29.3 C
Jakarta

Katakan Tidak pada Jihad yang Aslinya Teror

Artikel Trending

KhazanahPerspektifKatakan Tidak pada Jihad yang Aslinya Teror
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.comMemahami jihad membutuhkan pemaknaan mendalam dan menyeluruh. Sebab, pemahaman konsep jihad masih menimbulkan berbagai kontroversi. Dewasa ini, jihad sebagai konsep sering diperdebatkan dalam media massa dan literatur akademis, baik di Timur dan di Barat. Isu yang sangat sensitif saat ini adalah ketika seruan untuk berjihad itu dikaitkan dengan tindak terorisme.

Melalui tulisan ini, penulis berusaha menghimpun beberapa penafsiran pelaku terorisme terhadap ayat-ayat jihad, di antaranya:

Surah At-Taubah: 5

“Perangilah apabila telah habis bulan-bulan haram, maka perangilah orang-orang musyrik dimana saja kamu temui, tangkaplah dan kepunglah mereka, dan awasilah ditempat pengintaian.Jika mereka bertaubat dan melaksanakan taubat dan melaksanakan shalat serta menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang”

Dalam pandangan Amrozi, pelaku bom Bali I, ia menafsirkan ayat tersebut sebagai dalil untuk memberantas kemaksiatan dengan seluruh kemampuan demi meraih kecintaan dan keridaan Allah.

Lebih lanjut ia mengacu kepada sebuah hadis Nabi: “Barangsiapa yang menyaksikan kemungkaran di depan matanya maka hendaknya diubah keadaan itu dengan tangannya. Jika dia tidak mampu maka hendaknya diubah dengan lisannya. Jika dia tidak mampu maka hendaknya diubah dengan hatinya. Ketahuilah, bahwa itu adalah selemah-lemahnya iman.”

Menurutnya, jika ada kemungkaran dan kemaksiatan yang ditemui maka haruslah diberantas secara tuntas dengan tangannya sendiri. Bahkan, ia berkeyakinan bahwa pemaknaan dan pemahaman jihad yang paling benar adalah yang dia pahami. Kuatnya doktrin jihad yang telah diterimanya, juga ditunjukkan dalam penggalan surat yang ditulisnya di Lapas Kerobokan, Denpasar.

Jika dicermati, pemahaman jihad ini sederhana, tetapi lebih jauh akan tampak berbeda, lebih-lebih bahwa jihad adalah memerangi kekufuran dan kemaksiatan.

Kaitannya dengan doktrin jihad, pernah terjadi pada kasus Poso saat pengeboman Tentena 28 Mei 2005 yang menewaskan 22 korban jiwa dan 20 korban luka-luka , Amril Agiode alias Ast telah mengaku: “Saya mau melakukan semua ini karena doktrin ustaz yang saya ikuti dalam taklim bahwa membunuh orang kafir itu halal.”

Majelis taklim yang saya ikuti sejak 2003, selalu mengutip surat At-Taubah dan Al-Anfal: “Bunuhlah orang-orang musyrik itu di mana saja kamu jumpai mereka.” Perampokan emas dengan tujuan mencari dana untuk perjuangan (fa’i) milik pemerintah dan orang Nasrani, halal untuk dicuri.” Taklim mereka pada 2005 itu mengingkarkan untuk melawan kafir dan pemerintah yang disebut thaghut karena tidak menjalankan syariat Islam.

BACA JUGA  Menghindari Tafsir Tekstual, Menyelamatkan Diri dari Radikalisme

Kembali lagi ke Amrozi, ketika disidang dalam tragedi Bom Legian-Bali yang telah menewaskan sekitar 200 orang. Selama ini ia dikenal sebagai the smiling suspect seraya mengelus-elus jenggotnya, ia tersenyum manis menunjukkan ekspresi wajah tanpa dosa (cool, calm and over confident) sehingga membuat jengkel keluarga-keluarga korban.

Amrozi membayangkan surga menjadi tempat yang dipenuhi 72 bidadari cantik sebagai imbalan “memberantas kemaksiatan” itu. Tumbuh keyakinan dalam dirinya bahwa apa yang ia lakukan merupakan jihad. Hal itu untuk menguatkan pendapat bahwa terminologi jihad tersebut dapat ditafsirkan dengan dengan berbagai macam penafsiran (multiinterpretable).

Surah An-Nisa’: 76

Dan perangilah dijalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi jangan melampaui batas. Sungguh , Allah tidak menyukai orang-otang yang melampaui batas

Dalam hal ini Ali Gufron memiliki keyakinan bahwa yang ia dan teman-temannya lakukan adalah jihad. Walaupun terlibat dalam kasus bom Bali dan dijuluki sebagai terorisme, tetapi ia dan kawan-kawannya merasakan kebanggaan tersendiri dengan gelar tersebut. Karena menurutnya teroris yang baik, ketika disidang telah meminta maaf kepada keluarga korban yang terbunuh.

Banyak ayat Al-Qur’an lainnya yang mereka gunakan, dan yang diuraikan di sini hanya sebagian kecil saja. Yang jelas, penafsiran yang keliru sudah memotivasi para teroris untuk membunuh sesama. Tidak peduli target beragama Islam apalagi kafir, kalau mereka anggap salah maka akan dibom atas nama jihad.

Karena itu, tugas kita semua adalah memberantas kekacauan penafsiran tersebut demi memberantas terorisme. Teror tidak bisa ditoleransi, dan NKRI yang Bhinneka Tunggal Ika adalah pusaka yang harus kita rawat dan ruwat sekuat tenaga. Mereka yang menafsirkan jihad sebagai teror harus dibunuh dan tidak boleh diberi ampun. Apalagi, sekarang gerakan mereka masif.

Hadiana Trendi
Hadiana Trendi
Penulis Keislaman dan Ke-Alquran-an

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru