31.5 C
Jakarta

Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XXXVI): Perjuangan Kristianto Setelah Hijrah dari Radikalisme

Artikel Trending

KhazanahInspiratifSerial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XXXVI): Perjuangan Kristianto Setelah Hijrah dari Radikalisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Di bulan suci Ramadhan semua setan telah dikerangkeng. Artinya, mereka tidak bakal menggoda manusia. Logikanya begitu. Tapi, kenapa masih banyak yang melanggar di bulan Ramadhan? Ini bisa jadi mendapatkan godaan dari setan yang berwujud manusia. Siapakah dia?

Setan yang berwujud manusia bisa jadi adalah penyebar paham radikal. Mereka tidak kenal waktu, termasuk di bulan suci Ramadhan mereka tetap menebarkan paham menyesatkan ini. Godaan setan semacam ini cukup berbahaya. Buktinya, banyak yang terpapar radikalisme. Satu di antaranya adalah Kristianto alias Mass Abby (berikutnya akan disebut: Kristianto).

Kristianto merupakan eks napiter yang sudah menjalani masa tahanan selama 2,5 tahun karena tersangkut kasus bom bunuh diri di Surabaya. Dia juga merupakan mantan pimpinan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Malang. Ia pernah menjalani hukuman selama 2,5 tahun setelah mendapat pembebasan bersyarat.

Pasca bebas, Kristianto mengontrak rumah di kawasan Sukoharjo untuk menyambung hidup sebagai penjual soimay keliling. Setiap hari, ia berjualan dari satu kampung ke kampung lain untuk menjajakan dagangannya. Berat, karena ia bebas ketika masa pandemi, jadi usahanya sepi. Sering berangkat pagi, nanti sampai azan magrib masih sisa banyak.

Namun Kristianto tidak mau menyerah karena ia sadar punya tanggung jawab istri dan tiga anaknya. Prinsip hidupnya tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah. Maksudnya, lebih baik baginya menikmati rezeki hasil keringat sendiri daripada hasil meminta-minta.

Kristianto hijrah dari kelompok radikalis karena ia mendapatkan inkonsistensi antara ucapan dan perbuatannya. Semisal, kelompok radikal menganggap antek pemerintah itu kafir. Tapi kalau makan, mereka tetap makan dari jatah penjara. Kalau kurang air, atau urusan kesehatan, teriaknya ke sipir. Seharusnya, jika mereka konsisten, mereka tidak pernah melibatkan pemerintah dalam keperluannya.

BACA JUGA  Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XXX): Eks Napiter Khoirul Ihwan Ternyata Pernah Gabung dengan HTI

Selain itu, kelompok radikal mengklaim bahwa antek pemerintah zalim. Kristianto kaget dan berdesis, “Zalim dari mananya, padahal selama di tahanan kami selalu mendapat perhatian, bahkan sampai bebas”. Makanya, ia memilih hijrah dan bertobat.

Kini Kristianto benar-benar berjihad hanya untuk kebahagiaan keluarganya dan berjuang untuk negeri ini. Bahkan, ia tidak takut untuk hijrah dan berjihad di jalan yang benar. Ia tidak takut mendapatkan ancaman dari kelompok lamanya dan mendapatkan pengucilan dari masyarakat sekitar.

Ketika hijrah, Kristianto masih ingat awal mula terpapar radikalisme. Ia terpengaruh radikalisme karena salah berguru. Ia memperdalam ilmu agama dengan mengikuti sejumlah pengajian. Ia juga belajar tentang Islam di dunia maya dan dipertemukan dengan tontonan penindasan umat Islam di Suriah dan Irak.

Dari situlah, Kristianto empati untuk membela kaum muslimin yang tertindas. Hingga akhirnya pada 2014, ia mengikuti acara buka bersama sekaligus membahas fenomena di kedua negara yang berkonflik itu. Karena panitianya dulu merupakan wali santri anaknya, Kristanto mengikuti agenda tersebut. Di akhir acara, ternyata dia dibaiat untuk menjadi pengikut ISIS.

Karena ilmu Kristianto kurang, bukan lulusan pesantren, ia mendapat tugas menjaring anggota baru, caranya dengan pengajian, door to door, kemudian pendekatan dari hati ke hati. Terpilihnya Kristianto sebagai koodinator JAD di Malang pada 2017 silam karena banyak rekan kelompoknya yang diciduk aparat kepolisian.

Sebagai penutup, perjalanan hidup Kristianto dapat dijadikan pelajaran bagi siapa saja. Kita hendaknya berhati-hati dengan radikalisme karena ia adalah paham yang berbahaya. Jika abai, kita akan terjerumus ke dalamnya. Buktinya, Kristianto tersebut.[] Shallallahu ala Muhammad.

*Tulisan ini disadur dari cerita eks napiter Kristanto yang dimuat di media online radarsolo.jawapos.com

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru