28.4 C
Jakarta

Kelas Menengah Muslim dan Merebaknya Islam Populer

Artikel Trending

KhazanahTelaahKelas Menengah Muslim dan Merebaknya Islam Populer
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com- Pada tulisan sebelumnya, saya membahas bagaimana kalangan menengah Muslim menjadi salah satu kelompok masyarakat yang cukup dekat sekali dengan simbol-simbol Islam. Berkembangnya budaya tersebut menciptakan kelompok-kelompok Muslim yang jatuh pada pemahaman Islam eksklusif yang tidak menerima keragaman pemahaman tentang Islam. Kenyataan ini menjadi sebuah fenomena baru di kalangan masyarakat Muslim ketika melihat keberagaman pemahaman yang dimiliki.

Perbedaan yang cukup terlihat dari kalangan Muslim tradisional dan kelas menengah Muslim adalah gaya hidup yang menjadi tolok ukur kehidupan. Jika agama bagi kalangan Muslim tradisional hadir pada masyarakat yang kurang informasi, akses pendidikan dan akses hidup yang terbuka, sehingga agama benar-benar menjadi satu-satunya obat kesedihan, maka berbeda halnya dengan kalangan menengah Muslim.

Bagi kalangan menengah Muslim, mereka secara kehidupan adalah orang-orang yang mendapatkan kepuasaan dalam hidupnya. Artinya, mereka secara akses pendidikan, kebutuhan kehidupan sudah tercukupi. Sehingga peran agama, dalam bahasa tersirat, bisa dibeli dengan uang yang dimiliki. Salah satu wujudnya adalah pengajian-pengajian di hotel mahal, dengan mudah digelar oleh kalangan menengah Muslim untuk mengobati haus spiritual sebagai manusia.

Kalangan menengah Muslim juga mempraktikkan gaya hidup dengan mengonsumsi produk-produk Islam. Dalam potret perempuan Muslim, model berpakaian syar’i namun tetap tampil modis menjadi sebuah trend yang kemudian ditiru oleh masyarakat umum. Gaya berpakaian ini kemudian menciptakan komunitas-komunitas hijabers di kalangan artis, yang mengusung nilai-nilai Islam sebagai basis dari bisnis yang dijalankan. Geliat untuk mengonsumsi produk-produk yang mengusung nilai Islam, semakin meningkat dengan hadirnya produk-produk yang terdapat label Islam.

Brand-brand jilbab saat ini juga menjadi komoditas baru untuk menunjukkan kelas sosial sebagai bagian dari kelas menengah ke atas. Rabbani, Dian Pelangi, Buttonscarves, adalah salah satu dari sekian merk baju muslimah syar’i yang cukup famous di kalangan menengah. Selain itu, para artis hijrah juga turut menyertai bisnis yang mengusung bisnis-binis Islam dengan pakaian syar’i.

Gaya hidup semacam ini menjadi sebuah potret kehidupan Islam masa kini. Standart kesalehan yang dimiliki oleh masyarakat kini bergantung pada bagaimana komunitas kalangan menengah Muslim menampilkan Islam dari segi pakaian, barang, hingga gaya hidup yang diinisiasi sesuai syariat Islam.

BACA JUGA  Apa yang Dilakukan oleh Aktivis Khilafah pada Pemilu 2024?

Trend syar’i ini juga berdampak pada hunian syariah yang menciptakan kelompok Islam eksklusif. Di Yogyakarta, misalnya. Hunian syariah seperti kosan, perumahan, mengakibatkan warga, mahasiswa yang berasal dari kalangan non-muslim, merasa kesulitan untuk mendapatkan tempat tinggal yang layak dikarenakan bukan berasal dari kalangan Muslim. Fenomena ini menciptakan potret Yogyakarta sebagai kota pendidikan, menciderai warna kota yang seharusnya bisa merangkul masyarakat dari berbagai kalangan.

Hadirnya Islam Populer di Kalangan Menengah Muslim

Tidak hanya itu, fenomena merebaknya kalangan menengah muslim adalah hadirnya budaya Islam yang diistilahkan ‘Islam populer’. Menurut Wasisto dalam buku “Politik Kelas Menengah Indonesia”, bentuk Islam populer yang berkembang di masyarakat berupa komoditas barang maupun ritual yang diproduksi secara komersil dan komunal. Kehadiran barang dengan label syariah atau halal, mewarnai perkembangan Islam populer di Indonesia.

Tipe lain dari Islam populer juga bisa dilihat dari sudut pandang skriptualis. Wujud dari Islam populer tipe ini adalah adanya kelompok yang menginginkan formalisasi syariat Islam dalam sistem hukum di Indonesia atau dalam cakupan yang lebih jauh menjadikan Indonesia sebagai negara Islam. Tradisi Arab Saudi menjadi kiblat dari kelompok Islam populer yang memiliki klaim bahwa ajaran yang dibawa merupakan representasi Islam yang murni.

Implifikasi dari kehadiran Islam populer ini adalah kelompok yang sangat ketat menolak menerima ajaran yang diluar dari apa yang tertuang secara literal dalam Al-Qur’an dan hadis. Jika budaya ini terus mengakar pada kelompok masyarakat, maka akan tercipta bentuk Islam populer yang ekstrim dan radikal. Bisa jadi, kekerasan digunakan untuk berdakwah dengan dalil pembenaran menggunakan ayat Al-Quran dan hadis.

Hadirnya Islam semacam ini akan menciderai Islam sebagai agama yang rahmah dan damai. Kelas menengah Muslim menjadi salah satu kelompok yang cukup masif memahami Islam sebagai ajaran yang harus menjadi pedoman murni dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemahaman ini harus diwarnai dengan penerimaan budaya yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia. Ajaran budaya yang kita terima sebagai warisan nenek moyang, perlu terus kita lestarikan. Islam Indonesia memiliki ciri khas dengan budaya. Bukan budaya Arab. Islam Indonesia sesuai dengan nilai-nilai keindonesiaan. Wallahu a’lam.

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru