27.5 C
Jakarta

Menghidupkan Bulan Ramadhan dengan Aktivitas yang Moderat

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanMenghidupkan Bulan Ramadhan dengan Aktivitas yang Moderat
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Ramadhan menjadi bulan yang mendapat apresiasi berbeda jauh dibanding dengan bulan-bulan yang lain. Ketika memasuki bulan Ramadhan, aktivitas umat Islam jelas terlihat meningkat, baik aktivitas beribadah, mencari nafkah, dan seterusnya.

Biasanya hampir di beberapa belahan dunia, terlebih di perkampungan, umat Islam menyibukkan diri tadarus Al-Qur’an, kurusan, hingga shalat jamaah taraweh. Saya lihat aktivitas semacam ini bagus daripada diam dan tidur (tidak ada aktivitas produktif sedikitpun).

Namun, yang sangat disayangkan jika ibadah itu dilakukan tidak secara moderat. Beribadah yang dapat mengganggu orang lain. Semisal, tadarus Al-Qur’an di jam-jam tidur dengan menggunakan pengeras suara. Pada misal yang lain, taraweh yang terlampau cepat sehingga tidak memperhatikan tumakninah atau sebaliknya terlampau lambat sehingga makmum jenuh dan capek.

Beberapa ibadah yang dilakukan dengan tidak moderat ini penting dihindari. Beribadah memang penting dan baik, tapi jika ibadah itu dilakukan dengan “cara” yang keliru, maka ia tidak akan membuahkan pahala sedikitpun. Malahan akan menghadirkan dosa karena ibadah ini dilakukan dengan cara yang keliru sehingga merugikan orang lain. Lalu, bagaimana cara mengatasinya?

Islam adalah agama yang moderat dan rasional. Beribadah itu bagian dari perintah yang agama langit ini tekankan. Tapi, ibadah ini harus dilakukan dengan cara yang baik atau moderat. Cara-cara yang baik ini hendaknya tidak mengganggu orang lain, meski orang ini bukan muslim (pemeluk agama Islam). Lihat saja bagaimana Nabi Muhammad Saw. beribadah.

BACA JUGA  Tafsir Lingkungan di Tengah Kebijakan Penguasa

Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa Nabi shalat sunnah sebelas rakaat pada bulan Ramadhan. Kemudian, beberapa orang memahami itu shalat sunnah taraweh dan witir yang dilakukan oleh Nabi. Meski, ada beberapa orang seperti Syiah yang tidak membenarkan. Karena, bagi Syiah, taraweh itu bukan dari Nabi tapi dari sahabat Umat bin Khattab. Syiah tidak melakukannya, karena kelompok ini memang crash dengan Umar.

Kemudian, Nabi pernah melakukan shalat sunnah (yang ditafsirkan oleh beberapa orang dengan shalat sunnah taraweh) hanya pada hitungan malam saja di masjid. Kemudian setelah itu Nabi tidak shalat lagi, karena khawatir shalat itu dianggap perintah wajib dilakukan saban malam bulan Ramadhan. Melihat kenyataan ini, Nabi beribadah sangat relevan dengan situasi umatnya yang dikhawatirkan tidak bakal mampu memenuhi ibadah saban malam Ramadhan ini.

Bahkan, dalam beberapa kesempatan Nabi tidak setuju jika ada seseorang yang beribadah keterlaluan. Semisal, berpuasa sehari semalam tanpa berbuka dan sahur. Itu bukan ibadah yang sesuai dengan ruh Islam yang dianggap sebagai agama moderat. Nabi mengingatkan beribadah hendaknya dilakukan dengan rasional dan tidak berlebihan, karena Nabi sendiri masih berbuka puasa dan sahur.

Sebagai penutup, hidupkan bulan Ramadhan dengan aktivitas-aktivitas yang bermanfaat, baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain. Bisa dengan mengajar orang membaca Al-Qur’an. Bekerja keras untuk menafkahi keluarga. Shalat taraweh yang normal (tidak terlalu cepat dan lambat). Dan seterusnya. Itulah tuntunan Islam yang benar.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru