28.8 C
Jakarta

Bela Palestina atau Bela Khilafah?

Artikel Trending

KhazanahTelaahBela Palestina atau Bela Khilafah?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com-Media sosial sedang ramai informasi tentang Palestina. Penyerangan yang dilakukan oleh Israel dengan gencatan dari berbagai senjata, sehingga menewaskan ribuan masyarakat Palestina semakin membuka mata dunia untuk bersatu untuk mengutuk aksi Israel terhadap Palestina. Dari berbagai video penyerangan yang dilakukan oleh Israel serta video penderitaan masyarakat Palestina yang terkena bom, atau terkena ledakan di daerah Gaza, sangat tidak perlu kiranya untuk melihat konflik berabad-abad ini sebagai konflik masyarakat Muslim saja. Ini adalah konflik kemanusiaan. Kita tidak perlu berdiri sebagai seorang Muslim untuk memiliki simpati terhadap konflik Palestina, kita hanya perlu menjadi manusia untuk melihat kekejaman Israel terhadap Palestina yang membunuh ribuan manusia Palestina.

 Sementara itu, di Indonesia, media dipenuhi dengan informasi kedua negara ini dengan banyak sekali narasi. Narasi yang digencarkan oleh aktivis khilafah tidak kalah apik untuk mendongkrak suara umat Muslim. Para aktivis khilafah di Indonesia, melalui akun Muslimahnews.net, mengkritik sikap abai yang dimiliki oleh negeri Muslim terhadap kasus Palestina. Bagaimana narasi yang digencarkan dalam tulisan tersebut? ada beberapa hal yang disorot, di antaranya: pertama, menyerukan negara Muslim untuk mengirimkan pasukan militer untuk ikut berperang melawan Israel dengan alasan bahwa, negosiasi dan diplomasi tidak berlaku bagi Israel yang merupakan negara dengan tindak kejahatan begitu keji. Seruan ini juga berlandaskan dengan alasan keberadaan Hamas yang selama ini berada di garis terdepan untuk membela Palestina dnegan penyerangan yang sudah dilakukan.

Kedua, menurut para aktivis khilafah, bantuan kemanusiaan untuk mendukung Palestina tidak berdampak besar jika dibandingkan dengan pengiriman pasukan militer untuk melawan Israel. Sekat nasionalisme, menurut aktivis khilafah membuat masyarakat Muslim abai terhadap kondisi Palestina.  Ketiga, menyerukan khilafah sebagai solusi dari masalah Palestina dan Israel karena ketiadaan khilafah di Palestina menyebabkan konflik kedua negara ini semakin berkepanjangan.

Beberapa tuntutan para aktivis khilafah di atas, menunjukkan bahwa terjadi kekosongan pengetahuan di lapangan terkait perang yang menewaskan ribuan manusia. Berdasarkan tuntutan di atas, ada yang perlu kita kritik, di antaranya: pertama, perang adalah tindak kejahatan yang dilakukan oleh manusia. Menempuh jalan kekerasan dengan menyerang, atau melakukan peperangan yang sama, tidak akan bisa menjadi solusi dari permasalahan yang terjadi. Adanya perang ini, akan menimbulkan luka yang sangat mendalam. Menyerukan pasukan militer untuk ikut perang, sama halnya dengan masuk jurang. Bukankah kita tidak ingin Indonesia seperti Palestina? Jalan perang bukanlah solusi yang apik untuk menunjukkan sikap empati terhadap Palestina.

BACA JUGA  Mom War dan Fenomena Penyerangan Aktivis Khilafah Kepada Perempuan

Kedua, memiliki sikap nasionalisme bukan abai terhadap penderitaan umat Muslim. Indonesia bukan menutup mata terhadap masalah Palestina karena tidak ikut berperang membantu Hamas. Selama ini, Indonesia selalu mengambil peran strategis dalam forum kerja sama dengan masyarakat internasional seperti PBB, Amerika Serikat, Rusia, Uni Eropa, dan negara Arab seperti: Mesir, Arab Saudi dan Yordania. Indonesia sebagai mediator yang memainkan peran penting untuk menyeimbangkan dan meredakan konflik Israel-Palestina dalam kancah bilateral, regional dan multilateral. Sementara itu, sebagai negara Muslim yang sangat besar, Indonesia memperjuangkan Palestina di Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).

Pendekatan semacam ini, adalah pendekatan peace building dengan tidak menyerukan perang dan kekerasan untuk perlawanan. Butuh waktu bertahun-tahun lamanya untuk menghentikan perang dengan pendekatan ini, namun dibandingkan dengan menyerukan perang, sama halnya dengan bunuh diri dengan menumbalkan bangsa/ Pendekatan semacam ini juga terpotret dalam film “Pray the Devil Back to the Hell”. Perang yang dilawan dengan perang hanya akan melanggengkan konflik.

Ketiga, menyerukan penerapan khilafah sebagai solusi dari pertikaian yang terjadi, maka kita perlu melihat konflik Hamas dengan Fatah yang memiliki gejolak secara internal untuk mencapai kemerdekaan Palestina. Apabila gejolak ini terus terjadi dan tidak meredam, terjadi konflik dalam konflik yang berkepanjangan. Sederhananya, bagaimana mau memerdekakan negara, sedangkan konflik dalam negara saja belum selesai? Lucunya, sebagai umat Muslim Indonesia yang merasa paling islami, aktivis khilafah terus menerus menyerukan penerapan khilafah untuk Palestina. Apakah pejuang khilafah sedang bermain dadu dan tidak tahu cara menang? Kita perlu kritis dan menggelorakan perlawanan pada narasi yang tidak masuk akal. Wallahu a’lam.

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru