26.1 C
Jakarta

Bumikan Moderasi Beragama, Cegah Radikalisme!

Artikel Trending

KhazanahResensi BukuBumikan Moderasi Beragama, Cegah Radikalisme!
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF
Judul Buku: Moderasi Beragama: Perubahan Orientasi Keberagamaan Umat Islam Indonesia, Penulis: Penulis Sahabat Pena Kita, Penyunting: Abd Aziz Tata Pangarsa, Penerbit: Sahabat Pena Kita, Gresik, Tahun: Cetakan 1, 2020, Ukuran: 15,5 x 23 cm, Tebal: xiv + 234 hlm, Peresensi: Tgk. Helmi Abu Bakar El-Langkawi.

Catatan sejarah telah membuktikan dan mengajarkan bahwa radikalisme, betapapun berlandaskan agama, tidaklah sejalan dengan Pancasila dan fakta pluralitas kita sebagai bangsa. Esensi radikalisme jelas mengajak kepada kebinasaan, apapun wajahnya, terlebih kini radikalisme disusupi topeng agama. Moderasi beragama menjadi terkuburkan.

Jangankan radikalisme yang nyata-nyata melakukan oposisi dengan pemerintah. Bahkan secara diam-diam pun, termasuk masuk ke sel-sel setiap instansi pemerintah, telah dilakukan “pembinaan”. Intinya, radikalisme harus dilenyapkan; apalagi radikalisme yang berwawasan sempit dan chauvistik. Jika perlu, pelenyapan radikalisme itu dilakukan hingga ke akar-akarnya.

Tentunya setidaknya demikianlah antara lain harapan masyarakat umum yang kerap dipertontonkan oleh mereka yang digolongkan radikal. Tak peduli apakah kebijakan pemerintah sebagai kebijakan politik atau bukan, masyarakat hanya ingin kesatuan NKRI bisa tetap terjaga selamnya.

Dengan terjaganya NKRI, setiap unsur masyarakat terlindungi untuk hidup beragama apapun yang diyakini. Tidak dapat dipungkiri dan realita yang dirasakan dewasa ini bahwa sosok bernama radikalisme yang sempat merebak dan menghebohkan di negeri ini terus melancarkan aksinya meskipun tampaknya semakin sempit pergerakannya.

Setidaknya, sejak dibekukannya ormas-ormas yang dicap radikal dibekukan, legalitas mereka sebagai organisasi sudah mulai lemah, meski tak dimungkiri bahwa mereka mungkin masih melakukan gerakan secara laten dan kamuflase.Penolakan pemerintah RI terhadap permohonan pemulangan eks-ISIS sebenarnya hanya sebuah simbol, bahwa radikalisme juga sudah ditolak di negeri ini.

Salah satu metodenya dalam meminimalkan dan menumpas radikalisme dengan membumikan moderasi beragama, hal ini dapat dipahami dari Konferensi Internasional Moderasi dan Islam Wasathiyah yang digelar di Baghdad, 26-27 Juni 2018 silam. Salah seorang delegasi Indonesia, menegaskan bahwa Negara-negara Islam harus merapatkan barisan dan bergandengan tangan untuk mengonter radikalisme dan membentengi generasi muda agar tidak terjerumus ke dalamnya.

Pemerintah Indonesia terus memperkuat moderasi Islam sebagai manhaj keberagaman atau pluralitas. Terlebih lagi, sejak pertama kali di Indonesia, DNA Islam Indonesia adalah tawassuth dan wasathiyyah, sehingga Indonesia mampu berasimilasi dengan budaya lokal yang amat beragam. Hal itulah yang layak dijadikan rujukan.

Para penulis dalam ramuannya yang dituangkan dalam buku “Moderasi Beragama: Perubahan Orientasi Keberagamaan Umat Islam Indonesia” dalam ulasannya menguraikan perannya moderasi beragama meredam embrio radikalaisme. Hasrat penulis pada dasarnya, menyuarakan pentingnya moderasi beragama untuk negeri Indonesia tercinta.

BACA JUGA  Penanganan Terorisme di Indonesia: Perspektif Kebijakan Hukum Pidana dan Non-Pidana

Radikalisme terbukti telah membuat kerasnya pikiran dan sikap masyarakat, dan justru telah menjauhkan dari sifat dakwah mauizah hasanah  dan teladan yang baik yang telah dilakoni baginda Nabi Muhammad Saw. Salah satu poin lainnya disebutkan bahwa keberadaan moderasi beragama meniscayakan umat beragama untuk tidak mengurung diri, tidak eksklusif (tertutup), melainkan inklusif (terbuka), beradaptasi, melebur, bergaul dengan berbagai komunitas, serta selalu belajar di samping memberi pelajaran.

Moderasi agama akan melahirkan sikap tawasuth dalam mengambil kebijakan dan melahirkan ukhuwah dalam perbedaan. Dalam hal menyikai isu moderasi beragama para penulis komunitas Sahabat Pena Kita (SPK) berusaha menyumbangkan pemikiran lewat tulisan-tulisan mereka, sebagai bagian upaya sosialisasi konsep moderasi beragama dan memperkaya konsep moderasi beragama. Tulisan diyakini mampu menebarkan pesan-pesan mereka ke tengah pembaca dan masyarakat secara luas.

Satu hal yang harus dicatat bahwa para penulis buku ini merupaakan  para penulis komunitas Sahabat Pena Kita (SPK). Keberadaan forum para penulis handal telah teruji dan bukanlah anak kemarin sore namun ujung pena mereka telah melahirkan banyak karya berkualitas dan lewat buku ini mereka berusaha menyumbangkan pemikiran lewat tulisan-tulisan dalam upaya sosialisasi konsep moderasi beragama dan memperkaya konsep moderasi beragama. Ulasan mereka diharapkan dan diyakini mampu menebarkan pesan-pesan mereka ke tengah pembaca dan masyarakat secara umum.

Secara garis besar, buku Moderasi Beragama ini memaparkan lima subbagian: Moderasi beragama sebagai perubahan orientasi keberagamaan umat Islam Indonesia, fenomena praktik keberagamaan di masyarakat, penguatan aktivitas beragama dalam kehidupan, simbol beragaman dalam penampilan, dan belajar memperbaiki diri sebagai manusia yang beragama, lewat berbagai forum dan media termasuk medsos dan kawan-kawannya.

Para penulis dalam buku ini berusaha menyajikan redaksi dan penjelasan yang mudah di cerna masyarakat secara umumnya. Dengan gaya bahasanya yang renyah dan enak diikuti, masing-masing tulisan mengusung pemikiran penulisnya.

Berdasarkan kupasan dan penjelsan dalam buku berjudul “Moderasi Beragama: Perubahan Orientasi Keberagamaan Umat Islam Indonesia” kita dalam keseharian beragama tentunya harus berkiblat kepada baginda Nabi Muhammad Saw dengan akhlakul karimah, jauh dari radikalisme, dalam beramal juga menghindari terjadinya efek negatif dan kekacauan.

Begitu juga dalam bermasyarakat menyampaikan dakwah beramar makruf nahi mungkar dengan santun dan mauizhah al-hasanah. Terakhir sebuah ungkapan yang singkat mengambarkan harapan penulis , mari kita membumikan dakwah Islam yang moderat dan damai bagi seluruh Muslim dan rahmatan lil ’alamin. Islam Damai, Yes! Islam Anarkis, No!

Tgk. Helmi Abu Bakar El-Lamkawi
Tgk. Helmi Abu Bakar El-Lamkawi
Guru Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga dan Dosen IAI Al-Aziziyah Samalanga, Bireuen dan Ketua PC Ansor Pidie Jaya, Aceh.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru