29.2 C
Jakarta

Mengapa Perempuan Terlibat dalam Kelompok Teroris? Pahami Faktor Penyebab Berikut Ini!

Artikel Trending

KhazanahTelaahMengapa Perempuan Terlibat dalam Kelompok Teroris? Pahami Faktor Penyebab Berikut Ini!
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com Dian Yulia Novi, adalah salah satu teroris perempuan yang direkrut oleh suaminya, Nur Solihin dan menyatakan keinginannya terlibat dalam gerakan teroris dengan menjadi martir. Pernikahan yang dilakukan oleh Dian, menjadi gerbong utama bagi perjalanan dirinya terlibat dalam kelompok teroris.

Meskipun pada mulanya media sosial adalah ruang utama ideologisasi terorisme, akan tetapi kehidupan pasca menikah yang dijalankan oleh Dian, semakin membuat kaffah atas keterlibatan dirinya dalam kelompok terorisme.

Selain Dian, ada pula Siti Rahmah, istri kedua Noordin M. Top, berperan sebagai perekrut dan pemasok logistik. Istri pertamanya, Munfiatun, juga berperan sebagai agen rahasia teroris. Keterlibatan suami dalam kelompok teroris, nyatanya berpengaruh besar pada keterlibatan perempuan dalam kelompok teroris.

Artinya, ideologisasi dalam keluarga, yang dilakukan oleh seorang suami, akan berpengaruh terhadap bertambahnya tokoh perempuan yang terlibat dalam kelompok teroris. Meskipun begitu, tidak semua relasi pernikahan menjadi gerbong utama bagi perempuan dalam keterlibatan kelompok teroris.

Zakiah Aini, misalnya. Pelaku penyerangan yang dilakukan di Mabes Polri, Jakarta Selatan pada 2021 silam adalah seorang perempuan muda, lajang, yang mendukung ISIS. Diketahui bahwa, dirinya mengalami proses ideologisasi tersebut melalui media sosial. Kasus Zakiah Aini menambah deretan nama tokoh perempuan dalam lingkaran terorisme.

Kejadian tersebut juga membawa fakta baru, bahwa perempuan yang terlibat dalam kelompok terorisme tidak selalu karena ajakan suami. Perempuan bisa secara mandiri terlibat dalam kelompok teroris dengan berbagai atribut yang bisa menunjang ideologisasi dirinya, seperti: media sosial, organisasi atau jaringan, dan bacaan lainnya.

Di balik kasus di atas, penting sekali melihat faktor-faktor keterlibatan perempuan dalam terorisme sebagai upaya preventif bagi masyarakat. Ada beberapa faktor atas keterlibatan perempuan dalam terorisme, di antaranya:

Pertama, kemiskinan. Angka kemiskinan yang sangat tinggi, menjadikan kelompok teroris masuk dengan misi menciptakan kesejahteraan masyarakat. Melalui jaminan kesejahteraan, seseorang akan tergiur bergabung dalam kelompok teroris agar dirinya sejahtera. Tidak hanya itu, kondisi perempuan dalam keluarga miskin, ditempatkan sebagai kelompok yang rendah, di mana tidak memperoleh pengetahuan dan pendidikan. Dengan kondisi demikian, rentan bagi perempuan untuk diajak oleh kelompok teroris akibat rendahnya pemahaman dan pengetahuan karena tidak mendapatkan pendidikan lantaran kemiskinan tersebut.

BACA JUGA  Paradoks Toleransi: Kita Tidak Boleh Toleran Terhadap HTI, Perusak NKRI

Kedua, pernikahan. Beberapa tokoh perempuan yang terlibat dalam kelompok teroris dan berikrar menjadi teroris dikarenakan pernikahan. Dalam konteks ini, pernikahan menjadi salah satu gerbong ideologisasi agar para perempuan bergabung dalam kelompok teroris. Perempuan (istri) dicuci otaknya sehingga mantap atas keyakinan yang dimiliki dan akhirnya bergabung dalam kelompok teroris.

Ketiga, norma budaya yang patriarkis. Jika kita melihat kelompok-kelompok Islam fundamentalis, tafsir agama yang digemakan menempatkan perempuan sebagai makhluk rendah. Tafsir misoginis yang diproduksi, menjadikan perempuan sebagai makhluk kedua. Kondisi ini yang menyebabkan perempuan bergabung dalam kelompok teroris. Dengan dalil kekuasaan (superioritas) laki-laki, para kelompok ini menjadikan dalil tersebut agar perempuan tunduk terhadap keputusan suami, sekalipun bergabung dalam kelompok teroris.

Keempat, perubahan sosial. Perempuan yang pada mulanya aktif di belakang layar dalam aksi terorisme, mengalami perubahan sosial yang cukup nyata dengan adanya diperbolehkannya partisipasi aktif oleh kelompok jihadis.

Kelima, legitimasi kepada perempuan. Partisipasi aktif yang sudah diperbolehkan oleh kelompok teroris, dimanfaatkan oleh tokoh-tokoh perempuan untuk bergerilya menyebarkan ideologi sekaligus menjadi pelaku aktif di depan layar dalam aksi terorisme.

Keenam, penurunan teroris laki-laki. Sebagai strategi pertahanan, pelaku terorisme laki-laki semakin berkurang dikarenakan ditangkap atau mati dalam berjihad. Oleh karena itu, pemanfaatan perempuan dalam aksi terorisme menjadi salah satu strategi pertahanan yang dilakukan oleh kelompok terorisme.

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru