27.5 C
Jakarta

Refleksi Hari Pahlawan: Orang yang Berjuang untuk Bangsa dan Negaranya Adalah Pahlawan

Artikel Trending

KhazanahTelaahRefleksi Hari Pahlawan: Orang yang Berjuang untuk Bangsa dan Negaranya Adalah Pahlawan
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com- Ustaz Riyadh Bajrey viral di TikTok. Banyak kecaman yang mengarah kepadanya lantaran berkomentar tentang keberadaan Hamas. Tidak sedikit pula netizen yang geram dengan pernyataan kontroversial yang dilontarkan olehnya tentang konflik Timur Tengah, khususnya Israel-Palestina. Namun, sangat disayangkan sebenarnya dari keberadaan Riyadh Bajrey. Disaat seluruh masyarakat Indonesia secara serentak berempati untuk Palestina, melakukan aksi damai, serta berupaya untuk memberikan bantuan, ada penumpang gelap yang tidak membela Palestina, justru memberikan komentar negatif terhadap Palestina.

Terlepas dari sosok ‘sungguh terlalu’ dalam diri Riyadh Bajrey, kita perlu melihat secara utuh karakter yang dimiliki oleh Zionis Israel, mengapa sampai hari ini, terus melakukan penyerangan kepada Palestina. Dalam buku yang ditulis oleh Fayez A. Sayegh, setidaknya ada tiga karakteristik dasar yang mencirikan negara-memukim Zionis Israel, di antaranya: pertama, corak rasial dan pola pengaturan rasis. Sikap ini bukan terbentuk dalam proses, akan tetapi menjadi dasar atau bawaan ideologi Zionisme dan dalam motivasi dasar kolonisasi dan pembangunan negara Zionis.

Dalam kepercayaan Zionis, utamanya pemisahan diri rasial, kelompok Zionis menolak hidup berdampingan antara Yahudi dan non-Yahudi dalam suatu negeri. Apabila mereka hidup berdampingan dengan komunitas yang non-Yahudi merupakan pencemaran terhadap imaji kemurnian rasisme Zionis sebagaimana pula keberlanjutan Yahudi untuk tinggal di negeri-negeri non-Yahudi. Maka untuk mewujudkan pemisahan rasial itu, tidak heran mengapa Palestina berusaha dihancurkan, diserang dan dibumihanguskan. Sebab jika Palestina sudah hancur tanpa sisa, maka ini akan menunjukkan keungguan Yahudi menurut ajaran Zionisme.

Kedua, ketergantungannya dengan kekerasan. Seperti yang kita saksikan sampai hari ini, Zionis Israel menggunakan kekerasan dalam menunjukkan keunggulan Yahudi sebagai kelompok yang berkuasa. Tidak hanya hari ini, sejak pendiriannya di masa silam, negara pemukim Zionis mengerahkan kekerasan baik ke dalam ataupun keluar. Mereka menggunakan kekerasan sebagai sarana untuk mengintimidasi dan mengusir kaum Arab Palestina. Pembantaian yang terjadi di Dair Yaseen, Ain ez-Zaitoun, dan Salah ed-Deen (April 1948) adalah sejarah yang harus diakui bahwa Zionis Israel tergantung kepada kekerasan dan selalu menggunakan kekerasan.

Ketiga, sikap ekspansionis. Rencana Zionis dari segala kekerasan yang sudah dikerahkan kepada bangsa Palestina adalah perluangan wilayah. Cita-cita kekal Zionisme adalah mendirikan negara di seluruh Palestina (yang disebut oleh Zionis sebagai ‘Erets Israel, atau Negeri Israel), sepenuhnya bersih dari kaum Arab. Dengan demikian, segala kekejaman yang dikerahkan kepada Palestina, konsekuensi logis yang akan diterima oleh Zionis Israel adalah penguasaan wilayah yang bisa diambil. Maka dari itu, kekejaman yang dilakukan oleh mereka tidak akan pernah berhenti sampai, tanah Palestina dikuasai secara penuh oleh Zionis Israel.

BACA JUGA  Feminis Leadership: Melihat Keberhasilan Pemimpin Perempuan dalam Pencegahan Radikalisme

Bejatnya Israel untuk menguasai tanah Palestina, menjadi gambaran bahwa, penjajahan yang berlangsung ini akan berlangsung lama karena berhadapan dengan bawaan dasar yang dimiliki oleh kaum Zionis.

Warisan Perjuangan Masyarakat Palestina

Generasi Palestina yang hidup di masa antara Perang Dunia tidak akan didakwa oleh generasi selanjutnya terkait perampasan warisannya. Mereka memang kalah – tapi tidak tanpa perlawanan. Mereka memang terusir – tapi bukannya tanpa keinginan untuk mempertahankan warisannya. Artinya, saya meyakini bahwa, saat ini perjuangan mereka untuk mempertahankan tanah Palestina dari penjajahan Israel, adalah semata-mata kecintaan terhadap tanah air Palestina. Mereka adalah pahlawan untuk bangsa dan negaranya sendiri.

Di masa silam, para pahlawan yang gugur pada saat penjajahan melawan penjajah, usaha mereka semata-mata adalah untuk mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia. Kemerdekaan yang kita miliki hari ini, berasal dari seluruh perjuangan dan tumpah darah yang ditorehkan. Dalam konteks masalah Palestina, pahlawan yang lain adalah negara-negara yang rakyatnya, mendukung kemerdekaan Palestina dari berbagai sektor. Mulai dari mereka yang tidak menutup mata terhadap masalah Palestina, bergerak secara kemanusiaan untuk menyuarakan kebebasan Palestina serta upaya-upaya yang sesuai dengan kemampuan, dikerahkan secara maksimal untuk kemerdekaan Palestina.

Kita semua adalah pahlawan, yang berjuang untuk bangsa dan negara, serta atas dasar kemanusiaan. Bagi generasi yang akan datang, kita tidak punya hutang kemanusiaan karena hari ini, kita berada di garis terdepan untuk mendukung Palestina. Kalah dengan segala perjuangan yang sudah dikerahkan, lebih bermartabat dibandingkan dengan tidak ada usaha bahkan meniadakan sikap empati sebagai manusia. Wallahu A’lam.

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru