33.5 C
Jakarta

Refleksi Harlah NU Ke-95: Tugas Moderasi Belum Selesai

Artikel Trending

Milenial IslamRefleksi Harlah NU Ke-95: Tugas Moderasi Belum Selesai
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Persis sembilan puluh lima tahun yang lalu, Nahdlatul Ulama lahir. Didirikan pada 31 Januari 1926 oleh Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari sekitar satu bulan setelah meninggalnya sang guru, Syaikhona Kholil, kini NU menjadi ormas terbesar di Indonesia dengan sembilan puluh juta lebih pengikutnya di berbagai daerah. Komitmen kebangsaan NU tidak lagi perlu dipertanyakan. NKRI menjadi medan jihad; memperjuangkan moderasi Islam. Pada harlah ke-95 NU, itu laik dinaikbahaskan.

Ikut meriahkan peringatan harlah ke-95 NU, Presiden Joko Widodo memberi sambutan secara daring,  Sabtu (30/1) kemarin. Jokowi berharap, santri NU ikut berperan membangun Indonesia di tengah kompetisi global yang semakin ketat.

“Peran strategis para kiai dan ibu nyai, para santri, bersama-sama seluruh pemangku kepentingan bangsa ikut membangun masa depan Indonesia dan sangat-lah diharapkan. Apalagi menjawab tantangan era revolusi industri jilid keempat dan kompetisi global sekarang ini,” kata Jokowi, seperti dilansir Tempo.

Presiden juga  mengaku bangga melihat para Nahdliyin muda yang aktif dalam pemberdayaan ekonomi umat berbasis pesantren. Jokowi menyebut melihat optimisme setiap mengunjungi pesantren-pesantren. “Karena saya melihat para santri tak hanya paham ilmu agama, tapi juga wirausaha. Bahkan saat ini para santri melek digital dan tidak sedikit yang menjadi pelopor teknologi informasi yang bisa membawa manfaat nyata bagi negara ini,” tambahnya.

Di tengah perubahan dan tantangan yang semakin kompleks saat ini, menurut Presiden Jokowi, NU tetap menunjukkan kontribusi. NU menjadi penggerak semangat nasionalisme, toleransi, serta melawan radikalisme dan terorisme. “Mari kita dukung terus NU bergerak dan terus berkontribusi memperkuat kehidupan bangsa Indonesia dan memajukan harapan dunia dengan spirit Islam Nusantara yang rahmatan lil ‘alamin,” pungkasnya.

Sayangnya, kemeriahan harlah ke-95 NU kali ini harus berhadapan dengan banyak persoalan. Tidak hanya COVID-19, menguatnya narasi ideologis-radikal, juga peneguhan kader internal menjadi sesuatu yang penting diperhatikan. Artinya, gagasan moderasi Islam belum dan bisa jadi tidak akan selesai. Maka menjadi keniscayaan bagi kita yang Nahdliyin untuk berbenah pada satu hal: tidak menjadikan harlah ke-95 NU sebagai ucapan seremonial belaka.

Filosofi Harlah Ke-95 NU

Tema yang diusung pada harlah ke-95 NU yaitu “Khidmah NU: Menyebarkan Aswaja dan Meneguhkan Komitmen Kebangsaan”. Sang desainer logo, Dain Nur Rafita Ardani Rahmansyah mengatakan, sebagaimana dilansir NU Online, warna emas menggambarkan kemuliaan sedangkan hijau melambangkan kedamaian. Grand design NU tidak pernah berubah, dari dulu, hingga nanti, ia menebarkan Islam yang damai—orientasinya tetap yaitu moderasi (wasathiyah).

Tentu, NU harus berhadap dengan tidak sedikit tantangan. NU mesti menjadi benteng dari potensi perpecahan bangsa, sekaligus menjadi penyejuk di dalam bangsa itu sendiri. NKRI tidak boleh digerayangi narasi buruk dan itu tugas NU untuk mengatasinya. Harlah ke-95 NU ini tidak menegasikan keterlibatan Nahdliyin dalam politik praktis. Bahkan karena tuntutan persatuan, kedudukan strategis menjadi sesuatu niscaya—itu tidak akan melunturkan tugas utama, justru mendukungnya.

BACA JUGA  Kesesatan Paham Radikal Harus Dimatikan Oleh Akal Sehat

Tema harlah ke-95 NU menyiratkan suatu realitas, yang boleh jadi belum kita pahami, yaitu dua cabang jalan menjaga bangsa. Pertama, khidmah NU menebarkan Aswaja. Tidak lain maksudnya adalah menjaga bangsa melalui pemasyarakatan Islam moderat. Jalan ini terbilang sederhana namun sulit. Membina masyarakat Muslim seringkali berhadapan dengan ideologi-ideologi yang mengonter dakwah moderasi itu sendiri. Sebab, banyak yang klaim sendiri sebagai yang paling moderat.

Kedua, khidmah NU meneguhkan komitmen kebangsaan. Jalan ini secara implisit meniscayakan kontra-narasi radikalisme hingga terorisme. Jelas memerlukan upaya aktif dari Nahdliyin untuk melawan narasi pemecah-belah. Atas segala potensi perpecahan, artinya NU harus pasang badan membina komitmen kebangsaan umat. Umat Islam memang harus menjadi target utama, karena seringkali yang menjadi sasaran doktrin radikal adalah mereka.

Tetapi, dari kedua jalan tersebut, manakah yang perlu diutamakan? Jawabannya adalah: subjektif.

Tugas Memasyarakatkan Moderasi Islam

Memasyarakatkan di sini artinya perlu disadari bahwa moderasi Islam tidak jarang masih mendapat resistansi dari masyarakat. Banyak faktor yang memengaruhi hal itu, karenanya kemudian menjadi tantangan tersendiri. Para jemaah NU punya tugas berat untuk memasyarakatkan moderasi Islam. Karena jika tidak, Islam dengan wajah moderat dan menyejukkan akan diambil-alih oleh mereka yang sebenarnya tidak moderat tetapi berlagak moderat lantaran tujuan tertentu.

Memenangkan hati masyarakat dalam dakwah Islam  adalah kunci utama. Dan ini disadari oleh seluruh dai. Masyarakat tidak akan melihat ormas, melainkan tingkah orang yang ada di dalamnya. Kalau kita amati dakwah Felix Siauw, ia malah menampilkan diri sebagai penyabar dan Islam ala diriny merupakan Islam yang paling benar. Maka ketika banyak yang mengikuti, itu bukan sesuatu yang mengherankan. Ia menang di masyarakat, memenangkan strategi.

Jelas ini perlu segera dibenahi. Masyarakat perlu disuguhi moderasi Islam yang sebenarnya. Sangat disayangkan bila khalayak justru lebih berempati dengan Islam ala Felix Siauw, sebab meskipun terkesan lembut dan seolah-olah moderat, di dalamnya terkandung doktrin transnasional: khilafah Hizbut Tahrir.

Karenanya, sebagai refleksi harlah ke-95 NU, penting untuk melihat segala tantangan yang ada. Kendati muaranya satu, yakni bagaimana umat Islam tanah air ini tersatukan dalam wawasan moderasi Islam dan teguh memegang komitmen kebangsaan. Artinya, tugas memasyarakatkan moderasi belum selesai.

Wallahu A’lam bi ash-Shawab…

Ahmad Khoiri
Ahmad Khoiri
Analis, Penulis

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru