28.2 C
Jakarta

Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XVII): Maryanto, Eks Napi Teroris yang Ingin Makan Bebek Goreng 3 Hari Sebelum Bebas

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanSerial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XVII): Maryanto, Eks Napi Teroris yang Ingin Makan...
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Radikalisme menjadi musuh bersama. Tak ada toleransi bagi siapa pun yang hendak menebar paham yang membahayakan ini. Kecuali mereka mau bertobat dan hijrah dari radikalisme menuju moderatisme yang dibenarkan agama.

Radikalisme telah mencederai masa depan bangsa di negeri ini. Banyak bangsa yang terpapar radikalisme menjadi hancur masa depannya. Meskipun, juga banyak yang cepat menyadari kekeliruan paham radikal dan segera memilih bertobat. Pertobatan ini adalah titik balik dalam hidup untuk memperbaiki kesalahan di masa lalu.

Banyak bangsa di Indonesia yang terpapar radikalisme dan kemudian menjadi seorang teroris, pelaku aksi-aksi kejahatan yang dapat menghilangkan nyawa seseorang. Baik teroris di sini mengebom tempat seseorang sehingga orang lain yang menerima akibatnya, maupun teroris yang dilakukan dengan bom bunuh diri, sehingga akibatnya ada pada dua belah pihak, si pelaku dan orang lain.

Salah seorang yang telah bertobat dari radikalisme-terorisme disebut dengan istilah eks-napi teroris (eks-napiter). Seorang eks napiter yang menarik dipaparkan dalam tulisan ini adalah Maryanto alias Teming (berikutnya disebut Maryanto). Dia warga Padukuhan Mrisi, Kalurahan Tirtonirmolo, Kapanewon Kasihan, Kabupaten Bantul Yogyakarta.

Maryanto mengaku terlibat dalam jaringan teroris hingga akhirnya tertangkap petugas dan masuk bui. Selama menjalani masa tahanan di penjara, dia banyak merenung dan introspeksi diri atas tindakan dan kesalahan-kesalahan masa lalu saat bergabung dengan jaringan teroris.

Ketika memilih untuk bertobat, Maryanto ditakdirkan bertemu dan kenal dengan Bon Ali. Lewat Bon Ali, Maryanto serasa menemukan cahaya semangat baru untuk menjalani kehidupan. Dengan arahan, bimbingan dan kepedulian Bon Ali, saat ini Maryanto dapat hidup tenang bahagia bersama keluarga seperti masyarakat pada umumnya.

BACA JUGA  Hal-Hal yang Hanya Dapat Anda Lihat Menjelang Lebaran, Apa Itu?

Maryanto masih ingat ketika berada di dalam penjara, badannya sangat kurus. Tiga hari sebelum ke luar lapas, dia sangat menginginkan untuk makan bebek goreng. Dia bertekad ketika keluar akan mengumpulkan uang untuk makan bebek goreng. Tanpa diminta, ketika dijemput Ali pertama kali sebelum menuju ke rumah, Maryanto diajak ke warung bebek goreng.

Maryanto makin paham bahwa hijrah yang dibenarkan agama adalah berpindah dari kehidupan yang tidak baik menjadi baik. Ketika hijrah, dia banyak menemukan jalan kebaikan, salah satunya, mengobati orang sakit dengan metode terapi pijat dan bekam. Karena, ini kemampuan yang Maryanto miliki. Dia mau berbuat baik lewat apa yang bisa dia lakukan.

Maryanto meniatkan diri untuk berderma kepada sesama yang membutuhkan lewat pengobatan dengan metode terapi pijat dan bekam. Dia sendiri tidak mematok harga dalam setiap mengobati masyarakat untuk terapi, seikhlasnya dan sesuai kemampuan mereka saja. Maryanto siap dipanggil bagi masyarakat yang akan berobat. Dan bersedia untuk datang ketika membutuhkan jasanya.

Sebagai penutup, perjalanan hidup Maryanto hendaknya dijadikan pelajaran hidup bagi siapa pun. Karena, ada sebuah kata bijak, bahwa orang cerdas belajar dari kesalahannya sendiri, sementara orang bijak belajar dari kesalahan orang lain.[] Shallallahu ala Muhammad.

*Tulisan ini disadur dari cerita eks napiter Maryanto yang dimuat di media online Suarajogja.id

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru