28.2 C
Jakarta

Perintah Agama, Bekerjalah Sesuai Potensi dan Bakatnya

Artikel Trending

Asas-asas IslamTafsirPerintah Agama, Bekerjalah Sesuai Potensi dan Bakatnya
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Salah satu hal yang diperintahkan oleh Allah dalam Al-Quran adalah supaya manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Bekerja dalam ajaran agama, selain untuk mencukupi kebutuhannya juga untuk mencukupkan diri dari meminta-minta dan berharap bantuan manusia. Ketika sudah memasuki masa bekerja, agama Islam menganjurkan untuk bekerja sesuai dengan potensi dan bakatnya.

Al-Quran secara jelas menyuruh manusia untuk bekerja. Ketika manusia bekerja, maka Allah dan rasul-Nya akan menyaksikan dan orang-orang di sekeliling juga akan memberikan penilaian tentang etos kerjanya. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran surat At-Taubah ayat 105:

  وَقُلِ اعْمَلُوْا فَسَيَرَى اللّٰهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهٗ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ وَسَتُرَدُّوْنَ اِلٰى عٰلِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَۚ   Wa 

Artinya: “Katakan (Nabi Muhammad), “Bekerjalah! Maka, Allah, rasul-Nya, dan orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu. Kamu akan dikembalikan kepada (Zat) yang mengetahui yang gaib dan yang nyata. Lalu, Dia akan memberitakan kepada kamu apa yang selama ini kamu kerjakan.”

Pekerjaan yang kita lakukan tentu tidak terlepas dari penilaian seseorang, oh ini orang kerjanya bagus, oh ini orang kerjanya profesional dan lain sebagainya. Dari keterangan ayat ini, maka dalam ayat Al-Quran yang lain, manusia dianjurkan untuk bekerja sesuai dengan potensi dan bakatnya. Orang yang bekerja dengan ini, selain akan merasa senang dan bahagia dengan pekerjaannya, maka ia juga akan menjadi pakar dalam pekerjaannya.

قُلْ كُلٌّ يَّعْمَلُ عَلٰى شَاكِلَتِهٖۗ فَرَبُّكُمْ اَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ اَهْدٰى سَبِيْلًا

BACA JUGA  Tafsir Surat Ar-Rum Ayat 17, Perintah Bertasbih di Waktu Pagi dan Sore

Artinya: Katakanlah (Muhammad), “Setiap orang berbuat sesuai dengan pembawaannya masing-masing. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.” (Al-Isra: 84)

Hamka dalam tafsirnya Al-Azhar Juz 15, No. 4.108 memaknai ayat ini dengan potensi manusia bekerja menurut bakatnya masing masing. Kata syakilatihi diartikan dengan bawaan atau bakat. Menurut Hamka, setiap orang dilahirkan bersama dengan pembawaannya, bahkan sudah ditentukan sejak dalam rahim.

Lebih lanjut Hamka menjelaskan bahwa melalui ayat ini Allah memerintahkan manusia bekerja sesuai dengan bakat (bawaan)nya masing-masing. Sebab itu, sudah seharusnya manusia mengenal siapa dirinya dan memaksimalkan potensi di dalam dirinya. Dengan demikian, siapa pun bisa mencapai amal terbaiknya di hadapan Allah dengan potensinya masing-masing. Oleh sebab itu mengenal diri sendiri menjadi syarat mutlak dalam mendekatkan diri kepada Allah swt.

Dengan keterangan ini menjadi jelas, bahwa manusia diperintahkan untuk bekerja sesuai dengan potensi dan bakatnya. Untuk bisa bekerja sesuai potensinya tentu manusia diharuskan untuk senantiasa belajar dan berlatih. Orang yang bekerja dengan potensi dan bakatnya maka akan bisa mengenal lebih dalam tentang dirinya, dan orang yang mengenal dirinya pasti akan mengenal Tuhannya. Hal ini sebagaimana termaktub dalam hadis Qudsi:

ُمَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّه 

Artinya, “Barang-siapa yang mengenal dirinya, sungguh ia telah mengenal Tuhannya.”

Walhasil menjadi teramat jelas, bahwa esensi yang sebenarnya dari bekerja sesuai potensi dan bakatnya adalah mengenal tuhannya. Wallahu A’lam Bishowab.

Ahmad Khalwani, M.Hum
Ahmad Khalwani, M.Hum
Penikmat Kajian Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru