27.8 C
Jakarta

Mengapa Masih Banyak Akun Youtube Keislaman Menjadikan Perempuan sebagai Ladang Dosa?

Artikel Trending

KhazanahTelaahMengapa Masih Banyak Akun Youtube Keislaman Menjadikan Perempuan sebagai Ladang Dosa?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Kalau kita searching keyword kesetaraan gender di YouTube, video teratas yang muncul adalah konten dakwah keislaman yang berasal dari kelompok, yang menolak ajaran kesetaraan gender dalam Islam. Konten yang disajikan oleh mereka adalah seputar ajaran tentang keharusan posisi perempuan dalam Islam, seperti harus bersikap sabar, menerima segala hal yang sudah ditetapkan oleh Allah, serta posisi harus mengabdi kepada suami.

Lebih jauh, wacana penolakan terhadap ide kesetaraan gender lantaran ide ini berasal dari Barat. Penentangan ini juga dikarenakan kesetaraan gender bagi mereka bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Perempuan dalam pandangan mereka, harus menjadi makhluk yang tunduk, patuh serta mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan yang semestinya dilihat.

Dari berbagai narasi yang disampaikan oleh kelompok Muslim melalui akun YouTube itu, penulis memiliki kesimpulan bahwa, kelompok Muslim konservatif menggambarkan seorang perempuan sebagai objek dan menjadi ladang dosa. Ini berarti, wacana keislaman yang dibawa oleh mereka adalah ajaran Islam yang sangat tidak ramah terhadap perempuan.

Beberapa akun Youtube yang perlu disorot, salah satunya bernama DzulqarnaiMS yang  mempunyai  ratusan  ribu subscriber menayangkan   penafsiran   Al-Qur’an surat Ali   Imron   ayat   14.

Dalam konten itu, ia menjelaskan bahwa perempuan merupakan salah satu bentuk kenikmatan duniawi bagi laki-laki yang harus dihindari kecuali dengan syarat yang diperbolehkan. Hal ini memberikan pemahaman bahwa hanya perempuan yang berpotensi menggoda laki-laki, sementara laki-laki  tidak.

Redaksi “penggoda” menunjukkan bahwa, perempuan dalam pandangan mereka adalah ladang dosa. Artinya, menggunakan pakaian tertutup atau tidak, perempuan tetaplah berpotensi sebagai penggoda. Penafsiran ini sangat bias dan tidak adil terhadap perempuan. Padahal yang perlu disorot pula adalah bagaimana sikap laki-laki dalam melihat perempuan.

Selain itu, ada pula akun YouTube Yufid.Tv. Dengan ribuan subscriber yang dimiliki, akun tersebut merepresentasikan perempuan salihah adalah perempuan yang berdiam diri di rumah, mengabdi kepada suami, serta menjaga martabat dirinya sebagai perempuan dengan wujud, tidak berinteraksi dengan lawan jenis.

Standar perempuan salihah versi Yufid.Tv, sebenarnya tidak memberikan ruang kemanusiaan bagi perempuan. Perempuan hanya dijadikan sebuah objek, yang diciptakan oleh Tuhan untuk menjadikan laki-laki sebagai Tuhan lain.

BACA JUGA  Mengapa Perempuan Terlibat dalam Kelompok Teroris? Pahami Faktor Penyebab Berikut Ini!

Relasi yang sangat timpang, antara laki-laki dan perempuan, jelas terlihat dari akun-akun Islam konservatif dalam menggambarkan sosok perempuan salihah dalam Islam. Kelompok ini kerapkali menyudutkan perempuan sebagai ladang dosa, di mana setiap jengkal perbuatan yang dilakukan oleh perempuan, nerakalah tempatnya.

Wacana Islam yang dibawa oleh kelompok ini menempatkan perempuan berada di posisi paling bawah. Perempuan bahkan tidak dianggap manusia sepenuhnya karena sama sekali tidak memiliki ruang untuk aktif di ruang publik dan hidup selayaknya manusia. Meski begitu, wacana keislaman model itu, masih memiliki banyak penggemar. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya penonton atau subscriber pada akun YouTube tersebut.

Mari Lawan dengan Wacana Islam Progresif

Mengetahui bahwa wacana keislaman dari kelompok konservatif yang tidak ramah terhadap perempuan, memiliki banyak sekali peminat, maka hal yang bisa kita lakukan adalah melawan dengan wacana Islam yang progresif.

Potret perempuan salihah yang ditampilkan oleh kelompok Muslim konservatif adalah perempuan yang rapuh, mengabdi kepada suami, ataupun menerima segala takdir hidup. Wacana ini seolah-olah menghadirkan Tuhan lain yang perlu disembah oleh perempuan, yang berwujud laki-laki.

Perlu menghadirkan wacana keislaman progresif yang lebih melihat kemanusiaan perempuan. Dalam perspektif mubadalah, jika laki-laki diminta untuk berbuat baik dan diminta untuk waspada pada hal-hal yang bisa membelokkannya dari perbuatan baik, maka perempuan juga diperintahkan hal yang sama.

Kewaspadaan atas hal-hal yang menyesatkan adalah gagasan utama dari ayat tersebut, di mana perempuan bisa menjadi salah satu hal tersebut jika  subyeknya adalah laki-laki. Tetapi jika sebaliknya, subyeknya  adalah perempuan, maka laki-laki juga bisa menjadi penggoda, penyebab kerusakan, dan fitnah.

Dalam menyebarkan wacana keislaman di media online, kita perlu meghadirkan tafsir yang tidak bias terhadap perempuan. Kelompok konservatif kerapkali menempatkan perempuan sebagai kelompok yang lemah, sumber dosa, bahkan kelompok yang layak dipukul dan ditindas.

Tafsir-tafsir semacam ini sangat jelas menghilangkan kemanusiaan perempuan. Maka dari itu, jika kita tidak menyadari kenyataan ini, maka kelompok konservatif terus menguasai media online dengan wacana keislaman yang bias. Wallahu A’lam.

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru