31.9 C
Jakarta

Menjelang Nataru: Para Teroris Diringkus, Ada Apa?

Artikel Trending

Milenial IslamMenjelang Nataru: Para Teroris Diringkus, Ada Apa?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Detasemen Khusus 88 Antiteror melakukan penangkapan terduga teroris di empat kabupaten di Jawa Tengah. Lokasi penangkapannya di Kabupaten Sragen, Sukoharjo, Klaten, dan Boyolali. Total ada sembilan orang yang diamankan.

Siklus Teroris

Di Sragen dilakukan terhadap tiga lelaki dengan inisial S, S, dan M. Di Sukoharjo ada empat lelaki yang ditangkap yaitu S, W, T, S. Di Klaten ada satu lelaki yang ditangkap berinisial HR. Di Boyolali ada satu lelaki yang ditangkap berinisial TB.

Hari ini Densus 88 juga juga menggeledah rumah kontrakan terduga teroris berinisial S di Kabupaten Tangerang, Banten. Tepatnya di daerah Kampung Gelam Barat, RT 01 RW 01, Desa Gelam Jaya, Kecamatan Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang, Banten, pada Sabtu (16/12) sekitar pukul 09.00 WIB.

Menuju Nataru

Menuju Nataru (Natal dan Tahun Baru) banyak teroris yang ditangkapin. Ini karena, ada signal potensi terjadinya teror menjelang natal-tahun baru. Belajar dari sebelum-sebelumnya, menjelang Naturu, banyak teror dan bom bunuh diri terjadi.

Maka itu, rutinitas bom dan teror yang selalu ada jangan sampai terjadi kali ini. Sebab, sudah terlalu banyak teror dan trauma yang belum sembuh. Oleh karena itu, aparat sudah benar jika berhasil menangkap dan mengamankan banyak teroris yang berpotensi mengacaukan Nataru dan Pilpres pada tahun 2024 mendatang.

Tahun lalu, polisi banyak menangkap para teroris. Menurut data, setidaknya, polisi telah menangkap 26 terduga terorisme baik dari jaringan JAD dan JI di lima provinsi. Meski tahun ini tergolong sedikit, bukan tidak mungkin para teroris tidak ada dan diam saja. Pasti mereka sedang berusaha untuk membangun taktik dan cara bagaimana bisa beraksi menjalankan teror ke masyarakat Indonesia.

BACA JUGA  Mega Korupsi: Penghalang Indonesia Maju, Pemantik Terorisme

Teroris Itu Pendendam

Ingat, teroris adalah orang-orang yang fanatik dan jeli terhadap nuansa dan situasi di lapangan. Mereka juga memiliki penyakit hati seperti marah, sakit hati, tidak terima terhadap perlakuan aparat negara. Karena itu, kini pasti mereka sedang meracik rencana dan hanya menunggu momen pas untuk berbalas dendam.

Sebagai pengingat sejarah, dalam aksi Nataru, mereka pernah merengkai teror pada malam Natal, 24 Desember 2000, rangkaian bom yang diotaki kelompok JI meledak di beberapa gereja di sejumlah kota di Indonesia, dengan mengakibatkan belasan orang meninggal dan puluhan luka-luka.

Dua tahun kemudian, pada 1 Januari 2002, terjadi ledakan bom di Jakarta dan beberapa gereja di Palu dan Poso. Di tahun yang sama, pada Oktober serangan bom mengguncang Bali dan menewaskan ratusan orang dan luka-luka.  Bahkan hingga sekarang, mereka tidak sembuh hingga sekarang, sementara pelakunya telah berkeliaran keluar alias dibebaskan.

Lalu berulang kembali, pada 12 Desember 2004, sebuah ledakan bom menggetarkan Gereja Immanuel, di Palu. Dan masih di kota yang sama, bom di sebuah pasar menewaskan puluhan orang pada 31 Desember 2005.

Oleh sebab itu, Nataru kali ini, tidak boleh terjadi lagi. Pemerintah harus berjiwa perkasa dengan mengedepankan deteksi dini, serangan preventif, dan penjagaan ketat di tempat ibadah dan pusat keramaian lainnya. Jangan sampai Nataru kali ini banjir darah dan air mata gara-gara aparat tidak bekerja.

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru