29.2 C
Jakarta

Mom War dan Fenomena Penyerangan Aktivis Khilafah Kepada Perempuan

Artikel Trending

KhazanahTelaahMom War dan Fenomena Penyerangan Aktivis Khilafah Kepada Perempuan
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com- Mom War atau persaingan antar ibu, ramai di media sosial. Fenomena ini terjadi dimulai dari perasaan seorang perempuan ketika menjadi ibu. Perempuan dihadapkan dengan dua pilihan. Pertama, menjadi ibu sepenuhnya dan tidak memiliki pendapatan dari hasil keringatnya sendiri. Ia fokus terhadap pola pengasuhan kepada anak. Kedua, melanjutkan karir dengan arti tidak full time menjadi ibu, sebab ia harus bekerja dan memiliki sumber pendapatan. Tentu, keduanya memiliki konsekuensi yang berbeda.

Lain daripada konsekuensi tersebut, anggapan masyarakat akan terus datang pada setiap pilihan seorang ibu. Ketika seorang ibu memilih perempuan berkarir, misalnya, maka akan dianggap tidak bertanggung jawab. Seperti kasus selebgram Aghnia Punjabi ketika anaknya menjadi korban penganiayaan yang dilakukan oleh sang baby sitter. Belum selesai dengan rasa sedih lantaran sang anak lebam sekaligus sakit akibat penganiayaan itu, komentar dan penghakiman yang dilakukan oleh netizen begitu banyak.

Salah satunya adalah menyalahkan Aghnia karena sudah menjadi perempuan karir. Penghakiman sebagai ibu yang tidak memprioritaskan anak banyak sekali dilakukan oleh sesama perempuan. Tidak jarang para perempuan lain membandingkan dengan dirinya yang sudah berpendidikan tinggi tapi lebih memilih menjadi rumah tangga. Komentar-komentar tersebut seharusnya tidak perlu dilontarkan oleh sesama perempuan. Sebab pada dasarnya, pilihan menjadi ibu atau melanjutkan karir selalu memiliki konsekuensi.

Penghakiman dan penyerangan kepada perempuan, apalagi dilakukan oleh perempuan, harusnya tidak menjadi budaya kita. Pentingnya pengetahuan tentang woman support woman sebagai landasan kehidupan, adalah hal utama yang perlu dimiliki oleh perempuan. Tujuannya, agar kita tidak judgement soal pilihan perempuan lainnya. Lagipula, pola pengasuhan seharusnya menjadi tugas bersama (laki-laki dan perempuan) dalam sebuah keluarga, supaya saling memahami perkembangan anak.

Mengapa keterlibatan laki-laki sangat penting? Jika kita melihat data yang disampaikan oleh Narasi beberapa waktu lalu, Indonesia adalah salah satu fatherless country, yang berarti negara yang masyarakatnya memiliki kecenderungan tidak merasakan keberadaan dan keterlibatan figur ayah dalam kehidupan anak, baik secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan penjelasan ini, maka penting untuk melibatkan ayah dalam pola pengasuhan anak supaya menciptakan bonding antara anak dengan orang tua.

Aktivis Khilafah dan Fenomena Penyerangan Terhadap Perempuan

Selain kelompok di atas, ada satu kelompok lain yang selalu menyerang perempuan pekerja di sektor publik. Jika biasanya, penyerangan dilakukan dengan alasan bahwa ibu yang bekerja adalah tidak bertanggung jawab, aktivis khilafah memiliki argumentasi berbeda terhadap pilihan ibu berkarir. Mereka menganggap bahwa, perempuan yang bekerja/berkarir adalah bentuk demoralisasi perempuan. Dengan alasan ajaran Islam, para aktivis khilafah menyebut bahwa para perempuan tersebut tidak patuh terhadap suami dan tidak menjalankan ajaran Islam.

Domestifikasi perempuan di balik naungan ideologi khilafah, membuat para aktivis khilafah menjadikan perempuan sebagai makhluk kedua atau lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Maka tugas dasar perempuan, menurut para aktivis khilafah adalah mengasuh anak dan mengurus rumah tangga, sehingga dari sanalah surga perempuan bisa didapat. Narasi semacam ini kerapkali meninabobokkan perempuan sebagai manusia. Sehingga potensi sebagai manusia yang seharusnya berdaya dan memanfaatkan segala potensi yang diberikan oleh Allah Swt. terhalang oleh narasi yang menempatkan perempuan sebagai makhluk lemah dan inferior.

Penjelasan di atas, setidaknya membuat kita memahami bahwa, aktivis khilafah memainkan peran penting dalam penyebaran narasi peminggiran perempuan. Selain kelompok perempuan yang tidak memiliki pemahaman woman support woman yang kerapkali tidak menghargai pilihan perempuan atas karir atau menjadi ibu, kelompok lain adalah aktivis khilafah yang, dengan narasi ‘si paling islami’ menempatkan posisi perempuan sebagai makhluk domestik. Wallahu A’lam.

Mom War dan Fenomena Penyerangan Aktivis Khilafah Kepada Perempuan

BACA JUGA  Tips Agar Tidak Terjebak pada Propaganda Khilafah

Harakatuna.com- Mom War atau persaingan antar ibu, ramai di media sosial. Fenomena ini terjadi dimulai dari perasaan seorang perempuan ketika menjadi ibu. Perempuan dihadapkan dengan dua pilihan. Pertama, menjadi ibu sepenuhnya dan tidak memiliki pendapatan dari hasil keringatnya sendiri. Ia fokus terhadap pola pengasuhan kepada anak. Kedua, melanjutkan karir dengan arti tidak full time menjadi ibu, sebab ia harus bekerja dan memiliki sumber pendapatan. Tentu, keduanya memiliki konsekuensi yang berbeda.

Lain daripada konsekuensi tersebut, anggapan masyarakat akan terus datang pada setiap pilihan seorang ibu. Ketika seorang ibu memilih perempuan berkarir, misalnya, maka akan dianggap tidak bertanggung jawab. Seperti kasus selebgram Aghnia Punjabi ketika anaknya menjadi korban penganiayaan yang dilakukan oleh sang baby sitter. Belum selesai dengan rasa sedih lantaran sang anak lebam sekaligus sakit akibat penganiaan itu, komentar dan penghakiman yang dilakukan oleh netizen begitu banyak.

Salah satunya adalah menyalahkan Aghnia karena sudah menjadi perempuan karir. Penghakiman sebagai ibu yang tidak memprioritaskan anak banyak sekali dilakukan oleh sesama perempuan. Tidak jarang para perempuan lain membandingkan dengan dirinya yang sudah berpendidikan tinggi tapi lebih memilih menjadi rumah tangga. Komentar-komentar tersebut seharusnya tidak perlu dilontarkan oleh sesama perempuan. Sebab pada dasarnya, pilihan menjadi ibu atau melanjutkan karir selalu memiliki konsekuensi.

Penghakiman dan penyerangan kepada perempuan, apalagi dilakukan oleh perempuan, harusnya tidak menjadi budaya kita. Pentingnya pengetahuan tentang woman support woman sebagai landasan kehidupan, adalah hal utama yang perlu dimiliki oleh perempuan. Agar kita tidak judgement soal pilihan perempuan lainnya. Lagipula, pola pengasuhan seharusnya menjadi tugas bersama (laki-laki dan perempuan) dalam sebuah keluarga, supaya saling memahami perkembangan anak.

Mengapa keterlibatan laki-laki sangat penting? Jika kita melihat data disampaikan oleh Narasi beberapa waktu lalu, Indonesia adalah salah satu fatherless country, yang berarti negara yang masyarakatnya memiliki kecenderungan tidak merasakan keberadaan dan keterlibatan figur ayah dalam kehidupan anak, baik secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan penjelasan ini, maka penting untuk melibatkan ayah dalam pola pengasuhan anak supaya menciptakan bonding antara anak dengan orang tua.

Aktivis Khilafah dan Fenomena Penyerangan Terhadap Perempuan

Selain kelompok di atas, ada satu kelompok lain yang selalu menyerang perempuan pekerja di sektor publik. Jika biasanya, penyerangan dilakukan dengan alasan bahwa, ibu yang bekerja adalah tidak bertanggung jawab. Aktivis khilafah memiliki argumentasi berbeda terhadap pilihan ibu berkarir. Mereka menganggap bahwa, perempuan yang bekerja/berkarir adalah bentuk demoralisasi perempuan. Dengan alasan ajaran Islam, para aktivis khilafah menyebut bahwa para perempuan tersebut tidak patuh terhadap suami dan tidak menjalankan ajaran Islam.

Domestifikasi perempuan di balik naungan ideologi khilafah, membuat para aktivis khilafah menjadikan perempuan sebagai makhluk kedua atau lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Maka tugas dasar perempuan, menurut para aktivis khilafah adalah mengasuh anak dan mengurus rumah tangga, sehingga dari sanalah surga perempuan bisa didapat. Narasi semacam ini kerapkali meninabobokan perempuan sebagai manusia. Sehingga potensi sebagai manusia yang seharusnya berdaya dan memanfaatkan segala potensi yang diberikan oleh Allah Swt. terhalang oleh narasi yang menempatkan perempuan sebagai makhluk lemah dan inferior.

Penjelasan di atas, setidaknya membuat kita memahami bahwa, aktivis khilafah memainkan peran penting dalam penyebaran narasi peminggiran perempuan. Selain kelompok perempuan yang tidak memiliki pemahaman woman support woman yang kerapkali tidak menghargai pilihan perempuan atas karir atau menjadi ibu, kelompok lain adalah aktivis khilafah yang, dengan narasi ‘sipaling islami’ menempatkan posisi perempuan sebagai makhluk domestik. Wallahu A’lam.

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru