29.9 C
Jakarta

Film Horor Berlatar Agama, Seberapa Berbahaya?

Artikel Trending

KhazanahOpiniFilm Horor Berlatar Agama, Seberapa Berbahaya?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Industri film Indonesia saat ini mengalami kemajuan yang pesat. Tidak terkecuali film horor. Akhir-akhir ini dunia film tanah air banyak merilis film horor yang berlatar agama. Melihat tingginya perhatian penonton, film-film tersebut laris dan cenderung mendapat rating tinggi.

Namun baru-baru ini komentar kontra muncul dari seorang penulis film Gina S. Noer, setelah film horor baru resmi rilis berjudul “Kiblat”. Komentar yang diunggah pada akun pribadinya berisi pesan pada para pekerja industri film, harusnya lebih berhati-hati dalam menggunakan konten agama dan menghindari eksploitasi agama dalam sebuah karya.

Sontak unggahan tersebut mendapat banyak perhatian dan mengundang berbagai komentar. Salah satunya tanggapan MUI yang tegas akan melarang penayangan film tersebut melihat dari judulnya saja telah banyak mengundang kontroversi.

Berbagai tanggapan publik yang menyambut rilisnya film horor berjudul “Kiblat” ini secara tidak langsung menyadarkan kita sebagai penonton bahwa sudah banyak sekali film horor tanah air yang membawa unsur agama sebagai bumbu-bumbu menambah kesan seram saja.

Seperti yang disampaikan oleh Gina S. Noer bahwa film horor Indonesia banyak menggunakan ritual-ritual agama Islam khususnya seperti zikir, membaca Al-Qur’an, salat, hingga kajian dalam pesantren hanya sebagai plot device murahan untuk adegan jumpscare karakter yang akan diganggu setan.

Memang di setiap penayangan film-film horor selalu ada adegan yang menunjukkan pesan positif bagi penonton, sayangnya sebagian besar pesan itu hanya disampaikan secara tersirat. Sedangkan adegan langsungnya malah banyak menampilkan bahwa orang yang memiliki iman kuat atau tempat keagamaan justru mudah kalah oleh tipu daya setan.

Sebenarnya sah-sah saja jika mengaitkan ritual keagamaan dalam sebuah film horor. Namun sudah sepatutnya bagi para produser untuk lebih berhati-hati menyusunnya dalam sebuah film agar tidak terjadi kesalahan pengertian khususnya bagi masyarakat awam.

Menempatkan keagamaan sebagai jalan keluar bukan hanya figuran untuk menarik perhatian. Hal itu bertujuan agar masyarakat luas pun lebih percaya dengan keyakinan atau keimanan yang didapatkan dalam agama yang mereka pelajari. Bukan malah sebaliknya, takut melakukan ibadah karena bayang-bayang setan yang ditonton dalam film. Takut tahajud karena khawatir dibayangi jin, misalnya. Naif.

Kekhawatiran ini muncul bukan tanpa sebab, melainkan mengingat di zaman sekarang teknologi semakin mudah diakses dan generasi saat ini juga ahli dalam hal itu. Sehingga kita sadar betul bahwa semakin sulit untuk memfilter penonton yang akan mengakses film-film yang dirilis.

BACA JUGA  Rekonsiliasi Pasca-Pemilu: Jalan Menjaga Solidaritas Kebangsaan

Banyak Gen Z atau masyarakat awam yang mudah terprovokasi dan minim ilmu agama sehingga prasangka mudah timbul dan menyebar. Hal ini sejalan dengan yang pernah disampaikan oleh Febriyanto Firman Wijaya, Dosen Fakultas Agama Islam UM Surabaya dalam salah satu artikel di kampus UM Surabaya.

  1. Karena kebanyakan film horor hanya menampilkan adegan keagamaan sekilas dan pesan yang disampaikan melaluinya cenderung tersirat sehingga rawan terjadi kesalahpahaman bagi penonton yang belum cukup memahami ilmu agama
  2. Dengan mengambil latar agama film horor memperkuat munculnya stereotipe negatif bahwa Islam mengasosiasikan ilmu hitam dan kekerasan. Mengingat ada banyak film horor yang mengangkat masalah mistis berangkat dari pesantren, yang merupakan tempat umat Islam memperdalam ilmu agama
  3. Menciptakan dampak negatif bagi psikologis. Seperti kecemasan untuk beribadah sendiri, mimpi buruk hingga ketakutan yang berlebihan sehingga mengurangi kekhusukan saat beribadah.

Dampak dari kontroversi ini dapat merugikan banyak pihak dan menghambat kemajuan industri film Indonesia. Maka bagi para pegiat dunia film perlu mempertimbangkan lebih banyak risiko yang dapat timbul dari film horor berlatar agama, mengingat konten agama sangatlah sensitif. Maka beberapa ahli mengemukakan solusi edukatif dalam penayangan fim horor berlatar agama.

Menumbuhkan Kesadaran Bersama

Bagi para pegiat industri film, perlu menjelaskan konteks agama yang dimuat dalam film secara jelas dan akurat, meskipun hanya memuat sedikit adegan agama di dalamnya untuk penguatan bahwa iman bukan sesuatu yang lemah. Namun, justru memperkuat diri dalam menghadapi godaan setan misalnya. Hal ini ditujukan untuk meminimalisir kesalahan pemahaman penonton awam.

Sedangkan untuk para penonton, lebih bijaklah dalam memilih film yang akan ditonton dan tidak asal menyimpulkan tanpa melihat keseluruhan. Juga perlu mengawasi anak-anak di bawah umur dan memberikan pemahaman pada teman atau keluarga yang memiliki pemahaman agama yang minim.

Pada dasarnya harapan kita bersama, film dapat memberikan pemahaman yang lebih mudah diterima oleh banyak orang tanpa menyalahkan hal yang sudah benar hanya untuk mendapat sensasi dari film yang dibuat.

Maka dari itu bagi penonton diharapkan memiliki kesadaran dan tanggung jawab untuk mengkritisi yang masih salah. Tetapi harus berdasarkan pemahaman yang akurat bukan hanya asal menulis komentar yang tidak bermanfaat dan menimbulkan kesalahpahaman. Agama memang memberi kebebasan, namun bukan berarti boleh menjadi permainan hanya untuk menagih sensasi. Apalagi sensasi film horor yang membawa-bawa agama.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru