31.3 C
Jakarta

Menjelang Kontestasi Politik 2024, Apa yang Kita Lakukan?

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanMenjelang Kontestasi Politik 2024, Apa yang Kita Lakukan?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Mengapa kita harus memilih pemimpin? Mungkin ini pertanyaan yang ”pas” untuk mematahkan argumen para pengusung khilafah yang menolak secara terang-terangan terhadap pemimpin di Indonesia, bahkan mereka tidak segan-segan mengkafirkannya.

Memilih pemimpin merupakan keharusan bagi masing-masing rakyat, meski pemimpin yang dicalonkan itu tidak sebaik yang diinginkan. Sebab, suatu negara masih jauh lebih bagus dipimpin oleh orang yang kurang baik daripada tidak sama sekali. Negara yang tanpa pemimpin akan mengakibatkan terjadinya kehancuran.

Kehancuran yang dimaksud di sini bisa berbentuk pertumpahan darah, kemaksiatan semakin merajalela, perpecahan tak dapat dibendung, dan lain sebagainya. Maka dari itu, kehadiran pemimpin menjadi sesuatu yang sangat penting dalam menjaga keutuhan suatu negara.

Menjaga keutuhan suatu negara merupakan wujud dari nasionalisme. Kecintaan yang sangat mendalam terhadap suatu negara di mana seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Ini penting ditanamkan dalam benak semua bangsa tentang nasionalisme.

Nasionalisme merupakan bagian dari ajaran Islam. Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad termasuk dua Nabi yang mencintai tanah airnya, Mekkah. Wujud cintanya adalah doa yang baik buat negerinya. Bahkan, Nabi sendiri merasa sedih ketika meninggalkan Mekkah karena hijrah.

Sangat tidak dapat diterima argumen orang yang menolak kehadiran pemimpin sebab bukan khalifah yang diinginkan. Mereka sesungguhnya bermaksud menghancurkan negeri ini dengan caranya yang picik. Apakah khalifah yang mereka sebut-sebut bakal terwujud? Itu semua omong kosong. Itu hanyalah politis.

BACA JUGA  Perbedaan Muhammadiyah dengan NU dalam Penetapan Awal dan Akhir Ramadhan, Mana yang Benar?

Tidak perlu bangsa ini terpukau dengan argumen para pengusung khilafah yang menjanjikan kehadiran sang khalifah. Itu semua tidak ada. Hanya sebatas fiktif saja. Sekarang bangsa harus menghadap ke depan mencari calon pemimpin yang layak dipilih di tahun 2024.

Mencari di sini harus didasari dengan ilmu dan hati. Maksudnya, memilih dengan hati, bukan karena money-politic atau memilih dalam keadaan tidak tahu. Mencari pemimpin yang baik, meski tidak seratus persen baik, adalah dengan melihat rencana apa yang bakal dilakukan untuk masa depan negara ini.

Selain itu, penting dilihat juga jejak calon pemimpin yang bakal berlaga di pesta politik 2024. Apa yang mereka sudah lakukan di masa lalu? Jika mereka orang yang terpercaya dalam mengemban amanah, maka pilihlah pemimpin itu. Itulah pemimpin yang terbaik.

Lebih dari itu, perhatikan juga partai apa yang menggandengnya. Apakah ideologi partai itu mendukung terwujudnya nasionalisme atau tidak? Apakah partai itu tidak mendukung radikalisme? Apakah partai itu juga memiliki motivasi yang bagus untuk negeri ini?

Beberapa pertanyaan ini penting dijawab oleh bangsa ini agar tidak terjebak dalam pemilihan yang buta. Tidak boleh taklid buta dalam politik. Harus didasari oleh ilmu dan hati yang tulus. Tuhan akan memberikan petunjuk untuk mendapatkan pemimpin yang amanah dan jujur.[] Shalallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru