28.4 C
Jakarta

Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XXXIX): Eks Napiter Sri Puji Bertobat dan Kembali ke NKRI

Artikel Trending

KhazanahInspiratifSerial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XXXIX): Eks Napiter Sri Puji Bertobat dan Kembali...
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Menjadi teroris sering kali bukan pilihan si pelaku. Banyak yang terpapar terorisme disebabkan ketidaktahuan bahwa terorisme adalah paham yang dilarang dan keliru, baik bagi manusia maupun Tuhan.

Larangan terhadap terorisme terus digemakan. Bahkan, satu-satunya cara melawan terorisme adalah memeranginya. Perang melawan terorisme adalah jihad sejati. Pemerintah melakukan perang ini dengan deradikalisasi guna menyadarkan pelaku teror agar kembali ke jalan yang benar.

Banyak teroris yang bertobat dan hijrah ke jalan yang benar dengan kembali ke NKRI. Salah satunya adalah Sri Pujimulyo Siswanto (berikutnya cukup disebut “Sri”). Sri adalah eks napiter yang pernah bergabung dengan jaringan Noordin M. Top dan Dr. Azahari. Ia mengaku dua kali tersangkut pidana terorisme. Tahun 2005 akhir, kemudian tahun 2010 pertengahan.

Pada kasus pertama, Puji terlibat terorisme karena menyembunyikan teroris Noordin M. Top dan Dr. Azahari. Kemudian kasus kedua, dia menyembunyikan Abu Tholut. Puji pernah ditahan di Nusakambangan, Mako Brimob, dan Lapas Kedungpane.

Sri mulai sadar saat dipenjara pada kasus kedua. Saat itu ia ikut program deradikalisasi dari pemerintah dan BNPT, ada diskusi, dialog dari berbagai kalangan. Setelah bebas dari penjara untuk kedua kalinya dan telah mengikuti deradikalisasi, Puji ingin kembali ke masyarakat. Namun ternyata hal itu tidak semudah yang dibayangkan karena rekam jejaknya sebagai napi terorisme.

BACA JUGA  Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XXX): Eks Napiter Khoirul Ihwan Ternyata Pernah Gabung dengan HTI

Sempat mendapat stigma negatif sebagai mantan napiter, Sri akhirnya bisa meyakinkan tetangganya kalau sudah tidak seperti dulu. Ia akhirnya diberi kepercayaan ketua RT tempat tinggalnya untuk menjadi ketua takmir masjid.

Melalui perjalanan hijrah Sri tersebut dapat dipetik beberapa pelajaran berharga: Pertama, hijrah yang dilakukan Sri merupakan hidayah dari Allah. Ini merupakan suatu anugerah yang tidak semua orang menerimanya. Allah hanya memberikan hidayah bagi hamba-Nya yang Dia cintai.

Kedua, hijrah Sri dapat dinilai sebagai tobat yang sesungguhnya. Karena, setelah keluar dari terorisme, ia benar-benar menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain, termasuk negaranya sendiri. Tobat semacam ini pasti diterima oleh Allah. Sebab, ia benar-benar menyesali dosa masa lalunya.

Ketiga, penerimaan masyarakat terhadap pertobatan Sri. Ini merupakan bentuk sikap masyarakat yang baik. Mereka tidak merasa paling suci dan benar. Sehingga, perjalanan Sri, meski tidak baik masa lalunya, tetap diperlakukan baik sebagai manusia. Sehingga, di situ Sri mendapat support untuk tobat.

Sebagai penutup, perjalanan hidup Sri mungkin juga terjadi bagi orang lain, meski tidak banyak. Namun, cerita yang dibagikan Sri dari kisahnya sendiri dapat memberikan pesan bahwa terorisme adalah perbuatan yang tidak baik. Maka, kita harus menjauhinya.[] Shallallahu ala Muhammad.

*Tulisan ini disadur dari cerita eks napiter Sri Puji yang dimuat di media online Laraspost.com

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru