Harakatuna.com. Terorisme mempengaruhi citra agama menjadi buruk. Karena, pelakunya sering menyandarkan paham ini kepada agama. Seakan agama adalah mengajarkan aksi-aksi terorisme.
Banyak orang, termasuk orang Islam sendiri, yang terpapar terorisme. Salah satunya, Gilang Nabaris. Gilang pernah menjadi salah satu mantan anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
Mulanya Gilang terpapar terorisme karena merasa iba melihat penderitaan yang dialami para korban di Timur Tengah. Sehingga, Gilang terdorong untuk menghapus penderitaan itu dengan dalih jihad.
Jihad yang disalahpahami dan disalahgunakan menggiring Gilang masuk dalam jerat terorisme. Gilang kemudian mencari cara membela korban yang tertindas tersebut.
Gilang ikut pengajian dari berbagai majlis. Tujuannya hanya satu, yakni menemukan jalur berangkat ke Timur Tengah. Justru JAD yang mengarahkan Gilang sampai di Timur Tengah.
Di JAD Gilang jelas banyak terbantu untuk berjihad di negara orang lain. Selama bergabung di JAD Gilang juga mendapatkan pelatihan fisik supaya siap saat terjun ke medan tempur.
Tapi, Gilang belum diajari untuk membuat bahan peledak alias bom. Karena, orang yang diajari membuat peledak biasanya adalah orang yang diberangkatkan ke Suriah.
Bahkan, setiap tugas yang diberikan oleh orang JAD kepada Gilang tidak boleh bocor kepada orang lain, termasuk sesama JAD sendiri. Sayangnya, Gilang tertangkap polisi saat menjadi kurir untuk mengirimkan uang ke Filipina.
Ketika masuk penjara Gilang mulai memutus komunikasi dengan orang JAD yang ada di luar. Sehingga, Gilang mengambil keputusan untuk bertaubat dan membela NKRI.
Suatu alasan yang menggerakkan Gilang bertaubat adalah perbuatan saling mengkafirkan yang dilakukan oleh kelompok JAD sendiri. Mereka saling mengkafirkan satu sama lain.
Sekarang Gilang kembali mencintai NKRI. Karena, NKRI, baginya, adalah harga mati. Cinta ini terus dijaga selamanya.[] Shallallah ala Muhammad.