29.2 C
Jakarta

Hal-Hal yang Hanya Dapat Anda Lihat Menjelang Lebaran, Apa Itu?

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanHal-Hal yang Hanya Dapat Anda Lihat Menjelang Lebaran, Apa Itu?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Ada sebuah pertanyaan yang mungkin penting disampaikan bagi semua umat Islam menjelang Lebaran. Pertanyaannya, apa yang sudah diperoleh selama berpuasa sebulan lamanya? Pertanyaan ini sesungguhnya mengajak Anda refleksi atas apa yang telah dilakukan. Refleksi ini penting dan termasuk perintah yang sering digemakan dalam Al-Qur’an.

Ajakan refleksi di dalam Al-Qur’an dapat berupa “afala tatafakkarun“/sudahkah berpikir (QS. al-An’am: 50), “afala ta’qilun“/sudahkah berpikir (QS. Ali Imran: 65), “afala yatadabbarun“/sudahkah refleksi (QS. al-Nisa’: 82), dan masih banyak yang lainnya.

Ajakan refleksi semacam ini bukan hanya disinggung dalam agama Islam, akan tetapi refleksi juga diperintahkan dalam agama yang lain. Perhatikan saja bagaimana Haemin Sunim, pemeluk agama Budha menulis sebuah buku berjudul “The Things You Can See Only When You Slow Down“/Hal-Hal yang Hanya Dapat Anda Lihat Saat Anda Melambat.

Pencapaian paling tinggi dalam berpuasa adalah bertakwa. Sebelum saya lanjutkan uraian pencapaian takwa ini, penting Anda baca ayat yang berbicara seputar perintah puasa: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. al-Baqarah: 183). Pada ayat ini jelas bahwa inti dari ibadah puasa adalah meng-upgrade diri menjadi orang yang bertakwa.

Takwa sebagai pencapaian puasa seringkali diabaikan. Jadinya, banyak orang berpuasa tidak memperoleh buah takwa ini. Mereka hanya sekadar menahan lapar dan haus. Memang merugi orang semacam itu. Sebab, mereka sudah menguras tenaga, tapi usahanya belum membuahkan hasil. Kegagalan ini mirisnya lagi tidak disadari, sehingga puasa dari tahun ke tahun tidak ada perbaikan.

BACA JUGA  Definisi Hari Tenang di Tengah Maraknya Kampanye di Media Sosial

Puasa yang membuahkan takwa akan mengantarkan seseorang menjadi pribadi yang baik bukan hanya kepada Allah, tetap juga kepada sesamanya. Karena, konsep takwa yang benar adalah beriman terhadap Allah dan gemar berderma kepada sesama. (Baca QS. al-Baqarah: 2-4).

Pada lanjutan ayat tadi, disebutkan bahwa orang yang bertakwa adalah pribadi yang beruntung. (Baca QS. al-Baqarah: 5). Maka, tidak heran jika pada surah al-Ashr manusia diperintahkan oleh Allah untuk saling memberikan nasihat seputar takwa. Agar mereka tidak menjadi orang yang merugi.

Diketahuinya seseorang berhasil menjadi pribadi yang bertakwa tentu dapat dilihat sesudah bulan Ramadan. Apakah seseorang itu menjadi semakin lebih baik daripada sebelumnya? Apakah dia semakin peduli terhadap sesama? Apakah dia giat menjadi aktivis lingkungan?. Sebaliknya, jika orang itu tidak ada perkembangan, malahan semakin lebih buruk, jelas bahwa dia belum mendapatkan buah takwa sebagaimana yang disinggung pada ayat tadi.

Lebih spesifik, pribadi yang bertakwa pasti bukan kelompok radikal. Sebab, dia tahu bahwa radikalisme bertentangan dengan nilai-nilai agama yang menjunjung tinggi kemaslahatan. Adakah kemaslahatan dari radikalisme yang gemar mengkafirkan orang lain? Bahkan masihkah dianggap maslahat radikalisme yang mengantarkan seseorang melakukan aksi-aksi terorisme? Jelas tidak ada sedikit pun radikalisme yang maslahat, justru menjadi mafsadah.

Sebagai penutup, penting menghadirkan refleksi mulai dari sekarang atau menjelang Lebaran. Harapan saya, kita dapat digolongkan sebagai orang-orang yang bertakwa. Takwa adalah tujuan/pencapaian dari puasa. Sungguh sangat merugi seseorang yang berpuasa tapi tidak mendapatkan buah takwa.[] Shallallahu ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru