29.5 C
Jakarta

Cara Aswaja Merawat Kedamaian dan Menolak Ekstremisme

Artikel Trending

KhazanahPerspektifCara Aswaja Merawat Kedamaian dan Menolak Ekstremisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Kedamaian dalam hidup manusia merupakan salah satu nilai yang dihargai dan dijunjung tinggi dalam ajaran Islam. Sebagai agama rahmatan lil alamin, Islam mengajarkan umatnya untuk hidup dalam keadaan harmoni, sejahtera, dan damai.

Dalam kerangka pemahaman ini, perspektif ahl al-sunnah wa al-jamā’ah (Aswaja) muncul sebagai pandangan yang menekankan pentingnya menjaga kedamaian dan menolak ekstremisme. Dengan landasan ajaran Islam yang moderat, Aswaja memberikan kontribusi besar dalam merawat kedamaian dan menangkal ancaman ekstremisme.

Aswaja merupakan salah satu kelompok yang mengikuti tradisi dan ajaran Nabi Muhammad Saw. Mereka memandang bahwa Islam harus dipahami dan diamalkan secara seimbang, tidak ekstrem, dan tidak mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan.

Dalam konteks merawat kedamaian, perspektif ini memegang peran penting. Aswaja mengajarkan umat Islam untuk hidup rukun dengan sesama manusia, tanpa memandang perbedaan keyakinan atau latar belakang.

Kedamaian dalam perspektif Aswaja bukanlah hanya ketiadaan konflik, tetapi juga mencakup keadilan, toleransi, dan penghormatan terhadap HAM. Mereka meyakini bahwa menjaga kedamaian tidak hanya tanggung jawab pemerintah atau kelompok tertentu, tetapi juga merupakan tugas setiap individu Muslim. Konsep amar makruf nahi mungkar, yang berarti mendorong kebaikan dan mencegah kemungkaran, menjadi pedoman dalam menciptakan masyarakat yang damai dan harmonis.

Salah satu pendekatan Aswaja dalam merawat kedamaian adalah melalui pendidikan. Mereka menekankan pentingnya memahami ajaran Islam secara komprehensif dan kontekstual. Pendidikan Islam yang berkualitas dapat membentuk pemahaman yang benar tentang agama dan mencegah penyelewengan interpretasi yang dapat mengarah pada ekstremisme.

Aswaja juga menekankan pentingnya dialog antarumat beragama untuk membangun pemahaman yang saling menghormati dan menghargai perbedaan.

Menolak ekstremisme juga menjadi fokus utama dalam perspektif Aswaja. Mereka menegaskan bahwa ekstremisme tidak memiliki tempat dalam ajaran Islam.

Tafsir yang sewenang-wenang terhadap ayat-ayat suci dan pemaksaan interpretasi tertentu merupakan praktik yang mestinya perlu diperdebatkan, bahkan ditolak keras. Aswaja mengajarkan bahwa Islam adalah agama yang menghormati kebebasan beragama dan menolak keras segala bentuk kekerasan untuk menyebarkan agama.

Peran ulama dalam mendorong kedamaian dan menolak ekstremisme sangat penting dalam perspektif Aswaja. Ulama dianggap sebagai pilar masyarakat yang memberikan petunjuk dan arahan berdasarkan ajaran Islam yang moderat.

Mereka berperan sebagai pemimpin spiritual yang memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari, menunjukkan bahwa Islam adalah agama kasih sayang, bukan agama kebencian.

Namun, tantangan dalam menjaga kedamaian dan menolak ekstremisme tetap ada. Globalisasi dan perkembangan teknologi dapat membuka pintu bagi masuknya pengaruh ekstremisme dari berbagai belahan dunia.

Oleh karena itu, Aswaja menekankan perlunya membangun ketahanan spiritual dan intelektual dalam menghadapi arus informasi yang dapat memicu konflik.

Dalam konteks ini, media sosial juga menjadi bagian penting dalam upaya merawat kedamaian. Aswaja memandang bahwa media sosial dapat digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan nilai-nilai keadilan, toleransi, dan cinta kasih. Pemahaman yang benar tentang Islam dapat disebarluaskan melalui media sosial untuk melawan narasi ekstremis yang salah.

Di tengah-tengah dinamika zaman yang terus berubah, tantangan untuk merawat kedamaian dan menolak ekstremisme menjadi semakin kompleks. Oleh karena itu, peran aktif dan kolaboratif seluruh komponen masyarakat, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, keluarga, dan individu, sangat diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan mencegah munculnya pemahaman yang ekstrem.

Pemerintah dalam hal ini memiliki peran besar dalam menciptakan kebijakan yang mendukung kerangka pemahaman Aswaja. Langkah-langkah preventif, seperti peningkatan kualitas pendidikan agama, pembentukan lembaga-lembaga dialog antarumat beragama, dan pengawasan terhadap media sosial, dapat membantu mencegah penyebaran paham ekstrem.

BACA JUGA  Menghindari Tafsir Tekstual, Menyelamatkan Diri dari Radikalisme

Selain itu, penegakan hukum yang adil dan tegas terhadap kelompok-kelompok yang mendukung atau terlibat dalam ekstremisme merupakan langkah krusial dalam memelihara kedamaian.

Lembaga pendidikan juga memiliki peran kunci dalam mengimplementasikan perspektif Aswaja. Kurikulum yang seimbang, guru yang memiliki dedikasi dengan baik, dan suasana belajar yang inklusif dapat membentuk generasi muda yang memiliki pemahaman Islam yang moderat.

Pendidikan karakter misalnya yang mengajarkan nilai-nilai toleransi, rasa hormat, dan keadilan menjadi bagian integral dalam upaya merawat kedamaian.

Dalam lingkungan keluarga, orang tua juga memiliki tanggung jawab untuk memberikan pemahaman yang benar tentang ajaran Islam kepada anak-anak mereka. Dengan memberikan contoh kehidupan yang penuh kasih sayang dan toleransi, orang tua dapat membentuk sikap dan nilai-nilai positif pada generasi muda. Komunikasi terbuka tentang nilai-nilai agama dan bahaya ekstremisme juga perlu ditanamkan sejak dini.

Di sisi individu, setiap Muslim memiliki tanggung jawab untuk memahami ajaran Islam secara mendalam dan kritis. Keterbukaan terhadap pemikiran yang berbeda, keinginan untuk terus belajar, dan sikap rendah hati akan membantu mencegah terjerumusnya individu dalam pemahaman ekstrem.

Menjalin hubungan yang baik dengan sesama Muslim dan non-Muslim serta berperan aktif dalam membangun kehidupan sosial yang saling mendukung juga menjadi bagian dari kontribusi individu terhadap kedamaian.

Penting untuk diakui bahwa upaya merawat kedamaian dan menolak ekstremisme tidak hanya tanggung jawab umat Islam, tetapi juga masyarakat global. Solidaritas antarumat beragama dan kerja sama internasional dalam mengatasi akar penyebab konflik menjadi kunci keberhasilan.

Interaksi positif antarbudaya dan pelibatan aktif dalam memahami perbedaan akan membantu menciptakan dunia yang lebih harmonis. Kerja sama internasional dalam mengatasi akar penyebab konflik menjadi kunci keberhasilan. Interaksi positif antarbudaya dan pelibatan aktif dalam memahami perbedaan akan membantu menciptakan dunia yang lebih harmonis.

Merangkul Moderasi

Dalam menghadapi kompleksitas dunia modern, perspektif Aswaja tetap menjadi panduan yang relevan dalam merawat kedamaian dan menolak ekstremisme. Dengan menegaskan nilai-nilai moderat, dan keterlibatan aktif dalam masyarakat, Aswaja membentuk landasan kuat untuk menjawab tantangan zaman.

Kedamaian dalam Islam bukanlah sekadar impian, melainkan amanah yang harus diemban oleh setiap individu Muslim. Merawat kedamaian bukan hanya tugas kelompok tertentu, melainkan tanggung jawab bersama.

Dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat dan memanfaatkan teknologi dengan bijak, kita dapat menciptakan lingkungan yang mempromosikan toleransi, harmoni, dan penghargaan terhadap perbedaan.

Dengan demikian, merangkul perspektif Aswaja sebagai bagian dari warisan Islam berarti menerima tantangan zaman dengan bijak dan mendorong keseimbangan antara tradisi dan inovasi. Hanya melalui kolaborasi yang erat dan tekad bersama, kita dapat menjaga Islam sebagai sumber inspirasi bagi perdamaian dan harmoni dalam masyarakat global yang beragam ini.

Dalam melanjutkan warisan Islam sebagai nilai kehidupan yang damai, perlu sekali untuk ditekankan bahwa merangkul perspektif Aswaja tidak hanya relevan dalam lingkup internal umat Islam, tetapi juga sebagai kontribusi positif kepada dunia.

Nilai-nilai moderat dan pendekatan holistis terhadap pendidikan tidak hanya menciptakan kedamaian internal, tetapi juga memperkaya panorama perdamaian global. Melalui keterlibatan aktif dalam masyarakat dan pemanfaatan teknologi dengan bijak, Aswaja menawarkan model inklusif untuk menciptakan lingkungan yang menerima perbedaan.

Sebagai warisan Islam yang hidup, perspektif ini memperkokoh Islam sebagai agama rahmatan lil alamin yang berperan aktif dalam mewujudkan perdamaian dan harmoni universal.

Ahmad Miftahudin Thohari
Ahmad Miftahudin Thohari
Peminat kajian filsafat, kebudayaan dan sosiologi. Aktif di komunitas Dianoia.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru