28.4 C
Jakarta

Serba-Serbi PPKM: Penolakan Penutupan Masjid Hingga Hingga Kewajiban Tegaknya Syariat Islam

Artikel Trending

KhazanahTelaahSerba-Serbi PPKM: Penolakan Penutupan Masjid Hingga Hingga Kewajiban Tegaknya Syariat Islam
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Sudah hampir seminggu, pemberlakuan PPKM Darurat Jawa-Bali sejak tanggal 3 kemarin. Satu term yang tidak kunjung usai yakni penutupan masjid saat PPKM. Sebenarnya ini sudah usai dibahas, sebab asas kemudharatan dan kebermanfaatan menjadi pertimbangan utama dalam penetapan kebijakan tersebut.

Ditambah dengan edaran Menteri Agama No SE 17 tahun 2021 tentang Peniadaan Sementara Peribadatan di Tempat Ibadah, Malam Takbiran, Salat Iduladha, dan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kurban Tahun 1442 H/2021 M di Wilayah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat belum menemukan titik terang kegusaran masyarakat, khususnya masyarakat awam yang begitu fanatik terhadap narasi-narasi Islam oleh ustaz-ustaz seleb yang memiliki power pada followers.

Ditwitter, penolakan penutupan masjid masih menjadi perbicangan yang hangat, belum lagi beredarnya video anak muda yang menolak penutupan masjid, hingga video limitnya ketersediaan oksigen, rumah sakit penuh, menambah kekhawatiran ditengah pandemi yang semakin tidak terkendali.

Informasi terbaru, seruan berdoa, mengheningkan cipta dari Kementerian Agama, sebagai ucapan bela sungkawa pada korban pandemi Covid-19 akan dilaksanakan pada besok Sabtu (09/07/21) pukul 10.07.

“Pada hari Sabtu, 10 Juli 2021, jam 10.07 WIB, mari kita heningkan cipta selama 60 detik. Hentikan sejenak segala aktivitas, mendoakan yang terbaik untuk para nakes, relawan, masyarakat dan semua yang telah mendahului kita,” seru Yaqut dalam keterangan resminya, Jumat (9/7).

Ustaz! Mari Bekerjasama Hadapi Pandemi

Selayaknya sebuah pekerjaan, maka para ustaz yang memiliki banyak pengikut, dan mendapat keistimewaan dari pada pengikutnya memiliki peran sangat penting untuk meredakan penolakan penutupan masjid. Melihat kondisi yang semakin parah akibat pandemi, seharusnya menjadi pertimbangan yang begitu prioritas.

Barangkali para ustaz perlu belajar kepada gaya komunikasi yang disampaikan oleh ustaz Das’ad yang dikenal dengan ceramahnya kekinian, dengan bahasa lucu dan sikap kedaerahan yang melekat pada dirinya.

Pahami madeceng-deceng (baik-baik), semua fungsi-fungsi masjid bisa dipindahkan dan dilakukan di rumah. Saya ulang, semua fungsi-fungsi masjid bisa dipindahkan dan dilakukan di rumah. Apa maksudnya? Salat berjamaah boleh di rumah, berdoa boleh di rumah, ngaji boleh di rumah, zikir boleh di rumah. Tapi fungsi-fungsi pasar, tidak bisa kau pindahkan ke rumah,” tegas Ustaz Das’ad dalam ceramahnya.

BACA JUGA  Melihat Fenomena Takut Menikah, Benarkah Akibat dari Sistem Liberal?

Kegusaran masyarakat memang harus dijawab dengan bahasa demikian, para ustaz perlu untuk ikut andil memberikan edukasi lebih luas terhadap kebijakan PPKM, khususnya penutupan masjid, bukan malah sebaliknya, membuat gaduh, membuat takut bahkan menambah kekhawatiran yang ada pada diri masyarakat.

Kesalahan Sistem Negara

Diantara berbagai penolakan, ada penolakan lain yang muncul lebih dari penolakan penutupan masjid, yakni kesalahan sistem negara sedari awal. Sudah menjadi rahasia umum, bahkan polemik yang memiliki keterkaitan kuat dengan negara, pasti berujung pada wajibnya tegak syariat Islam yang menjadi dasar perjuangan para khilafahers yang tidak berkesudahan.

Pada narasi yang ada, dilansir dari MuslimahNews, tulisan yang berjudul “Syiar Islam Terhambat Gegara PPKM Darurat?”, pada tulisan itu, narasi yang didengungkan tetap sama. Bahwa lonjakan korban akibat covid-19 tidak lain dari penerapan sistem kapitalis yang menyengsarakan rakyat.

Penguasa, dalam hal ini pemerintah sudah gagal dalam mengawal pandemi yang sangat ganas. Akhirnya, tulisan tersebut berujung pada tegaknya syari’at Islam menjadi solusi yang sudah pasti digencarkan. Sangat heran, di tengah bencana kemanusiaan seperti sekarang ini masih ada orang-orang yang memanfaatkan untuk kepentingan kelompoknya, parahnya mengatasnamakan agama yang begitu apik.

Padahal, bencana kemanusiaan hanya perlu kerjasama dari kita semua, atas nama bangsa Indonesia untuk saling bahu-membahu membantu, sesama warga dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Hal paling kecil yang bisa dilakukan adalah patuh terhadap prokes agar tidak menjadi sumber penularan bagi orang lain.

Barangkali kita perlu menggarisbawahi bahwa narasi semacam ini sama sadisnya dengan orang-orang yang menganggap covid-19 adalah konspirasi, atau menjual barang-barang kesehatan dengan harga yang mahal demi mendapatkan keuntungan berkali lipat untuk menebalkan isi dompetnya.

Atau siapapun yang menyebar hoaks sehingga masyarakat percaya. Siapapun yang memanfaatkan momentum penderitaan semacam ini tidak manusiawi. Wallahu a‘lam

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru