31.2 C
Jakarta

AS Kembali Sentil Israel Soal Kekerasan Tepi Barat

Artikel Trending

AkhbarInternasionalAS Kembali Sentil Israel Soal Kekerasan Tepi Barat
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Tel Aviv – Tingkat kekerasan yang terus melonjak akibat serangan-serangan militer Israel mulai mengkhawatirkan banyak pihak. Bahkan, Amerika Serikat (AS) sebagai sekutu utama Israel berulang kali menyatakan kekhawatiran mereka.

Kekhawatiran itu akan kembali disampaikan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dalam kunjungan ke Israel yang dimulai pada Kamis (9/3). Dia akan menyampaikan kekhawatiran AS terkait meningkatnya ketegangan di wilayah pendudukan Tepi Barat.

Washington menilai meningkatnya kekerasan di Tepi Barat dapat mengalihkan perhatian sekutu dari upaya mereka untuk melawan Iran. Austin mendarat di Bandara Ben Gurion dalam kunjungan yang telah dijadwal ulang karena lonjakan protes jalanan terhadap rencana Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk merombak peradilan.

“Menteri Austin sangat mampu melakukan percakapan tentang kedua masalah (Tepi Barat dan Iran),” kata seorang pejabat senior pertahanan AS, yang berbicara dengan syarat anonim kepada Reuters.

“Ketegangan di Tepi Barat dapat mengurangi kemampuan kita untuk fokus pada ancaman strategis saat ini, termasuk kemajuan nuklir Iran yang berbahaya dan melanjutkan agresi regional dan global,” kata pejabat itu.

Austin disambut di landasan oleh Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant dan dijadwalkan bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di kompleks industri kedirgantaraan terdekat.

Austin awalnya dijadwalkan tiba pada Rabu (8/3) dan bermalam di Tel Aviv. Namun, rencana tersebut diubah karena kekhawatiran ada gangguan lalu lintas akibat protes anti-Netanyahu.

“Austin berkomitmen untuk keamanan Israel, tetapi salah satu cara dominan di mana kami dapat bekerja sama dan memperkuat hubungan itu adalah karena kami adalah dua negara demokrasi yang berbagi nilai,” kata pejabat AS itu, sembari menambahkan bahwa nilai-nilai itu termasuk hak untuk protes.

Pada 26 Februari terjadi pembunuhan di Desa Huwara oleh seorang pria bersenjata Palestina terhadap dua bersaudara dari permukiman Yahudi. Insiden ini memicu kerusuhan balas dendam oleh para pemukim.

Kerusuhan itu memicu kemarahan dan kecaman di seluruh dunia, yang meningkat. Terutama ketika Menteri Keuangan Ultranasionalis Bezalel Smotrich, yang bertanggung jawab atas administrasi Tepi Barat, mengatakan, Desa Huwara harus dihapus.

Belum ada tanda-tanda kekerasan akan berakhir menjelang dimulainya bulan suci Ramadhan dan festival Paskah Yahudi. Terkini, setidaknya tiga warga Palestina tewas dalam baku tembak dengan pasukan Israel pada Kamis (9/3). Insiden pertumpahan darah terbaru ini menandai hampir setiap hari terjadi di Tepi Barat, wilayah Palestina yang diduduki Israel.

Serangan militer Israel yang terbaru merupakan operasi penyerangan dalam beberapa bulan terakhir dalam upaya penangkapan warga Palestina yang dituduh sebagai militan oleh pasukan Israel di wilayah Tepi Barat Utara. Insiden yang terjadi pada tahun lalu adalah yang paling berdarah dalam beberapa dekade terakhir.

Tentara dan polisi Israel mengatakan pasukannya menggerebek sebuah desa bernama Jaba untuk menangkap tersangka yang dicari karena serangan terhadap tentara Israel di sekitarnya. Para tersangka itu dituduh menembaki pasukan Israel, yang kemudian dibalas pasukan Israel dan menewaskan tiga orang.

BACA JUGA  Erdogan Sebut Penghapusan Terorisme Wujudkan Peta Pembangunan dengan Irak

“Semuanya anggota kelompok militan Jihad Islam,” klaim polisi Israel dilansir dari Associated Press, Kamis (9/3).

Polisi Israel merilis foto senapan serbu, pistol, amunisi, dan barang-barang lain yang dalam keterangan pasukan Israel, semua itu disita dari para tersangka. Sementara Kementerian Kesehatan Palestina mengidentifikasi warga Palestina yang tewas tersebut.

Ketiganya diketahui sebagai Sufyan Fakhoury (26 tahun), Nayef Malaisha (25), dan Ahmed Fashafsha (22). Pihak Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan, mereka ditembak oleh tembakan Israel selama operasi militer.

Dikatakan juga selain tiga orang warga Palestina yang tewas, terdapat orang keempat yang kini dirawat di rumah sakit dengan luka tembak di kepala dan dalam kondisi stabil.

Klaim kelompok militan Jaba mengatakan melepaskan tembakan dan melemparkan alat peledak ke pasukan Israel setelah pembunuhan komandannya, Fakhoury, seorang pejuang Palestina yang ditahan oleh Israel.

Pihaknya juga mengeklaim menembak jatuh pesawat tak berawak Israel selama bentrokan dengan tentara Zionis tersebut. Sementara itu, militer Israel mengonfirmasi sebuah pesawat tak berawak ditembak jatuh dan mengatakan insiden itu sedang diselidiki.

Selama beberapa bulan terakhir, Desa Jaba telah menjadi markas bagi kelompok militan muda Palestina yang kecewa atas pendudukan Israel. Mereka memilih menolak dengan mengangkat senjata melawan pendudukan terbuka Israel hingga kini pada ke-56 pendudukan Israel di wilayah itu.

Kelompok ini adalah bagian dari tren yang lebih besar dari kelompok bersenjata yang muncul di Tepi Barat, di mana mereka menentang Otoritas Palestina yang tidak bisa berbuat banyak dan semakin tidak populer. Mereka mengeklaim tidak memiliki hubungan dengan partai politik tertentu di Palestina.

Dua bulan terakhir telah ditandai dengan meningkatnya kekerasan di Tepi Barat. Awal pekan ini, setidaknya enam warga Palestina tewas dalam serangan Israel di kamp pengungsi Jenin. Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan bahwa Walid Nasser yang berusia 14 tahun meninggal pada Kamis akibat luka yang dideritanya dalam serangan hari Selasa lalu.

Setidaknya 74 warga Palestina, sekitar setengah dari mereka adalah pejuang militan dan telah tewas dalam serangan Israel yang hampir setiap hari di Tepi Barat sejak awal tahun. Selama waktu yang sama 14 orang Israel, semuanya kecuali satu warga sipil, tewas dalam serangan dari pejuang Palestina.

Israel merebut Tepi Barat, bersama dengan Jalur Gaza dan Yerusalem Timur, dalam Perang Timur Tengah 1967. Sementara, Tepi Barat adalah wilayah yang dimiliki warga Palestina untuk negara masa depan mereka.

Dalam beberapa dekade sejak pencaplokan wilayah itu, lebih dari 500 ribu pemukim Yahudi telah pindah kelusinan permukiman di Tepi Barat. Sementara, aksi pendudukan tersebut terus mendapat kecaman oleh masyarakat internasional dan dianggap upaya ilegal yang merupakan penghalang terwujudnya perdamaian dua negara.

Ahmad Fairozi
Ahmad Fairozihttps://www.penasantri.id/
Mahasiswa UNUSIA Jakarta, Alumni PP. Annuqayah daerah Lubangsa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru