Harakatuna.com. Terorisme menjadi isu global yang sampai detik ini masih belum selesai karena masih banyak bangsa di negara ini yang terpapar paham bahaya kan ini. Pemerintah dan beberapa lapisan masyarakat melakukan deradikalisasi untuk membantu mengobati bangsa ini yang terpapar terorisme.
Salah seorang yang hijrah dari paham terorisme adalah Lugiman. Dia tinggal di kampung Badran, Bumijo Gedongtengen Yogya. Pada mulanya dia terlibat dalam terorisme karena keinginannya dalam memperdalam agama, khususnya bisa memiliki kemampuan mengaji.
Untuk mencapai keinginan tersebut, Lugiman mengaji di beberapa tempat. Dari masjid yang satu, pindah ke masjid yang lain. Tanpa disadari, ia terperangkap dalam jaringan terorisme. Sampai suatu saat, dirinya dibaiat untuk setia pada pimpinan jaringan tersebut yang berada jauh dari Indonesia, yakni Abu Bakar Al-Baghdadi.
Pada saat itu, Lugiman mulai mempertanyakan kelompok pengajian tersebut, kenapa harus setia pada orang yang berada di luar negeri. Namun kelompok pengajian mengelak dan menyatakan kelompok tersebut hanya kumpulan biasa. Mereka kemudian membujuknya kembali untuk tidak meninggalkan jamaah pengajian.
Lama kelamaan, dirinya akhirnya larut dalam pertemuan-pertemuan yang digelar kelompok tersebut. Sampai suatu saat, Lugiman disergap oleh sekelompok orang, yang ternyata Densus 88 sekitar tahun 2020 dan menjalani pahitnya jeruji besi sekitar 3 tahun. Kemudian dibebaskan setelah mengikuti program deradikalisasi dan menyatakan setia pada NKRI.
Kehidupan sehari-harinya Lugiman ditopang dengan menjadi terapis bekam dan menjadi driver ojek online. Baginya kebebasannya hingga saat ini merupakan anugrah. Karena sudah lepas dari kisah pedihnya terjerumus ke jaringan teroris, yang ia sendiri tidak tahu kalau sudah masuk jaringan tersebut.
Sebagai penutup perjalanan Lugiman dapat dijadikan bahan refleksi bagi kita semua sebagai bangsa di negeri ini. Maka kita hendaknya berhati-hati berhadapan dengan terorisme karena ia dapat membahayakan terhadap eksistensi bangsa dan negeri.[] Shallallahu ala Muhammad.
*Tulisan ini disadur dari cerita eks napiter Lugiman yang dimuat di media online krjogja.com