28.3 C
Jakarta

Sel Terorisme Kembali Bangkit, Waspada Menjelang Natal dan Tahun Baru

Artikel Trending

KhazanahTelaahSel Terorisme Kembali Bangkit, Waspada Menjelang Natal dan Tahun Baru
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com- Bom bunuh diri meledak di Polsek Astananyar, Kota Bandung, Jawa Barat pada Rabu (7/12/2022) pagi hari, menambah deretan kejadian terorisme yang terjadi menjelang Natal dan Tahun Baru. Bom yang sama juga pernah terjadi pada 24 Desember tahun 2000 silam. Pada saat itu, bom meledak di gereja-gereja 13 kota di Indonesia mulai dari Medan, Pekanbaru, Jakarta, Mojokerto, Mataram. Ledakan yang terjadi, membuat 16 orang meninggal dan 96 terluka.

Kejadian teror pada waktu Natal dan menjelang tahun baru tersebut, menjadi pengingat kita setiap tahun agar serangan serupa, tidak lagi sama pada waktu Natal dan menjelang tahun baru.

Sementara itu, peristiwa bom yang perlu menjadi perhatian publik Indonesia adalah peristiwa bom Filipina. Serangan bom yang meledak pada saat misa di sebuah gymnasium universitas di Marawi, menjadi pertanda bangkitnya ISIS di Asia Tenggara menguat. Alasan ini dikarenakan serangan yang terjadi di Marawi, bukan pertama kali terjadi. Kota tersebut sudah menjadi saksi agresi mematikan ISIS sejak tahun 2017 silam.

Mengutip VOA, militant ISISI mengkalim bertanggung jawab atas serangan bom pada Minggu di Mindanao State University, tidak lama setelah Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr mengatakan “teroris asing” bertanggung jawab atas serangan tersebut. Perlu diketahui juga bahwa, Marawi adalah daerah yang dikenal juga sebagai Bangsamoro, daerah terbelakang berpenduduk Muslim di Filipina yang mayoritas warganya penganut Katolik.

Selama puluhan tahun daerah ini berjuang melawan berbagai pelanggaran hukum, kekerasan oleh separatis dan konflik antarsuku, sehingga memicu kekhawatiran tempat ini akan menjadi lahan yang subur bagi ekstremisme.

Mengutip VOA, Panglima militer Romeo Brawner pada Minggu mengatakan ia menduga pengeboman itu mungkin merupakan serangan balasan karena serangan tersebut terjadi setelah aksi militer terhadap kelompok-kelompok ekstremis lokal di bagian selatan Mindanao.

Warning bagi Indonesia?

BACA JUGA  Melihat Gerakan Perempuan Akar Rumput dalam Upaya Pencegahan Radikalisme

Kejadian teror di Filipina, dengan sinyal menguatnya ISIS di Kawasan tersebut, adalah sebuah warning bagi Indonesia agar terus memperhatikan masalah teroris yang terjadi. Kekhawatiran ini bukan tidak berdasar. Sebelumnya kita perlu mengetahui bahwa, ISIS mengaku bertanggung jawab atas teror bom bunuh di Kampung Melayu pada tahun 2017. Ichwan Nurul Salam dan Ahmad Sukri, adalah bagian dari pelaku yang menyebabkan luka pada 12 orang.

Bom yang terjadi di Marawi ataupun yang pernah terjadi pada menjelang Natal dan tahun baru, memberi sinyal bahwa, para pelaku teror setidaknya akan melakukan terornya pada beberapa hal: pertama, tempat perayaan keagamaan, seperti gereja. Menyerang dengan bom, bagi para teroris adalah bentuk penebusan dosa karena sudah menghalangi pemeluk agama lain untuk beribadah, sebab mereka adalah kelompok kafir yang harus diberangus. Kedua, instansi pemerintahan di mana mereka memiliki tugas untuk menegakkan keamanan di masyarakat, seperti kepolisian. Dalam konteks ini, para teroris menganggap instansi pemerintah adalah instansi kafir, karena tidak menerapkan pemerintahan Islam. Alasan ini yang membuat para kelompok teroris menyerang tempat itu. Ketiga, tempat keramaian, seperti mall atau tempat wisata yang banyak dikunjungi oleh masyarakat pada saat liburan natal dan tahun baru.

Beberapa tempat di atas, harus menjadi perhatian oleh kepolisian untuk mengantisipasinya adanya bom yang dilakukan oleh kelompok teroris. Natal dan tahun baru adalah waktu yang sangat pas bagi para teroris untuk melakukan jihad sesuai dengan keyakinan yang dimilikinya.  Argumen ini didasarkan pada beberapa akun facebook yang justru mengucapkan syukur karena kejadian bom di Filipina. Para kelompok teroris meyakini bahwa, menghilangkan nyawa seseorang, adalah bentuk jihad yang sebenarnya dalam menerapakan ajaran agama. Padahal, sekali lagi, ajaran agama sama sekali tidak membenarkan pembunuhan kepada orang lain. Para teroris beragama kepada terorisme itu sendiri. Wallahu A’lam.

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru