28.2 C
Jakarta

Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XVI): Eks Napiter Poso Rafly Sadar Setelah Bertemu Eks Mujadihin Afganistan di Penjara dan Kini Usaha Beternak Ayam

Artikel Trending

KhazanahInspiratifSerial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XVI): Eks Napiter Poso Rafly Sadar Setelah Bertemu...
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Menjadi teroris tentu bukanlah pilihan yang tepat, meski berdalih bela agama. Agama, sebagaimana judul buku Gus Dur, tidak perlu dibela. Agama sudah menempati posisi yang sakral dan suci. Cukup orang yang lemah saja yang butuh dibela.

Biasanya seseorang menjadi teroris karena terpapar paham radikal, paham yang eksklusif dalam melihat perbedaan, fundamentalis, dan tekstualis dalam membaca teks. Akibat dari paham ini, seseorang mulai gemar menyesatkan orang lain yang berseberangan dengannya, dan jika belum puas dia melakukan aksi-aksi kejahatan yang disebut dengan terorisme.

Munculnya kejahatan terorisme menjadi problem serius yang butuh ditangani dengan segera. Eksistensi suatu negara akan hancur jika aksi-aksi kekerasan ini dibiarkan begitu saja. Maka, perlu pemerintah turun tangan.

Langkah-langkah pemerintah dalam memberantas terorisme telah membuahkan hasil, meski belum maksimal. Keberhasilan ini dibuktikan dengan banyaknya teroris yang memilih hijrah dan bertobat. Dia menyesali kesalahan dan dosanya.

Salah seorang mantan teroris adalah Rafly alias Furqon. Dia kelahiran Desa Tabalu, Kecamatan Poso Pesisir, Kabuten Poso, Sulawesi Tengah. Dia pernah terlibat tindak pidana terorisme di Poso. Sehingga, dia merasakan pahitnya kehidupan dengan mendekam dan merasakan dinginnya di balik jeruji besi selama lima tahun.

BACA JUGA  Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XLI): Eks Napiter Inisial MI Kembali ke NKRI dan Siap Bantu Pemerintah

Rafly kini menjalani kehidupannya dengan lebih banyak bersyukur dan bahagia bersama keluarga kecilnya. Titik balik Rafly dialami sejak di dalam penjara sebab mendengar saran orang tua yang terlibat dalam kasus yang sama, yaitu kasus bom Atrium, bom Kedubes Philipina dan kasus bom natal tahun 2000. Orang tua ini adalah Edi Setiono, mantan mujadihin Afganistan.

Ketika keluar dari jeruji besi, Rafly membangun peternakan kandang ayam yang berada di Desa Tabalu. Bisnis ini dikelola oleh lima eks napiter Poso antara lain Rafly, Andang alias Ramadan, Daeng Pasau, Arifuddin Lako dan Supriadi alias Upik yang merupakan bantuan dari pemerintah dan saat ini sudah mencapai 5.000 ekor.

Sebagai penutup, kisah Rafly ini hendaknya dibaca oleh semua orang, termasuk warga negara Indonesia. Agar mereka dapat berhati-hati dari terorisme. Dan, bagi yang sudah terlibat di dalam kejahatan ini kisah Rafly hendaklah dijadikan inspirasi untuk membuka pikirannya kembali ke jalan yang benar.[] Shallallahu ala Muhammad.

*Tulisan ini disadur dari cerita eks napiter Rafly yang dimuat di media online Metrosulteng.com

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru