31.5 C
Jakarta

Salah Fatal Para Radikalis Memahami Ayat-ayat Perang, Lawan!

Artikel Trending

KhazanahPerspektifSalah Fatal Para Radikalis Memahami Ayat-ayat Perang, Lawan!
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Islam agama yang mengajarkan kebaikan dan persatuan. Kehadiran agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad telah memberikan perubahan yang signifikan kepada masyarakat Arab pada saat itu. Pada masa jahiliah, masyarakat Arab di Makkah sering berperang satu sama lain.

Begitu pula di Madinah, antara suku Aus dan Khazraj sebelum hadirnya Islam. Masa-masa itu peperangan antarsuku sering terjadi. Namun, ketika hadirnya ajaran Islam, ia justru bisa mempersatukan suku-suku tersebut dalam satu ikatan persaudaraan. Ikatan atas dasar nilai tauhid. 

Islam hadir untuk mengajarkan manusia tentang nilai-nilai kedamaian, bukan kekerasan. Akan tetapi, masih ada kalangan dari umat Islam yang justru masih keliru dalam memahami ajaran Islam. Kelompok ini memandang Islam harus melakukan jihad yaitu berperang. Kelompok aliran keras ini disebut sebagai kelompok radikalisme.

Kelompok tersebut sering menggunakan dalil bahwa rasul selama hidupnya sering berjihad dengan jalan perang. Mereka juga menggunakan dalil Al-Qur’an sebagai dasar tindakan melakukan aksi teror. Salah satu ayat yang digunakan menjadi dalil mereka adalah QS. At-Taubah ayat 5. 

فَاِذَا انْسَلَخَ الْاَشْهُرُ الْحُرُمُ فَاقْتُلُوا الْمُشْرِكِيْنَ حَيْثُ وَجَدْتُّمُوْهُمْ وَخُذُوْهُمْ وَاحْصُرُوْهُمْ وَاقْعُدُوْا لَهُمْ كُلَّ مَرْصَدٍۚ فَاِنْ تَابُوْا وَاَقَامُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتَوُا الزَّكٰوةَ فَخَلُّوْا سَبِيْلَهُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Artinya: Apabila bulan-bulan haram telah berlalu, bunuhlah orang-orang musyrik di mana saja kamu temui! Tangkaplah dan kepunglah mereka serta awasilah di setiap tempat pengintaian! Jika mereka bertobat dan melaksanakan salat serta menunaikan zakat, berilah mereka kebebasan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Ketika melihat ayat tema perang ini, jika dipahami secara teks, ayat ini dipahami sebagai ajakan umat Islam untuk berperang. Berperang melawan orang musyrik dan orang kafir.

Ayat ini akan sangat berbahaya jika disalahpahami. Sebab ketika salah pemaknaan, tentu akan melahirkan kelompok radikalisme yang dapat mengancam keutuhan negara.  

Hadirnya kelompok radikalisme dapat memecah-belah persatuan bangsa yang telah dibangun bertahun-tahun. Jika kelompok radikalisme ini dibiarkan, maka agama Islam akan dipadang sebagai agama terorisme. 

Islam adalah agama yang mengajarkan kebaikan bukan kekerasan. Jika ada kelompok yang menyatakan perang adalah bentuk dari jihad Islam, maka hal tersebut perlu dipertanyakan terlebih dahulu. Apakah benar Islam mengajarkan seperti itu?

Atau justru para radikalis yang sebenarnya keliru memahami ayat-ayat perang ini? Lantas apa yang menyebabkan kelompok radikal keliru dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang tema perang?

Pemahaman Literal atas Nas

Kekeliruan kelompok radikalisme dalam memahami ayat perang disebabkan oleh pemaknaan yang dilakukan hanya dari pendekatan kebahasaan. Arti yang tertera dalam terjemahan langsung diterima secara mentah-mentah tanpa adanya proses berpikir, dan mempertanyakan ayat perang tersebut. Biasanya para radikalis cenderung memahami agama secara dogmatis.

Menurut KBBI, dogma adalah pokok ajaran (tentang kepercayaan) yang harus diterima sebagai hal yang benar, tidak boleh dibantah dan diragukan. Jadi ketika kelompok ini melihat ayat tema perang, mereka langsung menerima dalil tersebut tanpa mempertanyakan, dan mencari tahu maksud Allah menurunkan ayat tersebut.

Pemahaman Tekstual-Oriented

Ayat Al-Qur’an tentang ajakan perang diturunkan pada masa Nabi Muhammad memiliki latar konteks sosial. Saat kaum Muslim hijrah dari Makkah ke Madinah karena penganiayaan yang dilakukan oleh kaum kafir Quraisy, mereka akhirnya melakukan hijrah tanpa membawa harta benda yang mereka miliki. Harta yang mereka tinggalkan di Makkah kemudian dirampas oleh kaum Quraisy. 

BACA JUGA  Metamorfoshow: Titik Tolak Kontra-Propaganda Khilafah

Suatu hari, kafilah dagang Abu Sufyan membawa barang dagangan Quraisy dari Syam melewati jalur di sekitar wilayah Madinah. Melihat hal itu, kaum Muslim kemudian menghadang kafilah dagang tersebut.

Motif penghadangan ini didasari oleh keinginan kaum Muslim yang ingin mengambil hak-hak mereka yang dulu dirampas oleh kaum Quraisy. Dari upaya penghadangan itu akhirnya membuat kaum Quraisy murka, hingga terjadilah perang Badar. 

Saat terjadi perang Badar, umat Islam dalam kondisi masih lemah, dan baru berkembang di Madinah. Jika umat Islam tidak melakukan perlawanan, maka Islam akan binasa. Dari adanya permasalahan tersebut Allah kemudian menurunkan QS. Al-Hajj ayat 39. 

اُذِنَ لِلَّذِيْنَ يُقَاتَلُوْنَ بِاَنَّهُمْ ظُلِمُوْاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ عَلٰى نَصْرِهِمْ لَقَدِيْرٌۙ

Artinya: Diizinkan (berperang) kepada orang-orang yang diperangi karena sesungguhnya mereka dizalimi. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuasa membela mereka.

Perintah yang Allah sampaikan dalam QS. al-Hajj Ayat 39 merupakan perintah Allah agar umat Islam mempertahankan eksistensi agama Islam. Umat Islam melakukan perang sebagai bentuk mempertahankan diri dan membela diri. 

Begitu pula QS. at-Taubah ayat 5. Secara historis, ayat ini turun dalam konteks saat adanya pelanggaran dalam Perjanjian Hudaibiah. 

Perjanjian Hudaibiah merupakan sebuah kesepakatan yang dibuat antara umat Islam dan penduduk Makkah. Namun, beberapa tahun setelah perjanjian tersebut, pihak Makkah melanggar perjanjian Hudaibiah.

Atas dasar itulah, QS. at-Taubah ayat 5 diturunkan. Sebagai instruksi kepada umat Islam tentang bagaimana bersikap terhadap pihak yang melanggar dan tidak setia dalam perjanjian tersebut. Sehingga ayat perang tersebut merupakan ayat instruksi untuk membela diri.

Mengabaikan Konteks Ayat

Nabi Muhammmad dalam berperang jelas tujuannya untuk membela diri. Tidak seperti para radikalis yang melakukan perang untuk membunuh orang tidak berdosa. 

Nabi Muhammad juga memerintahkan pasukan Islam untuk tidak menyerang penduduk sipil. Berbeda dengan kelompok radikal yang menjadikan penduduk sipil, dan tempat ibadah sebagai sasaran penyerangan. Apalagi penyerangan yang dilakukan para radikalis jelas bukan pembelaan diri seperti yang dilakukan Nabi Muhammad.  

Perang-perang pada masa Nabi Muhammad tidak melibatkan jumlah korban yang besar jika dibandingkan dengan perang modern. Salah satu perang besar yang dilakukan Nabi adalah perang Badar. Perang Badar memakan korban jiwa dari pihak Makkah 70 orang, dan 70 orang menjadi tawanan perang. Pihak Makkah sendiri secara jumlah pasukan berjumlah lebih dari 1.000 orang. Sedangkan korban pasukan Muslim dinyatakan sebanyak 14 orang syahid, dari jumlah mereka sebanyak 314 orang. 

Nabi Muhammad lebih memilih jalan damai daripada perang. Seperti peristiwa Fathu Makkah atau pembebasan Makkah dari orang-orang kafir Quraisy. Bahkan saat Fathu Makkah, penduduk Makkah dijamin keselamatannya oleh Nabi, dan tidak dipaksa memeluk agama Islam. 

Dari beberapa ulasan di atas, dapat dipahami bahwa para radikalis keliru dalam memahami ayat perang. Al-Qur’an hanya dipahami secara tekstual tanpa melibatkan konteks sosial turunnya ayat. Mereka juga tidak memahami gaya berperang Nabi Muhammad dalam menjalankan perintah ayat perang.

Untuk itu, maka umat Islam sangat penting memahami Al-Qur’an menggunakan ilmu pengetahuan, sehingga harapannya tidak keliru seperti kelompok-kelompok radikal yang suka menafsirkan ayat Al-Qur’an secara serampangan hingga menyemarakkan terorisme. 

Muhammad Farhan
Muhammad Farhan
Mahasiswa komunikasi penyiaran Islam yang hobi nulis dan menggeluti ilmu kepenulisan. Saat ini kegiatan sehari-hari menjadi penulis.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru