34.8 C
Jakarta

Dakwah di TikTok: Pertarungan Ideologi Salafi-Wahabi yang Berpotensi Merusak Persatuan

Artikel Trending

KhazanahTelaahDakwah di TikTok: Pertarungan Ideologi Salafi-Wahabi yang Berpotensi Merusak Persatuan
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Beberapa waktu belakangan, FYP TikTok yang muncul di beranda saya adalah potongan ceramah dari para pendakwah populer yang namanya kerapkali meramaikan dunia dakwah di Indonesia. Ustaz Khalid Basalamah, misalnya. Potongan ceramah tentang dalil maulid menjadi topik yang sangat ramai diperbincangkan oleh netizen.

Ribuan komentar membanjiri postingan tersebut. Ada yang sepakat dan ada pula yang tidak sepakat. Komentar yang menjadi perhatian saya adalah ketika komentar netizen yang membandingkan keilmuan pada ustaz-ustaz Wahabi ini dengan ulama sekelas Gus Baha lantaran ketiadaan gelar yang dimiliki oleh Gus Baha.

Pembahasan tentang tahlil, zikir setelah sholat ataupun maulid, masih menjadi topik pembahasan yang ramai di TikTok. Seperti yang kita ketahui bahwa, topik ini sangat klasik mengingat bahwa sejak kecil, pembahasan ini sudah ada. Menyikapi perbedaan terkait tahlil, maulid ataupun zikir setelah sholat, adalah yang wajar dari para pendakwah di Indonesia. Sebagai bagian dari masyarakat Indonesia, saya kira kita sudah memiliki kebijaksanaan dalam melakukan praktik yang jelas-jelas ditolak oleh para Wahabi.

Belum lagi ketika topik tersebut disampaikan oleh ustaz Wahabi yang berpegang teguh pada purifikasi atau pemurnian Islam sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan hadis. Terpampang jelas, mereka akan menolak praktik keagamaan yang tidak dijalankan oleh Rasulullah Saw. Para ustaz Wahabi ini sangat tidak ramah dan tidak cocok di Indonesia karena tidak melihat konteks budaya dan tradisi yang berkembang di Indonesia.

Dengan berbagai tradisi yang berkembang di setiap wilayah Indonesia, tentu hal itu tidak dipraktikkan pada zaman Rasulullah Saw. Maka bagi para dai Wahabi, apabila terdapat praktik keagamaan yang saat ini selalu kita lakukan, dan tidak ada dalil, maka kita akan dihukumi bid’ah ataupun haram.

BACA JUGA  Mengapa Aktivis Khilafah Menolak Dialog Antar Agama?

Jangankan praktik keagamaan, hormat terhadap bendera saja, para ustaz Wahabi ini masih butuh dalil. Lucu bukan?

Dalam memahami pertarungan ideologi ini, penting bagi kita untuk menyelami setiap pendapat ulama. Dari berbagai konteks dan pendapat, kita akan bijaksana dalam memperoleh pemahaman. Lagi-lagi, jangan sampai sikap fanatik kita terhadap suatu pendakwah tertentu, membutakan kita untuk mendengarkan setiap pengajian/ceramah yang disampaikan oleh para pendakwah.

Bagaimana Sikap Kita?

Sangat tidak punya akal, saya menyebut para netizen yang masih meributkan keulamaan Gus Baha. Gelar bisa dicari dan didapatkan dengan mudah dengan kuliah, masuk perguruan tinggi, menempuh pendidikan di Timur Tengah. Namun, keilmuan dan keulamaan Gus Baha tidaklah bisa diukur dari gelar yang dimilikinya.

Ada baiknya, kita meyadari bahwa diri kita adalah masyarakat awam yang selalu memposisikan diri sebagai orang yang haus akan ilmu. Kepada siapa pun boleh belajar sebab itu adalah hak preogratif kita sebagai manusia. Namun sikap mencaci ulama, membandingkan bahwa meragukan kapasitas keilmuan seorang ulama yang jelas-jelas diakui oleh seluruh masyarakat yang memiliki gelar doktor, profesor, hafiz Al-Qur’an, memiliki pesantren dan santri, adalah hal yang bodoh.

Kita perlu bersikap bijak dalam menyelami keilmuan agama di media sosial. Ini adalah sikap kedewasaan yang harus kita tunjukkan sebagai manusia yang berakal untuk membedakan diri kita dengan hewan. Oleh karena itu, penting untuk memiliki kesadaran bahwa kita adalah makhluk pembelajar yang haus akan ilmu.

Menyikapi pertarungan ideologi dan pendapat yang disampaikan oleh para pendakwah, kita harus memiliki kesadaran yang luas bahwa kita adalah orang yang fakir ilmu. Tentunya, kita juga harus memupuk kesadaran sebagai bangsa Indonesia yang lahir dengan banyak tradisi keagamaan. Wallahu A’lam.

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru