34.7 C
Jakarta

Bulan Ramadan Jadi Sarana Penyebaran Paham Radikal, Waspada!

Artikel Trending

KhazanahPerspektifBulan Ramadan Jadi Sarana Penyebaran Paham Radikal, Waspada!
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Bulan Ramadan adalah bulan suci yang penuh berkah bagi setiap umat Islam. Bulan Ramadan merupakan bulan penuh berkah apabila kita memanfaatkan setiap waktu di bulan Ramadan dengan ibadah secara maksimal. Di bulan yang penuh berkah ini dibukalah ampunan yang luas bagi setiap hamba-Nya yang bertobat dan ingin memperbaiki diri, setiap amal dan perbuatan baik akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda.

Sebagai manusia, di bulan ramadhan ini semua pintu amal dibuka dan diberikan peluang yang besar oleh Allah Swt. untuk melakukan banyak kebaikan. Adanya hal tersebut secara tidak langsung akan memotivasi dan mendorong diri kita untuk melakukan segala perbuatan positif yang tanpa disadari hal positif tersebut merupakan bagian dari cara individu dalam menahan keburukan serta memaksakan diri untuk mendekatkan diri dengan Yang Maha Kuasa.

Masyarakat Indonesia berbondong-bondong menuju masjid untuk melakukan ibadah wajib dan sunnah untuk mencapai kelipatan pahala pada bulan Ramadan ini. Hal ini juga berlaku kepada kelompok radikal, justru dari fenomena ini merupakan momen yang apik untuk dimanfaatkan sebagai penggaungan ideologi radikal yang disisipkan dalam kalimat yang merangkul dan disesuaikan dengan topik dalam Ramadan. Waspada!

Ketua PBNU KH. Yahya Cholil Staquf menyampaikan, “tentunya dalam hal menjalani ibadah puasa di bulan Ramadan yaitu terkait niat, yang mana semua hal harus diawali dengan niat yang sungguh-sungguh dan komitmen.” Seperti kalimat tersebut terkadang dijadikan pengantar awal dalam mencipatkan kondisi nyaman terhadap satu kajian radikal sehingga diharapkan dapat merangkul jemaah secara kontinu. 

Titik Awal Menuju Keterpengaruhan

Keberlanjutan yang diperoleh menjadi skala prioritas bagi kelompok radikal dalam melakukan perluasan jamaah yang mana hal ini menjadi pijakan pertama dalam melebarkan sayap ideologi yang dipegang teguh. Hal ini menjadi intensif ketika masyarakat di Indonesia menjadi nyaman akan suasana maupun insight yang diperoleh dari kegiatan kajian maupun ibadah yang secara tidak sadar berasal dari ideologi yang fundamental dan mengarah kepada radikalisme.

Tentunya kelompok radikal tidak mudah untuk menerima jamaah baru dalam kelompok nya dan bulan Ramadhan ini justru menjadi seleksi bagi mereka yang mau bergabung dalam kelompok yang intensif melalui tekanan-tekanan yang diberikan sehingga seleksi alam berlaku hingga mencapai jamaah yang siap bergabung dalam kelompok tersebut.

Kepala BNPT Ryco Amelza Dahniel mengungkapkan bahwa dalam bulan Ramadan terdapat peningkatan konsolidasi dan proses radikalisasi di Indonesia. Tentunya hal ini patut diwaspadai meskipun pada tahun 2023 tidak terdapat serangan terorisme yang terjadi di Indonesia. “Berbagai serangan terbuka hanyalah fenomena yang muncul di atas permukaan dalam sebuah teori gunung es, sementara di bawah permukaan terjadi tren peningkatan konsolidasi dan proses radikalisasi,” ungkapan Rycko saat Rakernas BNPT di Jakarta.

BACA JUGA  Lawan Propaganda Radikalisme di Media Sosial, Ini Strateginya

Fenomena Radikalisasi

Terdapat tiga indikator yang memperlihatkan adanya peningkatan konsolidasi dan proses radikalisasi yaitu penguatan sel-sel radikal dengan ditunjukkannya jumlah penyitaan senjata amunisi maupun bahan peledak di bandingkan tahun sebelumnya, peningkatan penggalangan dana dari kelompok radikal dengan menggunakan berbagai sarana, dan terjadinya peningkatan proses radikalisasi terhadap tiga kelompok rentan yakni perempuan, remaja, dan anak-anak.

Proses radikalisasi itu dilakukan secara sistematis, masif dan terencana dengan memanfaatkan watak keagamaan serta memanipulasi sarana yang ada dalam agama islam. Sehingga apabila kita acuh tak acuh dan lengah tanpa membangun batasan melalui ketahanan ideologi generasi muda terhadap ideologi radikal maka sama saja kita membiarkan kehancuran negara seiring berjalannya waktu. Berdasarkan data, menunjukan terjadinya peningkatan migrasi radikalisasi di kalangan remaja dari kelompok toleran menjadi intoleran pasif, dari intoleran pasif menuju kepada aktif dan berlanjut menjadi terpapar.

Konklusi 

Hal ini tentunya menjadi tantangan bagi masyarakat Indonesia mengingat niat baik beribadah malah menjadi salah arah dan justru memupuk keburukan melalui radikalisme. Dalam menghadapi penyebaran paham radikalisasi, tahap konkret yang dapat dilakukan yaitu meningkatkan pemahaman agama, bukan hanya mengekor dari hal yang ramai.

Akan tetapi yang benar-benar paham terkait agama, selanjutnya dapat menyaring informasi yang beredar di media sosial, dan tentunya masyarakat harus bisa meningkatkan proteksi diri supaya tidak terpapar oleh paham radikalisme yang dapat mengancam keamanan dan ketertiban masyarakat.

Partisipasi masyarakat dalam mencegah penyebaran paham radikal menjadi penting adanya melihat sebenarnya masyarakat memiliki peran yang tak ternilai dalam melawan radikalisme dan terorisme melalui melaporkan apabila menemukan kegiatan yang mencurigakan kepada pihak yang berwenang. Masyarakat perlu meningkatkan kesadaran akan pentingnya melaporkan aktivitas yang mencurigakan. Selain itu, juga perlu meningkatkan sikap kritis terhadap informasi yang diterima langsung maupun melalui media sosial serta tentunya tidak terpengaruh oleh narasi yang bersifat radikal.

Dengan demikian, apabila hal tersebut timbul dari kesadaran dan kerja sama akan terciptanya lingkungan yang aman dan damai, yang memberikan kenyamanan dalam menjalankan ibadah dengan tenteram. Perlibatan masyarakat secara aktif tujuannya supaya dapat melakukan upaya pencegahan terhadap penyebaran paham radikal, sehingga saat menjalani bulan Ramadan ini menjadi berkah dan dipenuhi kedamaian.

Dary Hamid Dwityoko
Dary Hamid Dwityoko
Jurnalis dan Penulis Konten

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru