25.6 C
Jakarta

Paradoks Toleransi: Kita Tidak Boleh Toleran Terhadap HTI, Perusak NKRI

Artikel Trending

KhazanahTelaahParadoks Toleransi: Kita Tidak Boleh Toleran Terhadap HTI, Perusak NKRI
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.comOrganisasi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) menggelar sebuah acara bertajuk “Metamorfoshow: It’s Time to be One Ummah”, di Teater Tanah Airku, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada 17 Februari lalu. Kegiatan yang menyasar anak muda ini, mendapatkan respon yang sangat besar dari masyarakat.

Mereka yang mendaftar melalui kegiatan ini, perlu tiket yang harus dipesan terlebih dahulu, serta mengeluarkan uang untuk bisa ikut serta dalam kegiatan tersebut. Kegiatan berbayar itu, bisa dikatakan berhasil. Hal ini bisa dilihat dari dokumentasi kegiatan yang tersebar di media sosial dengan banyaknya penonton.

Mengapa Kita Tidak Boleh Toleran ke HTI?

Salah satu argumen yang sampai hari ini masih cukup ambigu adalah sikap toleransi yang harus diterapkan dengan adanya HTI. Jika Indonesia adalah negara yang menganut sikap toleransi sangat tinggi, maka masyarakat perlu toleran dengan adanya HTI sebagai bagian dari ideologi yang berkembang di Indonesia.

Menurut saya, kita tidak boleh toleran dengan adanya HTI. Sebab ideologi khilafah, selama ini menjadi bibit dari permasalahan yang terjadi di Indonesia, termasuk terorisme yang menjadi persoalan negara di berbagai belahan dunia.

HTI menentang penerapan sistem demokrasi di Indonesia karena dianggap bukan berasal dari Islam dan menyengsarakan rakyat. Alasan tersebut kemudian menggunakan cocokologi dengan kondisi carut marut politik di Indonesia yang saat ini tidak baik-baik saja.

Argumen kecurangan Pemilu, korupsi, serta politik dinasti dijadikan sebagai propaganda untuk mengajak anak muda agar mendukung penerapan khilafah di Indonesia. Alasan yang masuk akal lainnya cukup jelas. Karena khilafah merupakan ajaran Islam, kata aktivis khilafah.

BACA JUGA  Politik Pasca-Pilkada: Merajut Perdamaian di Tengah Rivalitas Preman-Kiai

Dengan intrik licik yang diterapkan oleh aktivis HTI, bukankah kita sudah memiliki alasan yang jelas mengapa tidak boleh toleran dengan HTI. Aktivis HTI akan terus memainkan perannya sebagai kelompok yang menyebarkan propaganda untuk memperoleh dukungan menerapkan khilafah di Indonesia. Sekalipun sudah dibubarkan karena bertentangan dengan NKRI, mereka terus hidup, menjelma di berbagai kelompok kehidupan keagamaan yang akan mengelabuhi masyarakat.

Maka argumen semacam ini, akan ditolak oleh orang-orang yang menganggap bahwa HTI hanya sekedar ide, sama halnya dengan sosialisme, kapitalisme, ataupun ideologi lain yang berkembang pada masyarakat. Bagi kelompok yang akan menentang tulisan ini, mereka pasti berdalih bahwa adanya HTI adalah bagian dari keberagaman yang ada di Indonesia, lalu masyarakat harus bersikap toleran.

Lagi-lagi, HTI adalah perusak NKRI. Jika kita toleran terhadap perusak NKRI, sama saja kita sedang membiarkan Indonesia dirampas oleh para perusak yang mengatasnamakan Islam untuk kepentingan kelompok-kelompok tertentu. Lagi pula, di negara-negara Timur Tengah seperti Mesir, Yordania, Arab Saudi, Suriah, Libya, Turki telah malarang HT (Hizbut Tahrir). Alasan apalagi yang membuat kita toleran dengan adanya HTI?

Kita sedang menggugat orang-orang yang menyebarkan ideologi ini kepada masyarakat. Sebab mengusir ideologi khilafah yang sudah terpatri dalam diri, adalah hal yang sangat mustahil.

Membubarkan HTI yang sudah dilakukan oleh pemerintah pada tahun 2017 silam, adalah solusi yang konkret. Bahkan sudah dilarang saja, mereka masih terus bersikeras menegakkan khilafah di Indonesia. HTI benar-benar perusak NKRI. Wallahu A’lam.

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru