang berada di sekitar rumah Agus. Ia memerintahkan salah seorang untuk membawa dus berisi peluru itu ke Aceh. Saat pengantaran itulah polisi menangkap anak buahnya. Agus yang panik kemudian memindahkan amunisi itu ke Cikampek.

Polisi yang terus melakukan pengembangan akhirnya berhasil menangkap Agus di Kawasan Industri BIC Purwakarta. Saat itu, ia tengah menyamar sebagai pekerja yang memasang instalasi atap baja salah satu pabrik. Ia kemudian divonis bersalah dan menjalani hukuman penjara 4 tahun 8 bulan. Saat itu, ada sekitar 25 orang napi teroris yang ditahan dalam 4 sel berbeda dengan tahanan umum lain.

Sebagai penutup, perjalanan Agus memang cukup menyedihkan. Tentu, ia hanya sebatas menyesali masa lalu yang kurang beruntung. Di tengah penyesalan itu, Allah tuntun dia ke jalan yang benar, sehingga bertemu dengan orang yang tepat Dedi Mulyadi dan ia bisa kembali ke jalan yang benar. Ia bertobat dengan taubat yang sesungguhnya.[] Shallallah ala Muhammad.

*Tulisan ini disadur dari cerita mantan napi teroris Agus Marshal yang dimuat di media online Viva.co.id

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru