31.2 C
Jakarta

Bubarnya FPI Adalah Langkah Tepat Pemerintah

Artikel Trending

KhazanahTelaahBubarnya FPI Adalah Langkah Tepat Pemerintah
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com- Pasca dibubarkannya FPI (Front Pembela Islam) pada 20 Juni 2019 lalu, kebenaran terus terungkap. Organisasi yang disinyalir mendukung ISIS (Islam Irak dan Suriah) terus menemukan titik temu yang berkelanjutan.

Setelah Munarman ditangkap atas dugaan terorisme, publik semakin tercengang dengan hadirnya saksi yang berinisal AM, anggota FPI DPC Makassar. AM mengatakan bahwa dia diwajibkan oleh Agus Salim, ketua FPI DPC Makassar untuk mendukung ISIS pada 24-25 Januari 2015 di Makassar, Sulawesi Selatan, dan Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara pada 5 April 2015.

“Laskar FPI wajib ikut,” ujar AM saat memberikan kesaksian di Pengadilan Negeri Jakarta Timur, Senin, 24 Januari 2022 (metro. Tempo.co)

AM juga menjelaskan bahwa deklarasi yang dibungkus dengan Tabligh Akbar FPI tersebut diikuti oleh 300 orang. Setelah masyarakat tahu bahwa Munarman menjadi pembicara pada acara tersebut, justru semakin banyak masyarakat yang berdatangan.

FPI disinyalir berbaiat kepada ISIS

Kesaksian AM tidak berhenti dengan pernyataan di atas. Sebab ia juga menyampaikan bahwa ide berbaiat kepada ISIS tersebut tidak lepas dari ceramah yang disampaikan oleh Habib Rizieq Shihab pada kesempatan itu.

“Di situ isi ceramah oleh imam besar kami Habib Rizieq, tentang waktu tentang, ISIS yang Mulia, tentang ISIS. Jadi beliau sampaikan bahwa ISIS lahir karena kezaliman pemerintah, jadi intinya kalau memang pemerintah solid FPI, kita hitamkan, kita hitamkan,” ucap saksi.

Ini berarti bahwa ceramah yang disampaikan oleh Habib Rizieq Shihab (selanjutnya HRS) yang berkedok pada kesetiaan terhadap NKRI hanyalah bualan semata. Sebab jauh dari ikrar dan janji tersebut, HRS sudah berdakwah yang menunjukkan dukungannya terhadap ISIS. Padahal, jelas-jelas ISIS seharusnya ditentang dan ditolak dari segi manapun, apalagi di Indonesia.

Tidak hanya itu, aksi bom bunuh diri yang terjadi di Gereja Katedral Jolo, Filipina juga menjadi fakta baru bahwa pelakunya seorang suami istri yakni, Ruliie Rian Zeke (Ruri) dan istrinya (Ulfah Handayani) turut hadir dalam acara tanggal 24-25 Januari 2015 tersebut.

Munarman menjadi bukti tunduknya FPI kepada ISIS

BACA JUGA  Paradoks Toleransi: Kita Tidak Boleh Toleran Terhadap HTI, Perusak NKRI

Munarman sebagai eks sekretaris umum FPI, bukanlah sebuah fakta yang cukup mencengangkan jika dilihat dari gerak-gerik yang ditampilkan. Ketika Munarman ditangkap pada April 2021 lalu, buku bacaan Munarman turut menjadi perhatian.

Deretan buku Jihad mewarnai penggeledahan tersebut. Penemuan buku tersebut kiranya bisa menjadi titik awal pembuktian Munarman tentang baiatnya kepada ISIS melalui organisasi FPI.

Jika dilihat dari  Maklumat FPI tentang ISIS, dukungan FPI terhadap ISIS jelas sekali terlihat melalui beberapa pernyataan, salah satunya: “FPI mendukung SERUAN dan NASIHAT pimpinan Al-Qaidah baik pasukan Syekh Muhammad Al-Jaulani di Syiria mau pun pasukan Syekh Abu Bakar Al-Baghdadi di Iraq, serta komponen Jihad Al-Qaidah lainnya agar bersatu dan bersaudara dengan segenap mujahidin Islam di seluruh dunia untuk melanjutkan Jihad di Syiria, Iraq, Palestina dan negeri-negeri Islam lainnya yang tertindas”.

Dukungan FPI secara organisasional merupakan bukti kuat bahwa organisasi tersebut tidak sejalan dengan kiprah dan perjuangan para ulama Indonesia, yang terus berupaya untuk menjaga keutuhan NKRI, menyebarkan Islam yang ramah dan bisa bersaudara dengan kelompok lain, tanpa melihat latar belakang agama.

Dari beberapa bukti di atas, kiranya cukup kuat untuk menunjukkan keterlibatan FPI dengan ISIS. Pembubaran FPI oleh pemerintah tidak lain sebagai upaya preventif yang cukup ciamik, dengan ditemukannya pelbagai fakta yang mendukung dan membuktikan betapa tidak layaknya organisasi yang berkedok Islam seperti FPI ini eksis di Indonesia.

Dibubarkannya FPI bukanlah kisah yang tamat. Namun, menjadi kisah yang terus bersambung. Kita akan menemukan gerakan-gerakan yang lebih rapi dan tidak terdeteksi oleh publik. Sebab mereka bisa menggunakan dengan banyak bungkus. Bungkus dengan seminar, tabligh akbar bahkan dengan ceramah. Jika organisasinya sudah mati, tapi tidak dengan orang-orangnya, nilai, gerakan, ideologi yang terus terpatri pada jiwa-jiwa pecinta.

FPI tetap hidup. Yang menghidupkan adalah orang-orang yang cinta dan fanatik terhadap kehabiban seorang Rizieq dan cinta kepada organisasi bikin gaduh ini. Mereka akan tetap menghidupkan nilai-nilai FPI, kesangaran FPI dengan ceramah yang marah dan Islam yang kasar.  Wallahu A’lam

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru