32.5 C
Jakarta

Serangan Moskow: Bentuk Ancaman Terorisme Itu Nyata!

Artikel Trending

KhazanahPerspektifSerangan Moskow: Bentuk Ancaman Terorisme Itu Nyata!
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Sebanyak 137 orang tewas akibat serangan di Balai Kota Crocus, Moskow, Rusia, pada Jumat (22/03) kemarin. Serangan itu terjadi sesaat sebelum pukul 20.00 yang dilakukan oleh orang-orang berpakaian cokelat dengan menembakkan senapan serbu dan melempar bom Molotov ke arah penonton konser band rock Picnic.

Akibat serangan tersebut, auditorium terbakar, sebagian atapnya runtuh, dan api menjalar ke arah depan Crocus sehingga menghancurkan dua lantai teratas.

Pihak pemerintahan Rusia belum memberikan pernyataan resmi mengenai siapa yang bertanggung jawab di balik serangan Moskow. Namun, anehnya sehari setelah serangan tersebut, ISIS mengklaim bertanggung jawab atas apa yang terjadi di gedung konser tersebut. Mengapa ISIS mengaku melakukan serangan Moskow?

Faktor-faktor itu terlihat dari ISIS yang punya riwayat serangan terhadap Rusia, pertama pada tahun 2015 terjadi ledakan pesawat Rusia di atas Gurun Sinai yang mengangkut 224 orang ketika lepas landas dari Mesir.

Pada tahun 2017, serangan juga terjadi di metro St. Petersburg yang menewaskan 15 orang. Selanjutnya tahun 2022 ISIS juga lagi-lagi mengeklaim telah menyerang Kedutaan Rusia di Kabul yang menewaskan dua diplomat Rusia dan empat warga Afghanistan.

Propaganda ISIS

Serangan demi serangan yang mengancam Rusia dikaitkan dengan sel ISIS di Khorasan. Khorasan adalah sebuah istilah lama untuk wilayah yang mencakup sebagian wilayah Iran, Turkmenistan, dan Afghanistan. Kelompok yang muncul pada tahun 2015 ini juga pernah menjadi tempat Osama bin Laden sembunyi.

Kalau kita perhatikan, serangan ISIS ini disangkutpautkan karena Rusia ikut terlibat dalam operasi melawan ISIS dan sekutunya di Suriah. Sebagaimana yang dikatakan oleh Amira Jadoon, profesor di Universitas Clemson, bahwa Rusia ditargetkan sebagai musuh utama ISIS karena partisipasi Rusia dalam operasi melawan ISIS dan sekutunya, terutama di Suriah, serta upaya mereka menjalin hubungan dengan Taliban.

Propaganda ISIS juga telah menggambarkan Presiden Rusia, Vladmir Putin sebagai musuh umat Islam dan aktor penganiayaan terhadap Muslim di Rusia serta negara lainnya. Selain itu, alasan yang paling kuat mengapa sel ISIS dari Khorasan menyerang Rusia adalah faktor Taliban.

Taliban adalah musuh terburuk ISIS dan mereka menganggap Rusia sebagai teman Taliban. Dan bagi ISIS, kondisi politik dunia saat ini, termasuk ketegangan antara AS dan negara-negara demokrasi dengan kekuatan otoriter (Rusia, Iran, dan China) yang semakin intens, di tengah perang di Ukraina dan Gaza. Menurut ISIS semuanya adalah musuh Islam yang harus dihancurkan.

BACA JUGA  Lawan Propaganda Radikalisme di Media Sosial, Ini Strateginya

Ancaman Terorisme

Serangan yang terjadi di Moskow adalah bentuk ancaman terorisme yang perlu dan terus kita semua waspadai. Meski Rusia mengaitkan serangan ini sebab ulah Ukraina, sebagai musuh bebuyutannya hingga saat ini. Namun tetap perlu diwaspadai bahwa ISIS memiliki strategi untuk tidak terlalu sering menyerang, tapi tepat sasaran.

Harus kita akui bahwa serangan di Rusia dan Iran pada tahun ini adalah bentuk propaganda besar yang bertujuan membantu memulihkan citra organisasi tersebut sebagai ancaman global dan meningkatkan upaya perekrutannya.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol. Mohammed Rycko Amelza Dahniel telah mengungkapkan dua cara untuk mencegah serangan teror Moskow, Rusia, terjadi di Indonesia.

Pertama, membangun public resiliency (ketahanan publik). Kita yakini bahwa akibat adanya berbagai peristiwa terorisme dapat merugikan baik secara personal maupun struktural yang ditandai dengam melemahnya ketangguhan dan ketahanan publik.

Setidaknya ada beberapa hal yang harus diupayakan untuk membangun sebuah ketahanan publik. Pola pikir atau cara pandang masyarakat yang kritis dalam melihat sebuah tindakan yang berbau terorisme adalah tindakan yang tidak sesuai dengan nilai dan ajaran agama. Agama selalu mengajarkan perdamaian, menghargai perbedaan, dan menebarkan cinta kasih kepada sesama.

Kedua, masyarakat harus merasa yakin dan penuh percaya diri bahwa mereka mampu untuk menghadapi adanya ancaman terorisme melalui kekuatan yang dimiliki dengan saling berkomunikasi dan koordinasi serta saling menguatkan di antara kelompok dan organisasi yang ada. Dalam hal ini termasuk menjalin kemitraan politik yang harmonis antara organisasi sosial kemasyarakatan, pemuda, perempuan, dan keagamaan dengan pemerintah daerah.

Adapun hal ketiga, yaitu dengan menggiatkan kesadaran pluralisme dan keindonesiaan. Upaya mewujudkannya melalui kegiatan pengajian, seminar, dan dialog lintas golongan dan agama. Tak luput, kegiatan kebudayaan juga harus terus digaungkan sebagai sebuah bentuk keberagaman seperti pentas wayang, kesenian hadrah, pameran lukisan, tari-tarian, dan lain-lain.

Upaya pencegahan kedua dari BNPT yaitu penegakan hukum yang efektif. Hal ini dilakukan agar pelaku teror yang masih tersesat, dapat meyakini bahwa tindakan terorisme adalah salah dan bukan suatu kebenaran. Untuk itu, perlu kita sadari bahwa pencegahan tindakan terorisme adalah tugas bersama yang harus terus diupayakan dan digiatkan. Sebab, di tengah-tengah kita, terorisme itu nyata!

Fatmi Isrotun Nafisah
Fatmi Isrotun Nafisah
Anggota Puan Menulis

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru