32.5 C
Jakarta

Petualangan Ulama dalam Islamisasi Nusantara

Artikel Trending

KhazanahResensi BukuPetualangan Ulama dalam Islamisasi Nusantara
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF
Judul Buku: Menebar Cahaya di Negeri Sekeping Surga, Penulis : Fatchuri Rosidin, Penerbit: Republika, Cetakan: I, Juli 2022, Tebal: xii + 230 halaman, ISBN: 978-623-279-149-7, Peresensi: Sam Edy Yuswanto.

Harakatuna.com – Sangat penting menyimak kisah petualangan para ulama dalam menyebarkan ajaran Islam di Nusantara. Dari kisah-kisah mereka, kita dapat belajar tentang cara-cara mengajak masyarakat awam pada cahaya Ilahi dengan penuh kelemah-lembutan, kehati-hatian, bahkan melalui pendekatan budaya atau tradisi yang sudah lama dianut oleh masyarakat sekitarnya.

Dalam buku ini kita bisa menyimak lebih lanjut dan cukup detail perihal kisah-kisah para ulama menyebarkan Islam di Nusantara, dengan penjelasan yang cukup menarik karena dikemas dalam bentuk kisah. Pembaca akan dibawa berpetualang keliling dunia mengikuti petualangan seru para ulama dan menemukan kejutan-kejutan baru dengan kisah menakjubkan yang jarang didapat di buku mana pun.

Menurut Fatchuri Rosidin, negeri ini lahir dari perjuangan para ulama; bahwa para ulama kita memiliki wawasan, strategi dakwah, dan pemahaman sosial-kultural yang sangat baik dalam menjalankan dakwahnya. Kisah-kisah (dalam buku) ini juga menggambarkan bagaimana para ulama dari Arab, Hadramaut, India, dan Champa memperkenalkan Islam dengan cara yang sangat santun, lemah lembut, dan tanpa paksaan. Islam masuk ke Nusantara tanpa kekerasan perang.

Nenek moyang kita ternyata juga punya sikap toleransi beragama yang luar biasa. Raja Brawijaya V dari Majapahit misalnya, mengatasi kemerosotan moral yang menimpa negerinya. Ia mengundang seorang ulama muda bernama Raden Ali Rahmatullah dan bahkan memfasilitasinya untuk membuka pesantren di Surabaya.

Ia bahkan mengirimkan anak-anak pejabat Majapahit untuk belajar kepada ulama muda yang di kemudian hari dikenal dengan nama Sunan Ampel. Sebuah nilai yang penting diwariskan kepada generasi muda di tengah polarisasi masyarakat yang saat ini terjadi (hlm. vii).

Dakwah Islam dengan pendekatan budaya sangat penting dilakukan agar dapat meresap di hati masyarakat luas, khususnya mereka yang masih awam. Sunan Bonang, atau Maulana Makhdum Ibrahim, salah satu putra Sunan Ampel, misalnya, berdakwah di Kediri, Lasem, dan Tuban.

Dakwahnya yang menggunakan pendekatan budaya mendapat tempat istimewa rakyat Majapahit. Ia menciptakan berbagai lagu tradisional dan alat musik gamelan yang digunakannya sebagai sarana berdakwah (hlm. 21).

Dalam buku ini, kita juga bisa membaca petualangan menarik dari seorang anak muda hebat bernama Maulana Malik Ibrahim. Di usia belasan tahun, ia meninggalkan negerinya untuk meraih impian sejak kecil menimba ilmu di pusat keilmuan dunia saat itu: universitas Al-Azhar Mesir.

Impian yang muncul dari kisah-kisah petualang muda yang diceritakan orangtuanya dan gurunya. Orangtua Malik berpesan padanya agar belajar dari para ulama di sana. Setelah itu, dakwahkanlah Islam ke berbagai penjuru bumi Allah.

BACA JUGA  Menyelisik Intoleransi sebagai Titik Tolak Terorisme

Di Mesir, pemahaman Islam semakin utuh. Selain mendalami agama, Malik juga belajar kedokteran dan pertanian. Di bidang kedokteran, ia mempelajari buku al-Qonun fii at-Tibb karya Bapak Kedokteran Modern asal Irak Ibnu Sina.

Malik belajar tentang anatomi tubuh, jenis-jenis penyakit, dan obat-obatan. Ibnu Sina juga menjelaskan secara detail anatomi mata, hubungan antara diabetes dan tuberculosis, serta cara melakukan diagnosa penyakit dan pengujian klinis (hlm. 48).

Fatchuri Rosidin memaparkan, Malik mulai berdakwah di daerah Leran, Gresik. Di desa ini pula Fatimah binti Maimun, seorang bangsawan wanita yang hijrah dari Persia dan wafat di tahun 1082 M, dimakamkan. Itu artinya Islam telah masuk Pulau Jawa setidaknya sejak abad ke-11.

Karena menguasai ilmu kedokteran, sambil berdakwah ia membantu mengobati penduduk yang sakit. Bukan hanya rakyat jelata, bahkan pejabat Kerajaan Majapahit pun datang kepadanya. Namanya kemudian dikenal sebagai seorang tabib di Gresik.

Dalam buku ini juga diungkap tentang pertikaian antara Raja Wikramawardhana dan Bhre Wirabhumi dalam Perang Paregreg (1401-1405) yang membuat Majapahit hancur dan penduduk ditimpa kelaparan. Malik melihat Gresik porak-poranda akibat perang saudara yang mencabik-cabik Majapahit.

Ia merasa terpanggil untuk membantu rakyat yang kesusahan. Ia membuka areal sawah, mengajak penduduk kembali bercocok tanam. Malik menerapkan ilmu agronomi yang dipelajarinya dalam kitab al-Filaha karya Ibnu Awwam. Ia mengajarkan cara menanam, meningkatkan kesuburan tanah, dan merawat tanaman.

Ia juga memperkenalkan sistem irigasi hingga petani tak hanya mengandalkan air hujan seperti biasanya. Panen yang semula hanya setahun sekali pun akhirnya bisa menjadi dua kali. Kepiawaian Malik dalam bidang kedokteran dan pertanian membuat banyak rakyat Majapahit kemudian masuk Islam.

Keberhasilan Malik mengenalkan sistem pertanian irigasi akhirnya membuat Prabu Wikramawardhana menganugerahinya penghargaan dan menjulukinya Wong Agung Majapahit.

Ia juga dihadiahi sebidang tanah di pinggiran Gresik. Di situlah ia mengembangkan dakwahnya, mendirikan pusat pendidikan bagi rakyat Majapahit. Penduduk Majapahit memanggilnya dengan sebutan penghormatan Sunan Gresik (hlm. 52).

Terbitnya buku dengan sumber referensi yang cukup melimpah ini layak diapresiasi dan bisa menjadi salah satu bacaan yang mencerahkan. Buku ini penting dibaca oleh anak muda, khususnya mereka; para dai muda, agar kelak berusaha melakukan dakwah dengan cara-cara terbaik yang penuh dengan kasih sayang dan kesantunan, bukan dengan cara-cara radikal atau kekerasan yang jutsru akan membuat banyak orang tidak simpatik dan menjauhinya.

Sam Edy Yuswanto
Sam Edy Yuswanto
Bermukim di Kebumen, tulisannya dalam berbagai genre tersebar di berbagai media, lokal hingga nasional, antara lain: Koran Sindo, Jawa Pos, Republika, Kompas Anak, Jateng Pos, Radar Banyumas, Merapi, Minggu Pagi, Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat, dll.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru