31.3 C
Jakarta

Begini Cara Membumikan Kultur Komunikasi Moderat di Indonesia

Artikel Trending

Milenial IslamBegini Cara Membumikan Kultur Komunikasi Moderat di Indonesia
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Potret kultur komunikasi moderat di Indonesia sudah membumi meski mendapatkan berbagai macam tantangan, perubahan, dan problematika yang dialami masyarakat Islam Indonesia. Untuk melepaskannya harus melalui metode ijtihad. Dibutuhkan keselarasan yang rasional dan pemahaman yang moderat untuk membawa dinamisme keagamaan pada persoalan yang kompleks.

Genealogi Kultur Komunikasi Moderat

Kultur komunikasi moderat sebenarnya telah diajarkan dalam Islam, sebagaimana konteks keislaman di Indonesia. Karena Islam sendiri adalah moderasi. Secara keseluruhan ajaran agama Islam mempunyai ciri ajaran yang moderat, dengan demikian sangat perlu para penganutnya juga mempunyai sikap moderat. Dalam pengertian ini, budaya komunikasi moderat adalah transmisi pandangan, pengetahuan, dan keyakinan moderat tentang afeksi mereka. Tidak ekstrem kanan maupun kiri.

Dalam konteks kultur komunikasi keagamaan di Indonesia, para ulama terdahulu seperti Walisongo telah menyebarkan ajaran Islam dengan cara damai, daripada memaksa pemeluk agama lain untuk masuk ke agama Islam.

Komunikasi yang telah diajarkan Walisongo selalu menghargai agama dan budaya yang telah tertanam rapi di Indonesia tanpa mengubah makna identitas yang dianggap tidak berlawanan dengan Islam. Karena itulah masyarakat bersimpati kemudian mengikuti pesan dan ajarannya Walisongo.

Walisongo sangat menjunjung tinggi harkat martabat kultur antropologi manusia Nusantara dan kemudian disemangatkan dalam praktik segala kehidupan dakwahnya dan tercermin hingga sekarang.

Dari sini kultur keagamaan di Indonesia mendapat bukti bahwa kultur masyarakatnya sudah beradab dan moderat. Dari sebuah kondisi masyarakat yang beragam (suku, ras, politik, agama, menjadi satu kesatuan untuk sama-sama menjunjung kehidupan yang damai, adil, dan bermartabat.

Fakta ini membentuk pergulatan manusia Indonesia menjadi umat yang rahmatan lil alamin, seperti yang sudah ditanamkan oleh Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah.

Praktik Komunikasi Moderat

Teknologi informasi berperan vital dalam mempercepat pelipatan ruang dan waktu, wajib kiranya untuk mengajak umat Islam untuk melakukan kemajuan dengan landasan kebaikan, keadilan, dan keadaban.

BACA JUGA  Mewaspadai Dampak Serangan Iran-Israel di Indonesia

Jaringan informasi yang transparan dan virtual harus dijadikan sebagai sarana komunikasi dan sarana untuk menyeru umat Islam agar senantiasa berbuat baik. Ini berarti bahwa Muslim yang taat tidak boleh mempromosikan kekafiran, kebodohan dan ekstremisme dalam basis apa pun.

Mengingat teknologi digital semakin canggih dan bebas akses kendati tidak lagi mendapat kategori-kategori moral yang mengikatnya, dan tidak ada pula ukuran-ukuran nilai yang bisa membatasinya, maka umat Islam kiranya harus bergerak kepada pengorbitan keagamaan yang moderat. Di abad cyberspace, komunikasi publik dan praktik sosial keagamaan harus dilandasi dengan cara-cara moderat.

Penyebarluasan paham moderasi beragama melalui ruang digital teknologi informasi harus bisa menjadi komunikasi publik antarumat beragama. Karena itu, ruang digital perlu diimbangi dengan narasi-narasi keagamaan yang moderat dan berbasis pada nilai-nilai toleransi, sehingga melahirkan kultur kehidupan yang damai moderat. Lebih khusus agar tidak melahirkan konflik, sikap intoleransi dan kekerasan atas nama agama.

Generasi Selanjutnya

Generasi sandwich, generasi milenial, dan generasi selanjutnya wajib berkomunikasi dengan menerapkan sikap Ahlussunnah waljama’ah (Aswaja), berkomunikasi moderat (tawassuth), bersikap adil (i’tidal), seimbang (tawazun), dan tidak ekstrem (tatharruf).

Dengan cara komunikasi ini maka komunikasi generasi dan publik luas bisa terakomodasi serta menghilangkan praktik dogmatis ekstrem di dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Bila cara ini terus dilakukan, nantinya, di perjalanan sana umat Islam Indonesia, dapat membangun komunikasi publik yang akurat baik, moderat, dan menghasilkan kemaslahatan bersama dalam kehidupan sosial dan publik secara humanis, adil, dan autentik.

Pada gilirannya, umat Islam Indonesia menjadi percontohan dalam komunikasi publik keagamaan dan menjadi acuan kiblat dalam beragama moderat di dunia.

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru