31.5 C
Jakarta

ISIS Indonesia dan Ancaman Terdekat Kita: Upaya Preventif

Artikel Trending

Milenial IslamISIS Indonesia dan Ancaman Terdekat Kita: Upaya Preventif
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Setidaknya 137 orang tewas dan lebih dari 100 orang lainnya terluka dalam peristiwa terorisme di Rusia, Jumat (22/3) lalu. Beberapa jam setelah serangan bersenjata di gedung konser di utara Moskow itu, ISIS mengeklaim bertanggung jawab atas peristiwa tersebut melalui saluran Telegram mereka. Mereka mempublikasikan video-video serangan sebagai bukti. Tidak lama, mereka pun berhasil diringkus aparat.

Keterlibatan ISIS itu diperkuat oleh peringatan AS terhadap warga negaranya di Rusia, sejak beberapa hari sebelum kejadian. Kedubes AS di Moskow mengimbau warganya untuk menghindari ruang publik karena ancaman serangan “ekstremis”. Washington memastikan bahwa mereka telah memperingatkan Moskow, namun Moskow bergeming mengingat relasi kedua negara tengah tegang akibat perang Ukraina.

Namun respons sigap Rusia laik diapresiasi. Keempat teroris, yakni Dalerdzhon Mirzoyev, Saidakrami Murodali Rachabalizoda, Shamsidin Fariduni, dan Muhammadsobir Fayzov sudah ditahan aparat. Memang, beberapa sumber masih mengatakan kesimpangsiuran informasi tentang kenapa Rusia jadi target ISIS—sementara semua tahu bahwa ISIS adalah propaganda AS. Makanya, otoritas Rusia masih belum banyak bicara, hingga saat ini.

Kendati demikian, teror ISIS untuk Rusia bukan kali pertama terjadi. ISIS punya riwayat serangan yang kejam. Pada 2015, mereka mengaku bertanggung jawab atas ledakan pesawat Rusia yang mengangkut 24 orang ketika take-off dari Mesir. Pada 2022 lalu, ISIS menyerang Kedutaan Rusia di Kabul, menewaskan dua diplomat Rusia dan empat warga Afghanistan. Lantas, mengapa Indonesia mesti melakukan upaya preventif?

Sebab, secara relasi politik, Indonesia dan Rusia lumayan dekat. Doktrin takfir ISIS bisa menyasar siapa saja, tidak hanya non-Muslim seperti Rusia tetapi juga Muslim di Indonesia. Karena itu, alih-alih melihat peritiwa di Rusia sebagai duka internasional belaka, Indonesia justru harus lebih sigap mengantisipasi kemungkinan terburuk serupa. BNPT telah mengutuk apa yang terjadi di Rusia, namun tentu saja itu tidak cukup.

Mengapa Perlu Upaya Preventif?

Upaya preventif yang urgen di sini adalah dalam rangka menetralisir ancaman terdekat, yakni ISIS Indonesia. Eksistensi mereka ada dua macam: antara yang masih mempertahankan identitas internasionalnya, yaitu ISIS, atau yang sudah melokalisasi yaitu JAD. Kelompok teror yang terakhir ini jaringannya masih kuat. Artinya, kewaspadaan Indonesia mestinya dua kali lipat daripada Rusia itu sendiri.

Faktanya, ISIS di Indonesia menjadi sumber kekhawatiran mendalam untuk stabilitas nasional. Beberapa tahun terakhir, bersamaan dengan melandainya terorisme, ISIS Indonesia justru menjadi ancaman yang semakin meresahkan. Kendati upaya kontra-terorisme terus dilakukan pemerintah dan para stakeholders terkait, tetapi upaya mengatasi ancaman mereka masih selalu menjadi prioritas utama.

BACA JUGA  Riak-riak Kaum Radikal-Populis di Tengah Putusan MK

Upaya preventif menemukan momentumnya karena teror para simpatisan ISIS, baik yang dilakukan secara mandiri (lone-wolf) maupun kelompok terorganisir, menyebabkan kerugian nyata bagi masyarakat, termasuk korban jiwa dan rusaknya generasi bangsa. Ancaman tersebut tak hanya memicu ketegangan antaragama dan konflik horizontal, tetapi juga potensi kolapsnya negara-bangsa itu sendiri di masa depan.

Mengapa demikian? Sebab, generasi muda sudah banyak teracuni. Rekrutmen anggota baru, terutama dari kalangan muda yang rentan terhadap propaganda teroris, terus berlangsung. Hal itu menunjukkan perlunya pendekatan komprehensif dalam mencegah dan menanganinya, baik melalui pendidikan, pembangunan ekonomi, maupun pemberdayaan masyarakat. Intinya, ISIS jangan sampai tumbuh.

Karenanya, untuk menghadapi ancaman ISIS di Indonesia, diperlukan langkah-langkah tegas dan koordinatif yang bersifat ‘menganstisipasi’. Pemerintah harus meningkatkan koordinasi antar-stakeholder, memperkuat peran intelijen, dan meningkatkan kapasitas aparat. Bersamaan, pendekatan preventif yang inklusif meliputi kesiapsiagaan nasional, kontra-radikalisasi, dan deradikalisasi. Semuanya urgen dalam taraf yang setara.

Ancamannya di Indonesia

Peristiwa di Rusia mesti dipahami sebagai panggilan persatuan dan kemawasan diri. Demikian karena salah satu celah ISIS di Indonesia ialah eksploitasinya terhadap kerentanan masyarakat, terutama di kalangan kaum muda yang merasa teralienasi. Karenanya, inisiatif untuk mengatasi ketimpangan sosial, mempromosikan pendidikan, dan memberdayakan segmen masyarakat yang rentan merupakan PR utama pemerintah.

Selain itu, sifat terhubungnya terorisme global menegaskan pentingnya kerja sama internasional dalam memerangi ancaman ISIS. Indonesia tidak dapat mengatasi tantangan ini sendirian. Kolaborasi dengan negara-negara tetangga dan mitra internasional sangatlah krusial dalam menangani jaringan teroris dan mencegah aksi brutal mereka terjadi di tanah air. Jika tidak, maka ancaman mereka tetap besar.

Kendati demikian, di tengah urgensi untuk memitigasi ancaman ISIS, para stakeholder juga mesti tetap waspada terhadap potensi pelanggaran hak asasi atas nama kontra-terorisme. Menegakkan supremasi hukum adalah hal yang mesti dijaga demi menjaga nilai-nilai demokratis yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.

Saat menghadapi ancaman yang persisten ISIS di Indonesia, masyarakat wajib bersatu sebagai bangsa melampaui perbedaan ideologi, agama, dan etnisitas. Solidaritas dan ketahanan dalam menghadapi tantangan akan menjadi pertahanan terkuat dari terorisme. Negara ini pasti dapat mengatasi ancaman ISIS dan membangun rasa aman untuk seluruh masyarakat Indonesia. Namun jelas, upaya preventif harus selalu dilakukan.

Wallahu A’lam bi ash-Shawab…

Ahmad Khoiri
Ahmad Khoiri
Analis, Penulis

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru