31.2 C
Jakarta

Serial Pengakuan Mantan Radikalis (XXX-VII): Kalis Perempuan yang Pernah Terjebak Paham Radikal

Artikel Trending

KhazanahInspiratifSerial Pengakuan Mantan Radikalis (XXX-VII): Kalis Perempuan yang Pernah Terjebak Paham Radikal
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Seorang anak perempuan biasanya diperlakukan tidak seistimewa anak laki-laki di perkampungan. Tidak perlu kaget jika budaya patriarki masih mencengkeram mindset masyarakat di sana. Masyarakat perkampungan memang terkesan religius, tapi kosong akan nilai-nilai kemanusiaan.

Di sebuah perkampungan terpencil lahirlah seorang perempuan bernama Kalis. Kalis lahir dari pasangan bapak dan ibu yang buta akan pendidikan. Berkat Tuhan, Kalis tumbuh menjadi anak yang cerdas. Kalis belajar dari segala apa yang dilihat, didengar, dan dibaca.

Keagamaan di kampung Kalis memang begitu ketat. Seorang muslim yang baik, bagi masyarakatnya, adalah yang taat beribadah. Shalat tidak pernah bolong. Bahkan, sering berjamaah di masjid. Saking ketatnya keagamaan di sana shalat jamaah menjadi fardu ain.

Kalis pengin protes. Karena, setahu Kalis, shalat jamaah itu fardu kifayah, kewajiban yang tidak berhubungan dengan masing-masing orang. Apalah daya, Kalis hanyalah anak kemarin sore. Terpaksa Kalis memilih diam.

Beriring waktu kecerdasan Kalis mulai tumpul. Otak Kalis seakan dicuci dengan doktrin-doktrin agama yang serba ketat di kampungnya. Sehingga, jadilah Kalis yang agamis: bercadar, introvert, dan tertutup. Bahkan, Kalis berpikir, cadar itu kewajiban bagi semua orang perempuan muslimah.

Beranjak dewasa Kalis dipertemukan dengan seorang kyai di kampungnya yang tetiba menyarankan belajar Islam di Suriah. Setahu Kalis, Islam itu berkembang baik di Mesir dengan kampus ternama Universitas Al-Azhar. Kalis manut saran kyai dan memutuskan hijrah ke Suriah. Orangtua dan kampungnya ditinggal demi hijrah.

BACA JUGA  Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XXXIX): Eks Napiter Sri Puji Bertobat dan Kembali ke NKRI

Sesampainya di Suriah Kalis mendapatkan banyak kejanggalan. Suriah tidak seperti yang diceritakan kyai itu. Suriah tidak menampilkan Islam yang ramah dan santun. Peperangan terjadi tiada jeda. Korban terkapar di mana-mana. Kenyataan di Suriah mencipta sebuah mimpi buruk dalam hidup Kalis.

Kalis sudah hampir seminggu berada di negara kekuasaan ISIS Suriah. Muak rasanya menjalani hidup di sana. Sehari seakan setahun. Keinginan pulang sudah terbayang semenjak menginjakkan kaki pertama di Suriah. Apalah daya, ISIS sangat ketat penjagaannya. Tiada seorang pun yang masuk Suriah akan semudah itu keluar.

Puluhan cara untuk pulang kampung terus Kalis lakukan. Sayang, semuanya gagal. Tinggal satu-satunya harapan kepada Tuhan untuk memberikan celah jalan keluar. Lewat seorang pedagang asing Kalis bisa ikut keluar dari Suriah dan kembali ke kampungnya.

Di kampungnya Kalis terjebak lagi dengan kelompok radikal. Sebagai perempuan yang bercadar Kalis sering mengikuti kajian-kajiannya. Kalis memahami Islam semakin tertutup. Islam, bagi Kalis, adalah agama yang paling benar dan agama yang lain kafir.

Kalis baru menyadari kelompok radikal itu menyesatkan ketika Prof. Mahfud MD melarangnya. Kalis langsung meninggalkannya dan mendukung kelompok moderat yang diperjuangkan pemerintah.

Sekarang Kalis lebih berhati-hati dalam belajar Islam. Kalis lebih memilih belajar Islam kepada organisasi NU. Lewat NU Kalis tahu pentingnya berbangsa dan bernegara. Spirit nasionalisme Kalis makin kuat. Inilah Islam yang sesungguhnya.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru